Tanggapan Mahrus Ali (Mantan Kyai NU) terhadap Tim Sarkub dan
LBMNU Jember
- Bukan Mahrus Ali Berdusta tapi Tiem Sarkub
- Mahrus Ali meluruskan kesesatan anggota TIM LBMNU Jember dan Sarkub
Ilustrasi/
densus99sarkub
Inilah kutipannya.
***
Bukan Mahrus Ali Berdusta tapi Tiem Sarkub
MAHRUS ALI BERDUSTA ATAS NAMA HABIB
Cerita dusta ini ada di Pengantar buku “YASIN FADHILAH
QUR’AN KYAI AHLI BID’AH, karya H. Mahrus Ali (Mantan Kyai NU)”, berikut
petikannya:
TOBATNYA SEORANG HABIB
Hidayah telah menyambutnya. Sehingga dia mengkajih ulang
akan ajaran-ajaran yang telah diterimanya tempo dulu.
………………
Hal ini seakan-akan mengingatkan seputar kisah kehidupan
diri saya (Habib Ahmad bin Thalib) tempo dulu yang masih menjalankan praktek
penyembuhan, dan bahkan foto diri saya sering muncul dicover depan majalah
Liberty dengan bangganya memakai pakaian kebesaran sang habib yang serba tahu
tentang hal-hal ghaib.
….dan seterusnya
Hasil investigasi Tim Sarkub di lapangan bahwa Ahmad bin
Thalib bukanlah seorang habib (ahlu bait), yang benar adalah ia keturunan arab
badui berprofesi sebagai Tabib (dukun) tinggal di Surabaya. Ketika
ditanya silsilah nasab ia tidak bisa menjawab. Terbukti kalau ia memang Habib
Gadungan produk wahabi.
Dalam menjalankan praktek perdukunan, ia pernah berurusan
dengan pihak berwajib mendekam di tahanan karna praktek “dukun cabul”. Berita
terbaru diperoleh bahwa nasibnya sekarang makin menderita.
Cerita bohong di atas memang dibuat untuk mendongkrak omset
buku mahrus ali. Dan anehnya orang – orang wahabi begitu gembira membaca
cerita bohong tersebut tanpa mengecek kebenaran berita. Mereka ramai-ramai
sebarkan cerita dusta tersebut posting di website, blog, facebook dll.
Sumber :
HTTP://WWW.SARKUB.COM/2011/MAHRUS-ALI-BERDUSTA-ATAS-NAMA-HABIB/
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Setelah saya konex ke Pak Ahmad bin Thalib dan saya tanyakan
tentang berita diatas, ternyata beliau menjawab: Tidak ada tiem sarkub
yang datang ke rumah ana. Lalu saya bertanya lagi, benar begitu. Beliau tetap
menjawab: Benar .
Hati saya ( Mahrus ali ) bilang: Tiem sarkub tidak ada yang
datang ke rumah Pak Ahmad. Ada tiem tempé atau nasi team timan.
Saya bertanya kepada penerbit tentang keadaan Pak Ahmad bin
Thalib, lalu di jawab: Orang – orang kampung dan tamu – tamunya memanggil
beliau dengan habib Ahmad. Dan perlu di ketahui, Penerbitlah yang mencari
orang untuk memberikan kata pengantar buku tsb bukan saya. Setelah terbit, saya
di beri tahu. Dan saya tidak punya perasangka buruk tapi perasangka baik
kepada si pemberi pengantar tersebut , lalu saya biarkan saja.
Sudah kesekian kalinya tiem sarkub berdusta dalam memberikan
kisah tentang diri saya. Cuman Allahlah yang akan membalas mereka. Saya hanya
bertawakkal kepadaNya.
SELASA, NOVEMBER 08, 2011
***
SELASA, DESEMBER 20, 2011
Mahrus ali meluruskan kesesatan anggota TIM LBMNU Jember dan
Sarkub
KESALAHAN MAHRUS ALI DALAM MENILAI HADITS IBNU UMAR TENTANG
ISTIGHATSAH DAN TAWASSUL
December 13th, 2011 Luqman Firmansyah
Serial Akidah: Jawaban Terhadap Kebohongan Buku-buku Mahrus
Ali
عن اِبن عمررضي الله عنه انّه خدرت رجله فقيل له: اُذكر احبّ النّاس اِليك، فقال: يا محمّد، فكانّما نشط من عقال
“Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA bahwa suatu ketika
kaki beliau terkena mati rasa, maka salah seorang yang hadir mengatakan kepada
beliau: “Sebutkanlah orang yangpaling Anda cintai!”. Lalu Ibnu Umar berkata:
“Ya Muhammad”. Maka seketika itu kaki beliau sembuh.”
