MASIH SESAMA AGAMA SEKTE SESAT SYIA...!!!
Sebagaimana kita ketahui bahwa Syiah
memilik banyak sekte dan cabang-cabang aliran. Bahkan disebutkan bahwa
aliran yang terpecah dalam Syiah itu mencapai 300 sekte. Setiap ulama
memiliki mazhab dan pengikut tersendiri. Sampai pada tahapan saling
mengkafirkan satu sama lain. Baca buku "Al-Khutat" Karya Al-Maqirizi (2/351) dan "Usthurah al-Madzhab al-Ja'fari", karya Dr. Thaha Ad-Dilimi.
Dalam salah satu riwayat disebutkan oleh Baqir bin Muhammad Al-Damad, "Semua
sekte yang disebutkan dalam Hadis perpecahan umat kepada 73 golongan
adalah golongan Syiah, dan yang selamat dari golongan-golongan ini
adalah Syiah Imamiyah" (Min 'Aqaid Syiah, hal 14)
Perpecahan yang dimaksud di atas adalah
yang terjadi dalam tubuh Syiah secara umum. Namun parahnya, sesama Syiah
Indonesia sudah terjadi perbedaan. Bahkan dalam hal yang paling urgen,
Rukun Islam.
Dalam buku "40 Masalah Syiah" -buku pedoman dakwah IJABI- disebutkan rukun iman dan rukun Islam Syiah,
Rukun Islam yang disebutkan oleh IJABI di atas BERBEDA dengan yang disebutkan oleh buku Syiah yang lain, "Sudahkah Anda Shalat",
dalam buku itu disebutkan rukun Islam hanya 8 (delapan). Sedangkan yang
disebutkan oleh IJABI ada 10 (meskipun yang tertulis pada angka
terakhir adalah 11, namun dalam urutannya no. 8 tidak disebutkan,
mungkin ingin kelihatan banyak). Padahal semuanya salah. Dan kita yakini
bahwa rukun Islam itu hanya 5 (lima) sesuai dengan yang diajarkan oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Furu'uddin dalam istilah di atas adalah rukun Islam, sedangkan Ushuluddin adalah rukun Iman.
Bantahan Rukun Iman dan Islam Syiah
Untuk membantah
susunan rukun Iman dan Islam buatan Syiah di atas mari kita baca penjelasan
Ust. Farid Ahmad Okbah, MA, dalam bukunya Ahlussunnah Wal Jamaah dan Dilema
Syiah di Indonesia; Fakta dan Data Perkembangan Syiah di Indonesia, hal
36-40, berikut ini,
Dalam bab ini (bab
18 buku “40 Masalah Syiah” -red) sangat disayangkan, baik penulisnya maupun
editornya, sang professor (professor gadungan-red), tidak menyertakan secuilpun
sumbernya (di mana letak ilmiahnya?). Untuk rukun iman memang demikian yang
tersebut dalam refrensi Syiah dan ini sebagai pengakuan. Karena itu, saya tidak
perlu komentari dan ini jelas merupakan hasil karangan ulama Syiah karena tidak
ada satu pun ayat atau hadis shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang
menyebutkan rukun iman dengan susunan demikian. Padahal ini masalah paling
penting dalam agama. Bila dalam masalah sepenting ini saja merupakan hasil
karangan, lalu bagaimanakah dengan yang lainnya? Ini sangat berbeda dengan Ahlussunnah. Rukun iman
Ahlussunnah bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang
diambil oleh beliau dari Al-Qur’an.
Adapun rukun
Islam yang dinukil di atas tidak sesuai dengan referensi-referensi Syiah. Saya
bawakan dua riwayat imam Syiah yang tertera dalam kitab ulama Syiah yaitu
Al-Kafi yang disetujui oleh imam ghaib mereka al-Mahdi, “Al-Kafi cukup
bagi Syiah kami” (Asy-Syiah Al-Imamiyah, Muh. Shadiq Ash-Shadr, Mathbu’aatun
Najah, Kairo, Cet 2, 1402, hal 131, buku ini diperoleh dari kedutaan Iran)
Abu Ali
Al-Asy’ari dari Hasan bin Ali Al-Kufi dari Abbas bin Amir dari Aban bin Utsman
dan Fudhail bin Yasar dari Abi Ja’far alaihis salam berkata, “Islam dibangun di
atas lima hal; shalat, zakat, puasa, haji dan wilayah (kepemimpinan). Ia tidak
menyerukan dengan sesuatu sebagaimana kami diseur dengan wilayah
(kepemimpinan). Maka manusia mengambil yang empat dan meninggalkan yang ini
–yaitu wilayah (kepemimpinan).-”
Ali bin
Ibrahim dari ayahnya dari Abdillah bin Ash-Shalt semuanya dari Hammad bin Isa
dari Huraiz bin Abdillah dari Zararah bin Abi Ja’far alaihis salam berkata, “Islam
dibangun di atas lima hal; shalat, zakat, haji, puasa dan wilayah
(kepemimpinan).” Zararah berkata, saya berkata, ‘Apakah yang paling utama dari
itu?’ ia menjawab, “Wilayah lebih utama karena ia kunci dari semuanya dan wali
(pemimpin/ bukti) atas semua itu.”
Bahkan Muhammad
Shadiq Ash-Shadr dalam bukunya Asy-Syi’ah Al-Imamiyah tentang pokok-pokok
akidah Syiah dari halaman 119-128 tidak menyebutkan sedikitpun rukun Islam.
Ternyata, susunan rukun Islam tersebut merupakan karangan dari penulis dan
editornya dan tidak sesuai dengan sumber utama Syiah, apakah ini jujur? Atau
taqiyyah?
Rukun Iman
dan Rukun Islam Ahlussunnah
Penulis dan
editor (buku “40 Masalah Syiah” -red) tentunya menyebutkan rukun iman
Ahlussunnah didasarkan hanya satu hadis dari Umar bin Khathab radhiyallahu
anhu dalam shahih Bukhari (halaman 121)
Subhanallah,
alangkah pandainya suami isteri ini membuat kesimpulan yang tidak didasari
oleh pendalaman dan penelitian yang cermat. Akibatnya, ceroboh sekali. Rukun
iman ada 6 yaitu iman kepada Allah, para Malaikat, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari kemudian dan qadha serta qadar. Rukun Islam ada 5 yaitu
dua kalimat syahadat, shalat, zakat, puasa ramadhan dan Haji.
Riwayat Umar
bin Khathab radhiyallahu anhu tidak tercantum dalam shahih Bukhari.
(lihat penjelasan Imam Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari juz 1 hal 140-152, cet
ke-2 Daar Arrayan, Cairo, th 1407 h- 1987 M)
Riwayat Umar radhiyallahu
anhu tersebut terdapat pada Muslim 1/57, Abu Dawud 7/63 No 4530,
at-Tirmidzi 7/342, an-Nasai 8/97 dan Ahmad 1/53. Justru riwayat yang di Shahih
Bukhari itu riwayat Abu Hurairah radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam. Di bawah ini saya bawakan rukun iman dan Islam dari
sejumlah riwayat sahabat dari Nabi shallallahu alaihi wasallam selain
riwayat Umar radhiyallahu anhu tadi.
Abu Hurairah radhiyallahu
anhu (HR. Bukhari 1/19 dan Muslim 1/161)
Ibnu Umar radhiyallahu
anhuma (HR. Bukhari 1/9, Muslim 1/176, Ahmad 2/26, 93, 120 at-Tirmidzi
7/340 No. 2736 dan an-Nasai 8/107).
Ibnu Abbas radhiyallahu
anhuma (HR. Ahmad 1/319)
Abu Aamir
Al-Asy’ari radhiyallahu anhu (HR. Ahmad 4/129)
Anas bin Malik radhiyallahu
anhu (HR. al-Bazzar dalam Majmuz Zawaid 1/45)
Jabir bin
Abdullah Al-Bajali radhiyallahu anhu (HR. al-Bazzar dalam Majmuz
Zawaid 1/46)
Abu Darda’ radhiyallahu
anhu (HR. Mardawaih. Lihat Aqdar Al-Mantsur As-Suyuthi 5/59)
(lihat lebih
jauh keterangan Ibnu Rajab dalam Jami’ul Ulum , Darul Furqan, cetakan
ke-1, tahun 1411 H/ 1990 M)
Rukun iman
berkaitan dengan keyakinan, dan rukun Islam berkaitan dengan perbuatan,
keduanya harus menyatu, makanya orang mukmin pasti muslim tapi orang muslim
belum tentu mukmin.
Dengan
demikian, jelaslah bahwa Ahlussunnah selalu mendasarkan keyakinannya kepada
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam , sedangkan Syiah mendasarkan
keyakinannya kepada ulamanya. Siapa yang lebih mengikuti kebenaran?
“Barang
siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah.” (QS.
An-Nisa’: 80)
Terakhir saya
nukil riwayat Syiah yang dikeluarkan oleh Ibnu Babawaih Al-Qummi (wafat 381 H)
dalam kitabnya At-Tauhid halaman 23,
Abu Abdillah
alaihis salam berkata, “Sesungguhnya Allah memberi jaminan kepada orang
mukmin.” Ia berkata: saya bertanya, ‘Apa itu?’ ia menjawab, “Allah menjamin dia
apabila dia menetapkan rububiyah Allah, kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, kepemimpinan Ali dan melaksanakan apa yang diperintahkan olehnya
untuk tinggal di sampingnya.” Ia berkata, saya berkata, “Demi Allah inilah
karamah (kemuliaan) yang tidak diserupai oleh kemuliaan manusia.” Abu Abdillah
alaihis salam kemudian berkata, “Berbuatlah sedikit niscaya kalian akan
mendapatkan nikmat yang banyak.”
Beginilah kerapuhan sebuah ajaran (Syiah) jika dibangun di atas dasar yang saling berkontradiksi.
(Muh. Istiqamah/lppimakassar.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar