Wahai Mujahidin !!!
Sebuah Nasehat dan Klarifikasi bagi Mujahidin yang salah langkah
Oleh : Ustadz Abdurrahman bin Thoyib
Dari
Hudzaifah bin Yaman Radhiyallahu ‘anhu dia berkata : Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda : “Akan muncul
sepeninggalku nanti para pemimpin yang tidak menelusuri jejakku
(petunjukku) dan tidak mengikuti sunnahku dan
akan muncul pula diantara mereka orang-orang yang berhati setan dalam
tubuh manusia. Aku berkata : Wahai Rasulullah apa yang harus saya
perbuat jika saya menemui hal tersebut ? Beliau menjawab : Engkau
wajib mendengar dan taat kepada pemimpin tersebut meskipun dia memukul
punggungmu dan merampas hartamu, dengar dan taatilah“. [HR.Muslim no.4762 dengan Syarah Imam Nawawi]
Didalam
hadits ini dengan jelas dan gamblangnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam mengajarkan kepada umatnya terutama para Mujahidin, bagaimana
menyikapi para penguasa yang tidak berhukum dengan sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ataupun tidak menjalankan syariat Islam
dan dia pun menyimpang dari sunnahnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam memerintahkan kepada umatnya agar tetap mendengar serta taat
kepada sang penguasa dalam hal yang ma’ruf bukan maksiat, meskipun
penguasa tersebut berbuat dzalim seperti merampas harta rakyat (korupsi)
ataupun berbuat aniaya.
Seorang muslim yang telah mengikrarkan syahadat “Wa anna Muhammadan Rasulullah”
tidak selayaknya untuk menyelisihi hadits/ajaran Nabi diatas ini, meski
pahit rasanya tapi Insya Allah akibatnya akan baik, sebagaimana yang
telah difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala :
ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya : “…. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.An-Nisa’ : 59)
Wahai Mujahidin yang ingin menegakkan kalimatullahi
(agama Allah), dengarkan nasehat dari Rasulullah ini ! Pahamilah dengan
baik sabda beliau ini ! Janganlah kalian mengikuti hawa nafsu atau
semangat yang membara untuk berjihad tapi buta dari petunjuk Al-Qur’an
dan sunnah ! Wahai saudaraku Mujahidin, pejuang Islam, ingat dan
ketahuilah bahwa niat dan tujuan yang baik haruslah dijalankan dengan
cara yang baik pula yaitu mengikuti sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam dan jalannya para sahabat beliau Radhiyallahu ‘anhu. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
Artinya : “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan (ibadah) yang tidak sesuai dengan sunnahku maka amal tersebut tertolak”. (HR.Muslim)
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda :
عليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ
Artinya : “Wajib
bagi kalian untuk mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafa’
Ar-rosyidin yang mendapatkan petunjuk dan gigit eratlah sunnah tersebut
dengan gigi geraham kalian”. (HSR.Abu Dawud)
Wahai
Mujahidin, janganlah engkau memberontak kepada penguasa yang dzalim
karena hal itu telah dilarang oleh Nabi kalian Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa Sallam. Dari Ubadah bin Shomit Radhiyallahu ‘anhu, beliau
berkata :
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah menyeru kami untuk membaiat beliau, diantara isi baiat tersebut adalah kami selalu mendengar dan taat (kepada pemimpin kaum muslimin) baik kami dalam keadaan suka maupun benci, dalam keadaan susah maupun senang dan agar kami mendahulukan hak mereka serta tidak memberontak kepada mereka. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : Kecuali jika kalian melihat kekafiran yang nyata dan kalian memiliki bukti yang jelas dari Allah tentangnya”.[ HR.Muslim no.4748 dengan Syarah Imam Nawawi]
Perlu
kalian ketahui bahwa masalah takfir/pengkafiran tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Imam Al-Qurthubi Rahimahullahu mengatakan :
“Pemikiran takfir itu sangat berbahaya sekali, banyak manusia yang terjerumus kedalamnya hingga mereka jatuh berguguran. Adapun para ulama mereka berhati-hati sekali dalam masalah ini hingga mereka itu selamat, dan tidak ada yang sebanding dengan keselamatan dalam perkara ini”. [Al-Mufhim 3/111 oleh Imam Qurthubi]
Dan
seandainya kita dapati seorang pemimpin mengucapkan suatu ucapan kufur
atau melakukan perbuatan kufur, tidaklah boleh kita langsung menvonisnya
kafir dan menyeru manusia untuk memberontak hingga terpenuhi
syarat-syarat takfir dan hilang darinya pencegah-pencegah takfir. Lihat
dan ambillah pelajaran dari sejarah ulama salaf seperti Imam Ahmad
Rahimahullahu yang tidak mudah mengkafirkan maupun memberontak kepada
penguasa dizamannya yang dengan jelas-jelas mengucapkan ucapan kufur
bahkan memaksa para ulama untuk mengikuti kekufurannya. Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah Rahimahullahu berkata :
“Yang benar dari Imam Ahmad dan para Imam Ahlus Sunnah yang lain adalah pengkafiran kelompok Jahmiyah* dan yang semisalnya…meskipun Imam Ahmad tidak mengkafirkan individu-individunya atau tidak pula mengkafirkan orang-orang yang divonis sebagai Jahmiyah atau beliau tidak mengkafirkan orang-orang yang menyepakati Jahmiyah dalam sebagian bid’ahnya, bahkan beliau sholat dibelakang orang-orang Jahmiyah yang menyeru manusia kepada ucapan mereka serta menguji dan menyiksa manusia yang tidak sesuai dengan aqidah mereka dengan penyiksaaan yang amat pedih. Imam Ahmad dan para Imam-imam (Ahlu Sunnah wal jama’ah) yang lain tidak mengkafirkan mereka bahkan meyakini akan keimanan dan kepemimpinan mereka serta mendoakan mereka dengan kebaikan. Beliau berpendapat bolehnya sholat dibelakang mereka, haji dan berperangbersama mereka.Dan beliau beserta para imam-imam amat melarang dari memberontak terhadap penguasa. Meskipun demikian beliau tetap mengingkari ucapan batil yang merupakan suatu kekufuran tersebut walaupun mereka sendiri terkadang tidak mengetahui akan kekufuran itu. Beliau senantiasa mengingkari dan berusaha untuk membantah ucapan tersebut sesuai dengan kemampuan. Maka dengan inilah beliau telah menyatukan antara ketataatan kepada Allah dan Rasul-Nya dalam menegakkan sunnah serta agama ini dan pengingkaran terhadap bid’ahnya Jahmiyah dengan memperhatikan hak-hak kaum mukminin baik para penguasa maupun umat secara umum meskipun mereka itu jahil, pelaku bid’ah, dzolim dan fasik”. [Majmu' Fatawa 7/507-508 oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah]
Catatan : * Kelompok Jahmiyah dipelopori oleh Ja’ad bin Dirham yang dihukum (sembelih) oleh seorang gubernur yang bernama Kholid bin Abdillah Al-Qosri atas perintah Kholifah Hisyam bin Abdil Malik dengan persetujuan para ulama tabi’in pada zaman itu. Dan kesesatannya diwarisi serta disebarkan oleh Jahm bin Sofwan. Diantara kesesatannya adalah meniadakan semua nama dan sifat Allah, tidak mengakui bahwa Nabi Ibrahim adalah kholilullah (kekasih Allah) serta Musa kalimullah (pernah diajak bicara oleh Allah) dan lain-lain. (Lihat Maqoolathut ta’thil oleh Syaikh Kholifah At-Tamimi).
Wahai
Mujahidin, janganlah kalian menuduh orang yang tidak mengkafirkan
penguasa sebagai penjilat atau antek pemerintah ! Jangan kalian
menganggap atau menyangka bahwa kalau orang tersebut tidak mengkafirkan
penguasa berarti dia ridho dengan kedzaliman yang ada pada mereka !
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa “ (QS.Al-Hujurat : 12)
Bedakan
antara mengkafirkan dan mengingkari kemungkaran! Orang yang tidak
mengkafirkan pezina –misalnya-, apakah bisa dikatakan orang itu ridho
dengan perbuatan maksiat tersebut ?! Ikutilah jejak Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam dan para salafush sholeh seperti Imam Ahmad
Rahimahullahu diatas.
أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهِ
Artinya : ” Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. “ (QS.Al-An’am : 90)
Wahai
Mujahidin, janganlah tergesa-gesa meneriakkan suara (Shoutu) jihad
sebelum kalian memahami dengan benar sunnah Rasul Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam khususnya yang berkaitan dengan penguasa. Tergesa-gesa bukan
perangai yang baik bahkan akan mengakibatkan madharat yang banyak sekali
bagi Islam dan kaum muslimin. Para ulama ushul (fiqih) mengatakan :
من استعجل شيئا قبل أوانه عوقب بحرمانه
Barangsiapa yang tergesa-gesa (untuk meraih) sesuatu sebelum waktunya maka dia akan dicegah darinya [Al-Qowaaid Al-Fiqhiyah hal.68 oleh Syaikh Abdurrohman As-Sa'di]
Wahai
Mujahidin, ingatlah tatkala seorang sahabat yang bernama Khobab bin
Arot berkata : Kami pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam : “Wahai Rasulullah, mengapa anda tidak meminta
pertolongan (kepada Allah) untuk kami ? Mengapa anda tidak berdoa kepada
Allah untuk kami ?” Maka beliaupun menjawab : “Sesungguhnya ada
diantara orang-orang sebelum kalian yang digergaji mulai kepalanya
hingga kakinya, tapi hal itu tidak memalingkannya dari agamanya. Dan ada
pula yang disisir dengan sisir besi hingga mengenai tulang dan
dagingnya, tapi hal itu tidak memalingkannya dari agamanya”. Kemudian
beliau mengatakan : “Demi Allah, sungguh Dia akan menyempurnakan
agama-Nya ini hingga seorang yang berjalan dari Shon’a (Ibukota Yaman)
hingga Hadramaut tidak takut kecuali hanya kepada Allah dan tidak takut
srigala yang memangsa kambingnya, akan tetapi kalian tergesa-gesa“. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir 1/328 tentang tafsir ayat 214 surat Al-Baqarah]
Ingatlah
wahai Mujahidin, kemenangan dan kemuliaan Islam ada ditangan Allah. Dan
Allah telah menjanjikannya kepada kaum muslimin dan kepada para
Mujahidin, tapi dengan syarat mereka mau kembali kepada agama Islam yang
murni dan kepada tauhid yang bersih dari segala bentuk kesyirikan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
قُلِ
اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ
الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ
بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya : “ Katakanlah:
“Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. ” (QS.Ali Imron : 26) dan Dia juga berfirman :
وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ
وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا
يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ
Artinya : “Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik”. (QS.An-Nuur : 55)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
إذا تبايعتم بالعينة وأخذتم أذناب البقر ورضيتم بالزرع وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلا لاينزعه حتى ترجعوا إلى دينكم
Artinya : “Apabila
kalian telah berjual beli dengan cara ‘inah (sejenis riba) dan kalian
mengambil ekor-ekor sapi serta rela dengan persawahan (cinta dunia) dan
kalianpun meninggalkan jihad maka pasti Allah akan menimpakan kepada
kalian kehinaan yang tidak akan diangkat kehinaan tersebut hingga kalian
kembali kepada ajaran agama kalian”. [ HR.Abu Daud no.3462]
Di dalam
hadits ini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjelaskan jalan keluar
dari kehinaan yang menimpa umat Islam yaitu dengan cara kembali
mempelajari Islam yang murni berdasarkan kepada Al-Qur’an, hadits serta
atsar dari para sahabat dan mengamalkan Islam yang murni tersebut. Dan
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak memerintahkan umat untuk
berjihad saja, tapi lebih dari itu “…hingga kalian kembali kepada ajaran
agama kalian” terutama dalam masalah aqidah. Bagaimana kalian menyeru
umat Islam untuk berjihad melawan orang-orang kafir sekarang, sedang
kalian mengetahui sendiri keadaan kaum muslimin dengan setumpuk
kesyirikan, kebid’ahan, kemaksiatan dan lain sebagainya dari
penyimpangan-penyimpangan ?! Bagaimana mungkin Allah akan menurunkan
pertolongan-Nya, sedangkan kaum muslimin belum menolong (menjalankan
agama) Allah ?! Allah telah berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS.Muhammad : 7)
Wahai
Mujahidin, ambillah pelajaran dari kisah perang Uhud ! Satu kemaksiatan
saja dapat memporak-porandakan pasukan kaum muslimin, lalu bagaimana
jika kemaksiatan tersebut telah mengakar dalam diri kaum muslimin dan
menumpuk dimana-mana ?! Allah mengisahkan tentang sebab kekalahan
diperang Uhud dalam firman-Nya :
أَوَلَمَّا
أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى
هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya : “Dan
mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal
kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu
(pada peperangan Badar) kamu berkata: “Dari mana datangnya (kekalahan)
ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.Ali Imron : 165)
Catatan hitam untuk Buletin Shoutul Jihad edisi 25
1- Shoutul Jihad menukilkan ucapan Yunus bin Ubeid Rahimahullahu salah seorang ulama salaf yang mengatakan : “Bila ada pemerintah yang menyimpang dari As-Sunnah, dan masyarakat berkata : “Sungguh kita telah diperintahkan untuk taat kepadanya (pemerintah kita) maka Allah akan menanamkan keraguan dihatinya dan akan ditimpa (diwariskan) kepadanya sifat saling mencela”.
Kita
sangat amat menghormati ulama salaf dan ucapan mereka kita jadikan
hujjah selama tidak bertentangan dengan nash Al-Qur’an maupun hadits
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Namun sayang Shoutul Jihad tidak menjelaskan dari mana mereka menukil atsar ini. Imam Malik Rahimahullahu mengatakan :
ليس أحد بعد النبي إلا ويؤخذ من قوله ويترك إلا النبي
“Setiap ucapan manusia bisa diterima dan bisa juga ditolak melainkan ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam”. [Lihat Sifat Sholat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam hal.24 oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani]
Wahai
Mujahidin, bukankah ucapan Yunus bin Ubeid bertentangan dengan hadits
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam diatas ?! Bukankah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tetap memerintahkan untuk taat kepada
pemerintah kaum muslimin meski mereka menyimpang dari sunnah beliau
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ?! Manakah yang kalian pilih ucapan Yunus
bin Ubeid ataukah sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ?!
Allah ta’ala berfirman :
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS.Al-Hujurat : 1)
Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhu pernah berkata : “Aku melihat mereka akan binasa, aku mengatakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda (membolehkan haji tamattu’) sedang mereka (membantahnya) dengan mengatakan Abu Bakar dan Umar (melarangnya)”. [Lihat Sunan Ad-Darimi 1/129]
Jika sabda
Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak boleh dibantah dengan ucapan
orang termulia dikalangan para sahabat, maka bagaimana dengan ucapan
orang yang lebih dibawah mereka derajat dan keutamaannya ?! Renungkanlah
hal ini baik-baik wahai Mujahidin sebelum kalian meneriakkan jihad !!!
Sungguh bagaimana bila seorang salafusshaleh seperti Abdullah bin Abbas
hidup pada zaman sekarang dan melihat tingkah laku shoutul jihad ?!
2- Shoutul Jihad mengkritik Buletin Al-Hujjah (terbitan Mataram-Lombok Barat) dengan mengatakan : “Di Indonesia para pencatut nama salaf ini dilanda penyakit mencela. Sebagai contoh dalam bulletin Al-Hujjah terbitan ‘salafy’ Mataram risalah yang ke 13….Penyakit suka mencela telah nampak dalam tulisan ini dalam kalimat doyan. Kata ini merupakan celaan yang sangat tidak sopan baik menurut ukuran umat Islam atau yang bukan…”
Ya meskipun saatnya Mujahidin berbicara [Buletin Shoutul Jihad mempunyai slogan "Saatnya Mujahidin berbicara".]
tapi ya bercermin dulu dong kalau mau berbicara ! Lihat apakah ucapan
kalian ini memang bisa dipertanggung jawabkan di hadapan Allah nanti
atau tidak ! Apakah setiap ucapan kalian berdasarkan dalil atau hanya
berdasarkan semangat yang membabi buta tanpa petunjuk rasul Shallallahu
‘alaihi wa Sallam ?! Kalimat “doyan” kalian anggap sebagai bentuk
celaan, padahal dalam buletin kalian banyak kalimat-kalimat yang lebih
parah lagi semisal : Penyakit para pengaku salaf ‘salafy’ (Tanda Kutip),
menjilat pemerintah, sok salaf, para pengaku salaf (sok salaf) ini
sikapnya sama dengan Khawarij…Murjiah….Syiah Rafidhah…Sufi…anjing
penjilat dan lain-lain. Apakah kalimat-kalimat tersebut udah sopan
menurut kalian ?! Inikah sikap seorang Mujahidin ?! Orang lain
diharamkan mencela tapi kalian justru pandai dan ahli mencela. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ(*)كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ
Artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (QS.Shaaf : 2-3) Seorang penyair mengatakan :
أحلال على البلابل الدوح حرام على الطير من كل جنس ؟!
Apakah pohon itu dibolehkan bagi burung Bulbul saja
dan diharamkan bagi semua jenis burung ?!
3- Shoutul Jihad mengatakan “Al-Madkhaly dengan pikirannya telah banyak melahirkan takfiriyyiin sesama para dai (baca tulisan terbuka Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi hafidzahullaah kepada Robi’ al-Madkhaly).
Wahai
Mujahidin, kalau ucapan atau tuduhan kalian ini benar, tolong buktikan
kepada para pembaca bahwa Al-Madkholi melahirkan takfiriyyiin ?! Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Artinya : “Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar“.” (QS.Al-Baqarah : 111)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
البينة على المدعي
Artinya : “Wajib bagi para penuduh untuk mendatangkan bukti…” [HR.Baihaqi]
Shoutul
jihad mencela Syaikh Robi’ Al-Madhkholi –hafidzahullahu- dan menuduh
beliau melahirkan takfiriyyin dengan tidak membawakan bukti atau tidak
ada bukti yang jelas dalam hal ini. Tapi yang aneh justru shoutul jihad
memuji Abu Muhammad Al-Maqdisi yang merupakan dedengkot
takfir/pengkafiran pada zaman ini. Inikah yang dikatakan : Gajah di
pelupuk mata tidak tampak namun debu diseberang lautan tampak.
Abu
Muhammad ini telah mengkafirkan negara Saudi Arabiah tempat dua masjidil
Haram dan sekaligus kiblat kaum muslimin dalam bukunya yang berjudul “Al-Kawaasyif Al-Jaliyah fi kufri Ad-Daulah As-Su’udiyah”
(Menyingkap kekufuran Negara Saudi Arabiah). Dari judulnya saja sudah
cukup untuk mengetahui isinya. Kalau Saudi Arabiah sudah dikafirkan,
apalagi yang tersisa ?! Ataukah kalian sudah punya negara Islam ?!
Takutlah kepada Allah wahai Mujahidin !!!
4- Shoutul jihad mengambil ucapan Abu Muhammad yang menyamakan Dakwah Salafiyah dengan Khawarij, Murjiah, Syiah Rafidhah, dan Sufi. Abu Muhammad mengatakan : “Para pengaku salaf (sok salaf) ini sikapnya sama dengan Khawarij ketika mendudukkan permasalahan sesama para dai, terbukti sikapnya terhadap Sayyid Qutub rahimahullahu.”
Entah Abu Muhammad atau shoutul jihad yang tidak mengerti siapa Khawarij itu ?! Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
“Kelompok Khowarij adalah orang pertama yang mengkafirkan kaum muslimin dan mengatakan kafir bagi setiap pelaku dosa. Mereka mengkafirkan orang yang menyelisihi bid’ah mereka serta menghalalkan darah serta hartanya”. [Majmu fatawa 7/279.]
Silahkan
pembaca yang menghukumi siapa yang Khawarij, Abu Muhammad Al-Maqdisi
yang mengkafirkan Negara Saudi Arabiah ataukah Shoutul jihad pembeo Abu
Muhammad ???
Apakah
orang (Dakwah Salafiyah) yang membela para Nabi dan para sahabat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dari celaan dan caci maki Sayyid Qutub
dikatakan Khawarij ?! Tidakkah para pengagum Sayyid Qutub tahu bahwa
sang pujaan mereka telah berani-beraninya mencaci maki sebagian Nabi dan
para sahabat ?! Sayyid Qutub mengatakan :
“Kita ambil Musa sebagai contoh pemimpin yang cepat naik pitam…” [At-tashwir al-fanni fil Qur'an" hal 200 oleh Sayyid Qutub]
Sayyid Qutub juga mengatakan :
“Ketika Mu’awiyah dan temannya memilih jalan kedustaan, kecurangan, penipuan, kemunafikan, suap dan membeli kehormatan, maka Ali tidak dapat melakukan perangai yang buruk ini. Oleh karenanya, tidak heran kalau Mu’awiyah dan teman-temannya berhasil sedang Ali gagal, tapi kegagalan ini lebih mulia dari semua kesuksesan” . [Kutubun wa syakhshiyaat hal.242 oleh Sayyid Qutub]
- Abu Muhammad mengatakan :
“Para pengaku salaf (sok salaf) sikapnya sama dengan Murjiah ketika berhadapan dengan penguasa terbukti dalam menghadapi penguasa yang ada”.
Wahai
Mujahidin, jangan gegabah dalam menvonis sebelum engkau tahu apa dan
siapa Murjiah itu !!! Dakwah Salafiyah ketika menghadapi penguasa selalu
bernaung dibawah cahaya Al-Qur’an dan hadits Nabi serta metode para
ulama salaf. Dakwah Salafiyah tidak mudah mengkafirkan para penguasa
karena mengikuti ajaran Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam (seperti
hadits diatas) dan juga mengikuti sikap para ulama salaf seperti Imam
Ahmad rahimahullahu. Apakah Imam Ahmad Rahimahullahu yang tidak
mengkafirkan penguasa dizaman beliau dan tidak mau memberontak, meskipun
sang penguasa amat dzalim bahkan memiliki keyakinan yang kufur
dikatakan Murjiah ?!
- Abu Muhammad mengatakan :
“Para pengaku salaf (sok salaf) sikapnya sama dengan Syiah Rafidhah terbukti dalam mengamalkan ibadah jihad mereka berdalih menunggu bimbingan ulama yang besar (baca buletin Al-Hujjah, risalah ke 13) sedang Syiah Rafidhah menunggu ulama yang ma’shum alias Imam Mahdi“.
Mungkin
para pembaca tidak habis pikir, bagaimana Dakwah Salafiyah bisa
disamakan dengan Syiah Rafidhah ?! Ya kita maklumi saja lah, mungkin Abu
Muhammad dan Shoutul jihad tidak paham atau tidak tahu tentang siapa
Syiah atau siapa Salafy.
Sesungguhnya
menunggu bimbingan ulama kibar (besar) dalam masalah jihad atau masalah
besar lainnya yang berkaitan dengan umat merupakan perintah Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini berlainan dengan orang-orang munafik atau
orang-orang yang ngelama’ (sok jadi ulama) yang tidak mau mengembalikan
urusan umat kepada para ulama’nya. Allah ta’ala berfirman :
وَإِذَا
جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ
رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ
الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
Artinya : ”
Dan apabila datang kepada mereka (orang-orang munafik) suatu berita
tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau
mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka,
tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena
karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan,
kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” (QS.An-nisa’ : 83) yang dimaksud dengan ulil amri adalah para ahli ilmu (ulama) dan ahli fiqh (fuqoha’). [Lihat tafsir Imam Al-Qurthubi 5/278]
- Abu Muhammad mengatakan :
“Para pengaku salaf (sok salaf) sikapnya sama dengan sufi dalam manhajnya tashfiyah wat tarbiyah“.
Sungguh
malang nasib Abu Muhammad yang tidak tahu arti tashfiyah dan tarbiyah.
Tashfiyah adalah memurnikan Islam dari segala virus dan kotoran yang
menempel kepadanya seperti memurnikan Islam dari aqidah sesat, hadits
lemah atau palsu ataupun dari virus takfir yang dilakukan oleh
takfiriyyun semisal Abu Muhammad. Apakah sufi mengenal istilah pemurnian
Islam dari hadits lemah atau palsu ?! Sadarlah wahai Mujahidin, boleh
kalian berbicara tapi jangan ngelantur !!! Adapun tarbiyah artinya
mendidik umat diatas Islam yang murni berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah
sesuai dengan pemahaman salafush shaleh. Apakah sufi juga mengamalkan
seperti ini ?! Bukankah Sufi itu lebih identik dengan khurafat dan
bid’ahnya ?! Wahai Mujahidin, janganlah kalian menyamakan antara Dakwah
Salafiyah yang selalu berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan sunnah sesuai
dengan pemahaman salafush shaleh dengan ahli bid’ah diatas !
Allah ta’ala berfirman :
وَمَا
يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَلَا الْمُسِيءُ قَلِيلًا مَا تَتَذَكَّرُونَ
Artinya : “Dan
tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah
(pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan
orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.” (QS.Ghafir : 58)
5- Shoutul
jihad hanya bisa lempar batu sembunyi tangan, tidak berani menunjukkan
batang hidung ataupun identitasnya. Sebuah buletin misterius, yang tidak
bisa dipertanggung jawabkan keilmiahannya. Kalau kalian takut, jangan
teriakkan suara (shoutul) jihad dong !!! Mujahidin apaan tuh !!! Kelas
teri atau keras gadungan ?! Apakah ini yang disebut tong kosong nyaring
bunyinya ?! Menyeru orang berjihad tapi tidak berangkat jihad, bahkan
menulis majalah saja takut menulis jati dirinya. Inna lillahi wa inna
ilahi Roji’un.
Para
pembaca yang budiman, ulama hadits terdahulu tidak mau menerima
hadits/ilmu agama dari orang yang misterius seperti buletin shoutul
jihad ini dan hal itu dikenal dengan istilah mubham. Al-Hafidz Ibnu
Hajar Al-Asqolaani Rahimahullahu berkata : “Dan tidak diterima (hadits)
dari orang yang mubham (misterius)…” [Lihat An-Nukat 'ala nuzhatin nazhor oleh Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi hal.135]
Al-Hafidz
Ibnu Katsir Rahimahullahu berkata : “Adapun mubham yang tidak bernama
(mr x) atau ada namanya tapi tidak diketahui jati dirinya (misterius),
maka orang seperti ini tidak diambil riwayat haditsnya (ilmunya) oleh
seorangpun (dari para ulama) yang kita ketahui”. [Al-Ba'itsul hatsits hal.69 oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir]
Selamat
jalan wahai Mujahidin, semoga Allah selalu memberimu hidayah dan taufiq
serta menyelamatkan kalian dari jaring-jaring Khawarij. Dan semoga
bendera Jihad selalu berkibar dibawah naungan para ulama Robbaniyyin
Ahlus sunnah wal jama’ah.
Ya Allah
tunjukkanlah yang haq itu haq dan berilah kami kekuatan untuk
mengikutinya. Dan tunjukkanlah yang batil itu batil serta berikan kami
kekuatan untuk menjauhinya.
=== Majalah adz-Dzakhirah===
Tidak ada komentar:
Posting Komentar