Hadits ini dengan tegas menyatakan akan kebolehan
tawassul dan istighatsah dengan dzat Nabi Muhammad SAW setelah beliau
wafat. Abdullan bin Umar melakukan hal tersebut setelah Rasulullah SAW wafat.
Sehingga hadits ini menunjukkan bahwa bertawassul dan ber-istighatsah dengan
Rasulullah SAW setelah beliau wafat bukanlah termasuk perbuatan syirik meskipun
dengan menggunakan redaksi nida’ (memanggil).
Apa Komentar Mahrus Ali?
Dalam bukunya Sesat Tanpa Sadar, Mahrus Ali melakukan
kebohongan ilmiah. Dia berkata dalam bukunya :
“Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani menyatakan bahwasanya
hadits tersebut lemah, dalam kitabnya Dhaifu al-Adab al-Mufrad 148/964 dari
Abdurrahman bin Sa’ad berkata…dst. ini juga lemah.” (al-Kalim al-Thayyib,
173/1).
Selanjutnya tetap di halaman yang sama Mahrus Ali
mengatakan:
“Sanad hadits ini menurut Ibnu Sunni sebagai berikut:
“Muhammad bin Ibrahim al-Anmati dan Amr bin al-Junaid bin Isa menceritakan
kepadaku, keduanya berkata Muhammad bin Khaddasi bercerita kepada kami, Abu
Bakar bin Ayyasy bercerita kepada kami, Abu Ishaq al-Sabi’i bercerita kepada
kami dari Abu Syu’bah.” (Lihat buku “Sesat Tanpa Sadar” karangan Mahrus Ali,
halaman 191-192).
Inti dari pernyataan Mahrus di atas adalah bahwa hadits Ibnu
Umar tersebut tidak bisa dijadikan landasan dengan alasan dha’if, itupun tidak
ada kejelasan riwayat. Kami akan tampilkan beberapa riwayat dari jalur yang
berbeda, agar semua bisa menjadi jelas.
Tanggapan Kami
Kalau kita mau jujur dengan merujuk pada literatur-
literatur hadits maka kita akan menemukan penjelasan yang berbeda 180 derajat
dengan yang dikatakan Mahrus. Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Bukhari
dalam al-Adab al-Mufrad (hal. 324), al-Hafizh Ibrahim al-Harbi dalam
Gharibul-Hadits (II/673-674), al-Hafizh Ibnu al-Sunni dalam ‘Amalul-Yaum wal-
Lailah (hal. 72-73), bahkan Ibnu Taimiyah —ideolog pertama aliran Wahabi— dalam
kitabnya al-Kalim al-Thayyib (hal. 88), menganjurkan untuk mengamalkan isi
hadits ini.
Hadits di atas juga diriwayatkan melalui empat jalur:
1. Sufyan al-Tsauri dari Abi Ishaq al-Sabi’i dari
Abdurrahman bin Sa’ad, seperti yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab
al Mufrad.
2. Zuhair bin Mu’awiyah dari Abu Ishaq dari Abdurrahman bin
Sa’ad, yang meriwayatkan melalui jalur ini diantaranya Ibnu Sa’ad dalam
al-Thabaqat, Ibrahim al-Harbi dalam Gharib al-Hadits, Ibnu Ja’ad dalam
Musnad-nya, Ibnu Sunni dalam Amal al-Yaum Wa al-Lailah, Ibnu Asakir dalam
Tarikh-nya, demikian juga al-Hafizh al-Mizzi dalam Tahdzib al-Kamal.
3. Israil dari Abi Ishaq dari al-Haitsam bin Hans,
seperti riwayat Ibnu Sunni dalam Amal al- Yaum Wa al-lailah.
4. Abu Bakar bin Ayyasy dari Abi Ishaq dari Abi Syu’bah,
diantara yang meriwayatkan melalui jalur ini adalah Ibnu Taimiyah dalam
al-Kalim al-Thayyib, Ibn-Qayyim Al-Jauziyyah dalam al-Wabil al-Shayyib dan
al-Syaukani dalam Tuhfah al-Dzakirin, dimana ketiganya adalah ulama rujukan
Mahrus Ali, juga meriwatkan dari jalur yang sama.
Sanad hadits di atas yang selalu ditampilkan oleh Mahrus Ali
untuk dijadikan sebagai landasan. Tim LBMJember menduga bahwa dengan
memasukkannya Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim akan hadits ini ke dalam kitabnya,
cukup sebagai bantahan untuk membantah pernyataan Mahrus Ali dan bisa mcmbuat dia
sadar akan kesalahan yang telah dia perbuat. Namun dugaan tersebut ternyata
salah total dan kenyataannya berbalik 180 derajat, bukannya sadar dan mengakui
kisalahannya, Mahrus Ali malah menyalahkan Ibnu Taimiyah yang notabene panutan
utama kaum Wahabi.
Seandainya kita berpendapat bahwa hadits di atas dengan
kitiga jalur sanadnya adalah dha’if, hadits tersebut masih tetap bisa dijadikan
pijakan, sebab antara hadits yang satu dengan yang lain bisa saling menguatkan,
sehingga posisinya naik pada peringkat selanjutnya, yaitu hasan. Bahkan ada
seorang ulama bernama Majdi Ghassan yang menulis satu risalah khusus mengkaji
hadits ini, dan ia namakan al- Qaul al-Fashl al-Musaddad Fi Sihhah Hadits Ya
Muhammad.
Wallahu a’lam
(Ditulis kembali dan dipublikasikan oleh Tim Sarkub dari Buku
Kiai NU atau Wahabi yang Sesat Tanpa Sadar)
Komentarku ( Mahrus ali ):
Anda menyatakan:
Kalau kita mau jujur dengan merujuk pada literatur-
literatur hadits maka kita akan menemukan penjelasan yang berbeda 180 derajat
dengan yang dikatakan Mahrus. Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Bukhari
dalam al-Adab al-Mufrad (hal. 324), al-Hafizh Ibrahim al-Harbi dalam
Gharibul-Hadits (II/673-674), al-Hafizh Ibnu al-Sunni dalam ‘Amalul-Yaum wal-
Lailah (hal. 72-73), bahkan Ibnu Taimiyah —ideolog pertama aliran Wahabi— dalam
kitabnya al-Kalim al-Thayyib (hal. 88), menganjurkan untuk mengamalkan isi
hadits ini.,
Komentarku ( Mahrus ali ):
Katanya mau jujur, kok dusta, mana yang beda 180 derajat
itu. Mengapa anda tidak memberikan penilaian hadis riwayat Bukhari dalam al
adabul mufrad itu, apakah lemah, hasan atau sahih., Pada hal di buku
Membongkar….karya LBMNU Jember dulu yang kamu termasuk tim penulisnya di
tambahi dengan kalimat hadis sahih, riwayat Bukhari dalam al adabul mufrad[1]
Setelah saya katakan lemah, sekarang anda sebagai tim
penulis buku membongkar ……………. tidak berani memberikan penilaian sahih lagi,
apakah yang dulu keliru dan sekarang perlu di benarkan. Jangan – jangan apa
yang kamu tulis sekarang ini keliru lagi, tidak benar lagi, dan nanti di rubah
lagi, lalu di tetapkan lagi. Lihat bukuku “ Sesat tanpa sadar 191.
Di buku membongkar ………….karya LBMNU Jember, di katakan,
hadis tsb di sebut oleh Ibn Taimiyah dalam kitabnya al kalimut thayyib hal 88.
Sekarang, kamu bilang mau jujur, tapi dusta lagi. Kamu
bilang:
bahkan Ibnu Taimiyah —ideolog pertama aliran Wahabi— dalam
kitabnya al-Kalim al-Thayyib (hal. 88), menganjurkan untuk mengamalkan isi
hadits ini.,
Jangan – jangan kamu yang menganjurkan, dan Ibnu
Talimiyah tidak. Tunjukkan kalimat arabnya bila Ibnu Taimiyah
menganjurkan, jangan di simpan di dada, nanti para pembaca ini ragu, tidak
yakin lagi, apakah benar Ibn Taimiyah menganjurkan atau melarang atau no
koment. Apakah tidak salah anda mengutipnya. Atau sekedar inspirasi anda bukan
Ibnu Taimiyah.
Saya telah melihat di kitab aslinya, ternyata tiada kalimat
bahwa Ibn Taimiyah menganjurkan. Apalagi di kitab fatawanya. Anjuran secara
tegas bukan sindiran itu bukan dari Ibn Taimiyah tapi kedustaan anda sendiri
bukan kejujuran anda. Boleh juga di lihat di sini:
Anda menyatakan lagi:
Hadits di atas juga diriwayatkan melalui empat jalur:
5. Sufyan al-Tsauri dari Abi Ishaq al-Sabi’i dari
Abdurrahman bin Sa’ad, seperti yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab
al Mufrad.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Arabnya sbb:
يرويه سفيان الثوري عن ابن اسحاق عن عبد الرحمن
بن سعد .
Sufian Tsauri meriwayatkan dari Ibnu
Ishaq Abdul-Rahman binSa`d.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Komentarku ( Mahrus ali ):
رواه البخاري في الادب المفرد ( 1 / 335
برقم 964 طبعة دار البشائر الإسلامية – بيروت الطبعة الثالثة ، 1409 –
1989 ، بتحقيق محمد فؤاد عبد الباقي ) في باب ما يقول الرجل
إذاخدرت رجله : (
HR. Bukhari dalam al adabul mufrad,l (1 /
335 nomer 964 Cetakan Darul Basya`ir al Islamiyah
- Beirut, edisi
ketiga,1409-1989, tahkik Muhammad Fuad Abdul Baqi) di
bab:apa yang di katakan oleh seorang lelaki
bila kakinya kesemutan: (
قال
الحافظ المزي : ( روى له البخاري في كتاب الأدب حديثا واحدا موقوفا ) ..
Al Hafidh Al Mizzi berkata: Imam Bukhari meriwayatkan dalam
kitab al adabul mufrad satu hadis maukuf dari Abu Ishak tadi.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Ber arti, menurut al Hafidh tsb, hadis tsb lemah dong, bukan
sahih sebagaimana klaim anda di buku Membongkar………….karya LBMNU Jember. Lantas
dari refrensi mana anda menyatakan sahih itu. Dan hadis lemah bukan hadis sahih
itulah yang di buat pegangan LBMNU Jember ketika debat di Pasca sarjana.lalu
dimenagkan bukan di kalahkan atau di salahkan…………………., aneh, unik tapi di
anggap biasa dan wajar, lalu dikobarkan bukan di rahasiakan bahwa Pak Muammal
Hamidi kalah, dan LBMNU Jember menang. Ini kekalahan LBMNU Jember lalu
di menangkan dengan sistim penipuan.
Hadis tsb di sebutkan dalam kitab- kitab sbb:
الأَدَبُ الْمُفْرَدُ [ جزء
1 - صفحة 335 ]
- تَهْذِيْبُ اْلكَمَالٍِ – الْمِزِّي ج 17 ص 143 :
مُسْنَدُ ابْنِ الْجَعْدِ- عَلِي بْن الْجَعْد بن عبيد ص 369 :
- تَاِريْخُ مَدِيْنَة دِمَشْق – ابنُ عَسَاكِر ج 31 ص 177 :
- الطَّبَقَاتُ
اْلكُبْرَى – مُحَمَّدٌ بْنُ سَعْد ج 4 ص 154
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sekalipun di cantumkan dalam kitab – kitab tersebut namun
masih tetap lemah, karena Abu Ishak yang mudallis, lihat komentar al akh sbb:
بدر
العمراني27-11-05,
05:18 PMالحديث لا يصح ، و علته كما يظهر من الروايات المعروضة هي : عنعنة أبي إسحاق السبيعي و هو مدلس مشهور أنظر ترجمته في طبقات المدلسين لابن حجر ، و الحديث ضعفه الألباني لذلك لم يذكره في كتابه صحيح الكلم الطيب . و الله أعلم
Hadis tsb tidak sahih, illatnya sebagaimana dari
riwayat yang di tampakkan yaitu an`anah Abu Ishak assubai`i. Dia mudallis
yang populer, lihat riwayat hidupnya dalam kitab Thobaqat mudallisin
karya Ibn Hajar. Ia di lemahkan oleh al albani, karena itu tidak di sebutkan
dalam kitabnya Sahih kalimit thoyyib, wallahu a`lam.
Abu Ishak yang mudallis itu meriwayatkan hadis dengan
kalimat “dari” bukan “haddatsana”, dan ini termasuk kelemahan bagi mudallis
dalam meriwayatkan hadis.
Untuk lebih jelasnya, sanadnya sbb:
الأدب المفرد [ جزء 1 - صفحة
335 ]
964 - حدثنا أبو نعيم قال حدثنا سفيان عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
964 - حدثنا أبو نعيم قال حدثنا سفيان عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
- مسند
ابن الجعد- علي بن الجعد بن عبيد ص 369 :
وبه عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
وبه عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
- تاريخ مدينة دمشق
– ابن عساكر ج 31 ص 177 :
أخبرنا أبو عبد الله محمد بن طلحة بن علي الرازي وأبو القاسم إسماعيل بن أحمد قالا أنا أبو محمد الصريفيني أنا أبو القاسم بن حبابة نا أبو القاسم البغوي نا علي بن الجعد انا زهير عن ابن ( 3 ) إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
أخبرنا أبو عبد الله محمد بن طلحة بن علي الرازي وأبو القاسم إسماعيل بن أحمد قالا أنا أبو محمد الصريفيني أنا أبو القاسم بن حبابة نا أبو القاسم البغوي نا علي بن الجعد انا زهير عن ابن ( 3 ) إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال
- - الطبقات
الكبرى – محمد بن سعد ج 4 ص 154 :
قال أخبرنا الفضل بن دكين قال حدثنا سفيان وزهير بن معاوية عن أبي إسحاق
عن عبد الرحمن بن سعد قال
Lihat dalam sanad tsb, kalimat yang bergaris adalah Abu
Ishak selalu menggunakan kalimat an ( عن )
dari, bukan haddatsana ( حَدَّثّناَ )
Anda menyatakan lagi:
6. Zuhair bin Mu’awiyah dari Abu
Ishaq dari Abdurrahman bin Sa’ad, yang meriwayatkan melalui jalur ini
diantaranya Ibnu Sa’ad dalam al-Thabaqat, Ibrahim al-Harbi dalam Gharib
al-Hadits, Ibnu Ja’ad dalam Musnad-nya, Ibnu Sunni dalam Amal al-Yaum Wa
al-Lailah, Ibnu Asakir dalam Tarikh-nya, demikian juga al-Hafizh al-Mizzi dalam
Tahdzib al-Kamal.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Anda hanya berkisah tentang jalur periwayatan saja,
sanad saja, bukan matan hadis tanpa ada klaim sahih, lemah atau hasan. . Jadi
belum boleh di buat pegangan bagi seorang muslim yang mukmin bukan ahli bid`ah
yang syirik . Boleh jadi harus di buang karena bertentangan dengan hadis sahih
yang lain. Hadis tsb di cantumkan dalam suatu kitab arab atau latin itu sama
saja. Yang penting harus ada keterangan sahih, lemah atau hasan.. Dan anda
tidak memberikan penilaian anda atau penilaian ulama. Apakah anda tidak tahu
bagaimana posisi dan states sanad tsb. Lihat keterangan sbb:
الطريق الثاني : يرويه زهير بن معاوية عن ابن
اسحاق عن عبد الرحمن بن سعد .
رواه علي ابن الجعد في مسنده ( ص 369 برقم 2539 طبعة مؤسسة نادر – بيروت الطبعة الأولى ، 1410 – 1990 ، بتحقيق
رواه علي ابن الجعد في مسنده ( ص 369 برقم 2539 طبعة مؤسسة نادر – بيروت الطبعة الأولى ، 1410 – 1990 ، بتحقيق
عامر أحمد حيدر ) :
Jalur kedua: diriwayatkan oleh
Zuhair bin Muawiyah dari Ibn
Ishaq dari Abdul Rahman bin Saad.
Diriwayatkan oleh Ali bin Ja’d dalam
Diriwayatkan oleh Ali bin Ja’d dalam
Musnad-nya (hal. 369, edisi 2539 Cetakan Yayasan Nadir – Beirut, edisi
( cetakan )
pertama,1410-1990, Tahkik Amer Ahmad Haidar):
Komentarku ( Mahrus ali ):
Komentar ulama tentang Zuhair bin Muawiyah yang meriwayatkan
hadis dari Ibn Ishak tadi sbb:
و قال صالح بن أحمد بن حنبل ، عن أبيه : زهير
فيما روى عن المشايخ ثبت بخ بخ ،
و فى حديثه عن أبى إسحاق لين ، سمع منه بأخرة .
Shaleh bin Ahmad bin Hambal dari ayahnya berkata: Zuhair
yang meriwayatkan hadis dari para masyayekh adalah terpercaya……… bagus
……….bagus, namun dalam meriwayatkan hadis dari Abu Ishak lemah
sekali, karena beliau mendengar dari padanya di ahir hayat.
و قال أبو زرعة : ثقة إلا أنه سمع من أبى إسحاق
بعد الاختلاط .
Abu Zur`ah menyatakan: Dia terpercaya,
namun hadis yang dia dengarkan dari Abu Ishak setelah hapalannya kabur.
و قال أبو حاتم : زهير أحب إلينا من إسرائيل فى
كل شىء إلا فى حديث أبى إسحاق .
Abu hatim berkata: Zuhair lebih kami senangi dari pada
Isra`il dalam segala sesuatu kecuali tentang hadis Abu Ishak.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jadi jalur ini yang di terangkan oleh Muhammad Idrus Ramli
ini juga lemah bukan hasan atau sahih.Tidak boleh di buat pegangan, buang saja,
apalagi bertentangan dengan ayat al quran yang nanti akan saya terangkan.
(
وبه – يقصد أنا زهير – عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال : كنت عند
عبد الله بن عمر فخدرت رجله فقلت له يا أبا
عبد الرحمن ما لرجلك قال اجتمع
عصبها من ها هنا قلتأدع أحب الناس إليك قال يا محمد
فانبسطت )
(maksudku Zuhair – dari
Abu Ishaq dari Abdul-Rahman bin
Saad berkata: Aku berada di sisi Abdullah
bin Umar lalu kaki Abdullah bin Umar kesemutan. Saya berkata
kepadanya,Wahai Abu Abd al-Rahman apa yang menimpa kakimu.
Beliau mengatakan Sarafnya berkumpul dari
sini .
Saya katakan, Panggillah orang yang paling engkau cintai
Lalu beliau berkata
. Anda, wahai Muhammad.
Lalu kakinya bisa terjulur.
Redaksi hadis tsb berbeda dengan jelas bukan samar
lagi dengan hadis yang pertama tadi sbb:
عن عبد الرحمن بن سعد ( القرشي العدوي )
قال : خدرت رجل بن عمر فقال له رجل اذكر أحب الناس إليك ، فقال :
“ يا محمد…………. “ )
Dari Abd Rahman bin Sa`ad al Qurasyi al adawi berkata: Kaki
Ibnu Umar kesemutan, lalu seorang lelaki berkata kepadanya : Sebutlah nama
manusia yang paling kamu senangi, lalu beliau berkata : Wahai Muhammad ……………………
Lihat di hadis yang di atas di katakan:
Saya berkata kepadanya, Wahai Abu Abd
al-Rahman apa yang menimpa kakimu.
Beliau mengatakan Sarafnya
berkumpul dari sini .
Saya katakan, Panggillah orang yang paling engkau cintai
Lalu beliau berkata
. Anda, wahai Muhammad.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Maksud saya di situ adalah Abd rahman bin Sa`d.
Tapi di hadis berikutnya :
Dari Abd Rahman bin Sa`ad al Qurasyi al adawi berkata: Kaki
Ibnu Umar kesemutan, lalu seorang lelaki berkata kepadanya : Sebutlah nama
manusia yang paling kamu senangi, lalu beliau berkata : Wahai Muhammad ……………………
Disini orang lelaki bukan Abd rahman bin Sa`d
yang berkata untuk memberi saran agar Ibnu Umar menyebut orang yang paling di
cintai.
Hadis terahir ini juga di sebut dalam kitab al adzkar karya
Imam Nawawi juz1 / 305.
الأذكار للنووي – (ج 1 / ص 305)
وإسناده ضعيف ، قال السخاوي في ” القول البديع ”
رواه الطبراني وابن عدي وابن السني والخرائطي في
” مكارم الاخلاق ” وأبو موسى المديني ، وابن
بشكول ، وسنده ضعيف.
Sanad hadis tsb lemah. Sakhowi ( salah satu ulama
Syafiiyah ) menyatakan dalam kitab al qaulul badi`, HR Thabrani, Ibnu Ady, Ibn
Sunni dan al Khoroithi dalam kitab Makarim al ahlak, Abu Musa al
Madini dan Ibn Basykul, sanadnya lemah.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Dalam sanad ini ada dua kelemahan bukan satu, yaitu Zuhair
yang sudah kabur hapalannya bukan ketika hapalannya masih kuat mendengar hadis
tsb dari Ibn Ishak, juga sisi Ibnu Ishak sendiri yang mudallis. Sudah tentu
bukan satu perawi yang lemah tapi dua perawi yang berkumpul dalam satu jalur
periwayatan. Jadi hukumnya sangat lemah.
Anda menyatakan lagi:
7. Israil dari Abi Ishaq dari
al-Haitsam bin Hans, seperti riwayat Ibnu Sunni dalam Amal al- Yaum Wa
al-lailah.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Arabnya sbb:
عمل
اليوم والليلة لابن السني – (ج 1 / ص 321)
حدثنا محمد بن خالد بن محمد البرذعي ، ثنا حاجب
بن سليمان ، ثنا محمد بن مصعب ، ثنا إسرائيل ، عن أبي إسحاق ، عن الهيثم بن حنش ،
قال : كنا عند عبد الله بن عمر رضي الله عنهما ، فخدرت رجله ، فقال له رجل : «
اذكر أحب الناس إليك . فقال : يا
محمد صلى الله عليه وسلم . قال : فقام فكأنما نشط
من عقال (1) »
Bercerita kepada kami Muhammad bin Khalid bin
MuhammadBarda`i, bercerita kepada kami Hajib Bin Sulaiman, MohamedBen-Mus`ab bercerita
kepada kami Israel, dari Abu Ishaq, dari
al-Haytsam bin Hanash, mengatakan: Kami di
sisi ‘Abd-Allahibn’ Umar ra, lalu kakinya kesemutan,
lalu orang lelaki berkata
kepadanya: « sebutlah orang yang paling kamu
sukai . Dia berkata: Wahai Muhammad, saw.
Perawi berkata
: Dia berdiri seolah-olah
dia terlepas dariikatan (1) »
Komentarku ( Mahrus ali ):
والهيثم بن حنش مجهول العين، قال الخطيب في
(الكفاية ص88)
«
المجهول عند أصحاب الحديث كل من لم يشتهر بطلب العلم في نفسه، ولا عرفه العلماء
به» وذكر منهم الهيثم بن حنش.
أحاديث يحتج بها الشيعة آخر نسخة – (ج 1 / ص 232)
Al haitsam bin Hansy adalah perawi yang tidak di kenal
identitasnya. Al Khathib berkata dalam kitab al Kifayah, hal 88. Orang yang
majhul ( tidak di kenal ) menurut ahli hadis adalah setiap orang yang tidak di
kenal dlm mencari ilmu oleh para ulama . Di antara mereka adalah Al
haitsam bin Hanasy. Lihat ahadis yahtajju biha Syi`ah,
232/1
Komentarku ( Mahrus ali ):
Biasanya para ulama ahli hadis bukan ulama ahli
fikih bila ada perawi yang tidak di kenal bukan perawi yang mashur, hadisnya di
tinggalkan atau di katakan palsu bukan lemah, hasan atau sahih.
Hadis itu di sebut dalam kitab:
الكلم الطيب [ جزء 1 – صفحة
173 ]
236 – عن الهيثم بن حنش قال :
الأذكار النووية- يحيى بن شرف النووي ص 305 :
236 – عن الهيثم بن حنش قال :
الأذكار النووية- يحيى بن شرف النووي ص 305 :
Al kalimut thoyyib, juz 1, hal 173.
Al adzkar an nawawiyah, Yahya bin Syaraf an nawawi, hal 305.
Dan di katakan lemah pula.
Anda,menyatakan lagi:
8. Abu Bakar bin Ayyasy dari Abi
Ishaq dari Abi Syu’bah, diantara yang meriwayatkan melalui jalur ini adalah
Ibnu Taimiyah dalam al-Kalim al-Thayyib, Ibn-Qayyim Al-Jauziyyah dalam al-Wabil
al-Shayyib dan al-Syaukani dalam Tuhfah al-Dzakirin, dimana ketiganya adalah
ulama rujukan Mahrus Ali, juga meriwatkan dari jalur yang sama.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Untuk jalur terahir ini telah saya jelaskan kelemahannya
dalam buku karya saya: “Sesat tanpa sadar” . 191-192.
Empat jalur yang anda gunakan itu jelas lemahnya bukan
sahih.
Dan anda tahu bahwa orang – orang syi`ah juga
menggunakan hadis tsb dlm memperbolehkan memanggil – manggil pada orang mati
atau auliya` yang sudah meninggal dunia.Lihat dalam kitab ahadis yahtajju biha
syi`ah.
Anda menyatakan lagi:
Sanad hadits di atas yang selalu ditampilkan oleh Mahrus Ali
untuk dijadikan sebagai landasan. Tim LBM Jember menduga bahwa dengan
memasukkannya Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim akan hadits ini ke dalam kitabnya,
cukup sebagai bantahan untuk membantah pernyataan Mahrus Ali dan bisa mcmbuat
dia sadar akan kesalahan yang telah dia perbuat. Namun dugaan tersebut ternyata
salah total dan kenyataannya berbalik 180 derajat, bukannya sadar dan mengakui
kisalahannya, Mahrus Ali malah menyalahkan Ibnu Taimiyah yang notabene panutan
utama kaum Wahabi.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Saya Mahrus ali bukan ikut figur public atau
figur suku, ajaran golongan, ajaran leluhur yang islami atau kufri tapi saya
ikut dalil dari al quran atau hadis yang sahih bukan hadis lemah. Anda membawa
dalil yang sahih akan saya ikuti karena menghormati dalil bukan mengejeknya
atau menyepelekannya. Anda tidak bawa dalil tapi akal
akalan, main teori falsafah, mantik atau berdasarkan pendapat leluhur tanpa
dalil maka saya akan menolaknya dan saya tetap konsis pada dalil sekalipun
manusia melepaskannya. Saya sama dengan Ibnu Taimiyah, Imam Syafii atau Imam
Asy`ari bukan karena ketokohan mereka tapi karena mereka mengikuti dalil.Bila
mereka tidak punya dalil, saya akan bersebrangan dan saya tidak akan ikut
mereka.
Imam Syafii menyatakan :
إذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي
الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ فَهِيَ
قَوْلِي .
Bila ada hadis sahih, maka lemparkan perkataanku
ke tembok . Bila kamu lihat hujjah telah berada di jalan,
maka itulah perkataan ku
لاَ تُقَلِّدْ دِينَك الرِّجَالَ
فَإِنَّهُمْ لَنْ يَسْلَمُوا مِنْ أَنْ يَغْلَطُوا .
Dalam masalah agama,jangan ikut orang,
sebab mereka mungkin juga salah .
Imam Malik berkata :
إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُصِيبُ وَأُخْطِئُ
فَاعْرِضُوا قَوْلِي عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
Aku hanyalah manusia, terkadang pendapatku benar, di lain
waktu kadang salah . Karena itu, cocokkan perkataanku ini dengan kitabullah dan
hadis Rasulullah .
Anda menyatakan:
Seandainya kita berpendapat bahwa hadits di atas dengan
kitiga jalur sanadnya adalah dha’if, hadits tersebut masih tetap bisa dijadikan
pijakan, sebab antara hadits yang satu dengan yang lain bisa saling menguatkan,
sehingga posisinya naik pada peringkat selanjutnya, yaitu hasan. Bahkan ada
seorang ulama bernama Majdi Ghassan yang menulis satu risalah khusus mengkaji
hadits ini, dan ia namakan al- Qaul al-Fashl al-Musaddad Fi Sihhah Hadits Ya
Muhammad.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sebetulnya hadis lemah bisa naik ke
peringkat hadis hasan bukan sebaliknya ini ide ulama belakangan ini,
bukan ulama ahli hadis yang dahulu seperti Bukhari, Muslim, Ahmad
atau Nasa`I, walaupun demikian ia bukan menjadi kesepakatakn ulama ahli hadis,
ia hanya pendapat sebagian mereka saja.
Lihat perkataan Jamal bin Muhammad assayyid sbb:
وذهب جماعة إلى أن الحديث يقوى بمجموع طرقه، ويصل
إلى درجة الحسن، قال ذلك: العلائي5، والقسطلاني6، والسخاوي7، و القاسمي8، وغيرهم.
Segolongan ulama berpendapat bahwa hadis itu menjadi kuat
dengan jalur – jalurnya secara keseluruhan, dan bisa naik ke derajat
Hasan. Demikian apa yang di katakana oleh Al ala`I, Qasthalani,
Sakhawi, Al Qasimi dll. Lihat Ibn Qayyim wajuhuduhu fi khidmatis sunnah 528/1
Namun bila jalur – jalur itu memiliki kelemahan yang sama
bukan kelemahan yang beda- suatu misal hanya dari kelemahan satu
perawi saja, maka jalur – jalur yang banyak tidak bisa mengangkat ke derajat
hasan.Lihat ulasan sbb:
التبيين لجهالات الدكتور – (ج 1 / ص 270)
فإن كثرة الطرق الضعيفة ترتقي بالحديث إلى درجة
الحسن، أو الصحة، إذا كان مواضع الضعف فيها مختلفة، أما إذا كان مدار الطرق كلها
على رجل مختلف فيه، فإن تعدد الطرق حينئذ لا اعتبار له.. وهذا هو الواقع في
الإسناد الذي أورده عن أبي يعلى
Sesungguhnya banyaknya jalur periwayatan yang lemah bisa
menaikkan ke derajat Hasan atau sahih bila letak kelemahannya
berbeda. Namun bila pusat kelemahannya sama untuk satu orang lelaki
yang masih hilap. Maka banyak jalur periwayatan tiada gunanya. Inilah kenyataan
dalam sanad yang di cantumkan dari Abu Ya`la. Lihat attabyin lijahalatit
doctor 270/1
Komentarku ( Mahrus ali ):
Jalur – jalur yang anda
sebutkan untuk hadis Ibnu Umar memanggil Muhammad ketika kaki kesemutan itu
banyak bukan sedikit, namun satu kelemahan pada seorang lelaki yang
bernama Abu Ishak atau Ibnu Ishak bukan orang lain. Karena itu, jalur yang
banyak itu tidak ada gunanya dan hadis tetap lemah – tidak terangkat menjadi
hasan, apalagi sahih yang bisa di buat pegangan. Pahamilah ini dan
jangan di abaikan.
Hadis tentang Ibnu Umar memanggil Rasul itu juga
bertentangan dengan ayat:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللهِ
مَنْ لاَ يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ
غَافِلُونَ
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang berdoa
kepada selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do`a) nya
sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do`a
mereka? Al ahqaf 5.
Dalam buku membongkar ……………karya
LBMNU Jember terdapat keterangan yang memperbolehkan memanggil mayat nabi atau
wali . pada hal ayat itu menyatakan orang yang melakukan hal itu paling sesat bukan
paling lurus, bertentangan dengn ayat yang mesti benarnya sebagaiman ayat :
لاَ يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ
وَلاَ مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari
depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana
lagi Maha Terpuji. Fusshilat24
[1] Sesat tanpa sadar 191
anggota.html#ixzz1wyrY3HoE
(nahimunkar.com)
Sumber: http://www.nahimunkar.com/mahrus-ali-menilai-tim-sarkub-berdusta-dan-lbmnu-jember-ada-kesesatannya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar