Pada era 1990-an saya aktif mengikuti kajian-kajian
yang dibawakan ust. Husin Alatas di majlis ta’lim daerah Cawang serta di tempat
lain.
Pernah pada kajiannya ust. Husin mengangkat tema tentang kedustaan
beberapa hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh RA. Serta sosok seorang
“Abu Hurairoh” yang meriwayatkan begitu banyak hadist dari Nabi Salallahu
Alaihi Wassalam sedang beliau bersama Nabi dalam waktu yang singkat.
Jika ust. Husin berhalangan hadir, maka yang memberikan
kajian digantikan oleh ust Usman Shihab (belakangan saya ketahui bahwa beliau
adalah salah satu tokoh syiah). (umarabduh.blog.com, eyangheri March
3rd, 2012 1:55 am).
***
BILA
DIPERHATIKAN dengan seksama, sikap para pendukung Radio Silaturahim (RASIL)
yang dikatakan pro syi’ah oleh umat Islam sepertinya agak mirip dengan sikap
media kafir terhadap perjuangan bangsa Palestina. Sebagian media kafir
cenderung menyebut perjuangan bangsa Palestina yang sedang mempertahankan tanah
airnya dengan label pemberontak.
Begitu juga dengan para pendukung Radio Silaturahim (RASIL).
Ketika sejumlah umat Islam memergoki di radio tersebut ada misionaris syi’ah
yang sedang menjajakan kesesatan, kemudian temuan itu ditulis dalam sebuah
situs, dan diikuti oleh sejumlah situs atau blog lainnya, justru oleh pendukung
Radio Silaturahim dilabeli macam-macam.
Ada yang melabeli fitnah, ghibah, membuka aib seseorang,
merupakan tuduhan keji, mempercayai kabar yang datangnya dari orang fasik,
mengolok-olok, dan sebagainya. Sehingga para pendukung RASIL yang pro syi’ah
ini menyarankan agar melakukan tabayyun, berdialog, dan datang ke RASIL.
Begitulah gaya pendukung kesesatan yang sombong dan belum
mendapat hidayah. Radio Silaturahim (RASIL) adalah media publik, yang bisa diakses
oleh siapa saja yang punya pesawat radio di rumahnya atau di kendaraannya.
Secara khusus, Radio Silaturahim (RASIL) memposisikan diri sebagai radio dakwah
Islam. Maka, ketika umat Islam memergoki radio tersebut sedang berselingkuh
dengan penjaja paham sesat syi’ah laknatullah, dan melaporkannya kepada umat
Islam pada umumnya melalui situs atau blog atau media apa saja, pantaskah
tindakan tersebut disebut fitnah dan sebagainya?
Jelas tidak. Karena apa-apa yang dilakukan nahimunkar dan
pengelola situs Islam lainnya adalah sedang menjaga akidah umat Islam. Ibarat
bangsa Palestina yang sedang mempertahankan tanah airnya dari caplokan Israel.
Para pembela RASIL yang pro Syi’ah ini juga berani
mempertahankan kesesatannya dengan membawa-bawa ayat Al-Qur’an serta hadits
Nabi. Mereka ini seperti penganut paham sesat lainnya (LDII, NII KW9 dan
sebagainya) yang gemar mempermainkan ayat dan hadits Nabi untuk menakut-nakuti
lawan bicaranya. Kalau lawan bicaranya kurang menguasai, pastilah dibikin keok
sehingga mereka punya alasan untuk membenar-benarkan kesesatannya (justifikasi
kesesatan).
Cara-cara tersebut memang lazim ditempuh oleh para penganjur
kesesatan. Bahkan mereka berani menantang mubahalah segala macam. Namun sering
kali, ketika tantangan itu dijabanin, mereka tunggang langgang seperti
kucing dikejar anjing. Tapi, jika didiamkan saja, maka mereka cenderung bekoar-koar
seperti jurkam partai politik saat pemilu yang isinya bohong melulu.
Kalau RASIL memang serius dengan dakwah Islamnya, bukan
sekedar menempelkan label Islam, tetapi isinya bisa syi’ah, tarekat sesat,
bid’ah dan sebagainya, seharusnya mereka berterimakasih karena telah diingatkan
oleh sesama muslim. Seharusnya mereka segera menyadari dan meminta maaf kepada
umat Islam. Namun itu sama sekali tidak dilakukan. Pendukung Rasil justru
ibarat mendorong-dorong agar ‘orang Palestina’ yang sepantasnya melakukan
tabayyun ke ‘Israel’ dan berdialog. Maksudnya, mungkin supaya bisa disuruh
tutup mulut.
Kesimpulan bahwa RASIL pro Syi’ah memang ada dasarnya. Selain
ucapan para ustadz syi’ah yang dijadikan narasumber RASIL, juga bisa diperoleh
dari para pendukung RASIl yang berusaha mengomentari tulisan berkenaan dengan
RASIL dan syi’ah. Di Eramuslim, misalnya, meski tulisan berjudul Radio
Silaturahim Pro Syi’ah? sudah tidak dipublikasikan, namun tetap melahirkan
sejumlah komentar untuk surat klarifikasi yang dipublikasikan situs tersebut.
Salah satunya, datang dari seorang pendukung RASIL dengan
nama alias Sidik12Cikeas yang bermaksud membela, namun dalam pembelaannya
itu ia sekaligus memberikan informasi bahwa ia banyak mendengar soal Syiah
di Rasil. Selengkapnya sebagai berikut:
Assalamu alaikum wr wb,
Salam sejahtera semoga kita semua selalu dalam lindungan
Allah SWT. Saya seorang muslim. Saya mulai mendengarkan rasil sejak -+ 1 tahun
lalu. Saya banyak mendengar soal Syiah di Rasil, bahkan saya pernah ikut
aksi solidaritas Palestine yang digagas warga Syiah di Monas.
Awalnya saya sempat berfikir bahwa radio ini adalah
radionya Syiah, namun setelah saya mendengarkan terus siaran-siarannya
(khususnya Ustadz Husen Alatas) saya tidak pernah sekalipun mendengar beliau
berlebihan memuji Imam Ali atau menghujat sahabat Abu Bakar As Shidiq, Umar bin
Khatab juga Usman bin Affan. Saya berkeyakinan bahwa Rasil dan Ustadz Husen
bukanlah seorang Syiah.
Terutama ketika dalam satu kesempatan off air (acara
Maulid Masjid Silaturahim) beliau bersumpah dan mengajak orang yang menuduhnya
Syiah untuk membawa keluarganya di tengah lapang, kemudian berdoa semoga Allah
menurunkan laknatNya kepada beliau dan keluarganya bila mana beliau seperti
yang dituduhkan (Syiah) dan begitu juga sebaliknya.
Yang sering saya dengar adalah soal kerisauan beliau kepada
saudara kita yang sering membid’ah kan saudara yang lain.
Banyak ilmu yang di share Ust Husen dari soal zakat hingga
ibadah Haji, dari soal tanggung jawab suami kepada Istri hingga masalah jihad.
Semoga ini bisa menjadi kesaksian (kecil) soal identitas
Rasil dan Ust Husen. Hingga saat ini saya berkeyakinan bahwa tidak ada yang Ust
Husen sampaikan kecuali kebenaran Islam.
I love Islam, I love every moslim. Satukanlah kami ya Allah
dalam ke iman an hanya kepada Mu. Tumbuhkanlah cinta diantara kami hamba
Mu ya Allah. Allahu Akbar.
Dari pembelaan seseorang dengan nama alias Sidik12Cikeas
tadi, justru semakin membuat kita yang jeli bertambah kuat dugaannya, bahwa
RASIL memang Pro syi’ah. Sosok Sidik12Cikeas ini seperti mahasiswa
Indonesia yang belajar agama di Barat. Mereka begitu terpukau, karena profesor
yang mengajarkan Islam di sana pengetahuan Islamnya lebih tinggi dibanding sang
mahasiswa. Sehingga, ketika dibelokkan kepada kesesatan berfikir, liberalisme
dan sebagainya, tidak begitu terasa. Bahkan lebih parah lagi, mereka tidak
merasa telah mempelajari yang salah; justru merasa superior karena merasa telah
mempelajari Islam yang lebih baik, lebih modern, lebih maju, lebih toleran,
dari orang lain. Begitulah prosesnya. Pertama-tama terpukau, lama-lama
tersesat.
Dalam hal kesaksian tentang ustadz Husin Alatas, ada sebuah
komentar yang dipublikasikan di umarabduh.blog.com yang dikirim oleh sosok
bernama alias eyangheri. Sosok ini (eyangheri March 3rd, 2012
1:55 am) mengaku pernah menjadi peserta aktif pada pengajian di daerah Cawang,
Jakarta Timur. Selengkapnya sebagai berikut:
Pada era 1990-an saya aktif mengikuti kajian-kajian yang
dibawakan ust. Husin Alatas di majlis ta’lim daerah Cawang serta di tempat
lain.
Pernah pada kajiannya ust. Husin mengangkat tema tentang kedustaan
beberapa hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh RA. Serta sosok seorang
“Abu Hurairoh” yang meriwayatkan begitu banyak hadist dari Nabi Salallahu
Alaihi Wassalam sedang beliau bersama Nabi dalam waktu yang singkat.
Jika ust. Husin berhalangan hadir, maka yang memberikan
kajian digantikan oleh ust Usman Shihab (belakangan saya ketahui bahwa beliau
adalah salah satu tokoh syiah).
Demi ALLAH yang jiwa saya berada di genggamanNYA, pengalaman
tersebut di atas saya alami sendiri. Mengenai kesimpulan, masing-masing menilai
sendiri.
Dari komentar eyangheri di atas, kita memperoleh
informasi bahwa ustadz Husin Alatas sudah sejak 1990-an menjajakan syi’ah, dan
salah satu cirinya adalah merendahkan kedudukan hadits yang diriwayatkan Abu
Hurairoh.
Komentar dari eyangheri sekaligus juga sudah
mementahkan pembelaan seorang pendukung RASIL bernama Muhammad Hadi Alathas
di box komentar eramuslim, sebagai berikut:
Ayah saya, Hamzah Alatas salah satu pengisi Rasil, beliau
bukan syiah, dan kami juga keluarga masjid Al Hawi Cililitan. Habib Rizieq FPI,
mengisi juga di Rasil, dan beliau juga bukan syiah. Jadi ini bisa dikategorikan
fitnah dong?
Logika terbalik sudah digunakan oleh Muhammad Hadi
Alathas. Mengapa disebut demikian? Kalau Hamzah Alatas bukan syi’ah tetapi
mengerti syi’ah, tentu ia merasa gerah karena di radio tempatnya berdakwah ada
gerakan syi’ah. Kecuali bila ia bukan syi’ah sekaligus tidak paham syi’ah, maka
ia layak dikategorikan jahil. Tetapi bila ia mengaku bukan syi’ah sekaligus
mengerti syi’ah namun diam saja ada gerakan syi’ah, itu namanya taqiyah atau
berdusta.
Meski di RASIL ada narasumber bernama Hamzah Alatas yang
mengaku bukan syi’ah, bahkan ada Habib Rizieq FPI yang dikatakan bukan syi’ah,
bukan berarti keberpihakan RASIL terhadap syi’ah bisa dianulir. Selama RASIL
membiarkan dan atau menyetujui ada pesan-pesan syi’ah di dalamnya, maka tetap
saja RASIL dapat diposisikan sebagai radio yang pro syi’ah.
Bila diibaratkan dengan keberadaan mesjid atau mushalla di
kompleks pelacuran, tentu aktivitas pelacurannya tetap HARAM meski ada mesjid
atau mushalla di tengah-tengah mereka. Boleh jadi, mesjid atau mushalla itu
hanya dijadikan tameng oleh praktisi prostitusi dengan harapan tidak diganyang
masyarakat.
Begitu juga dengan RASIL. Boleh jadi narasumber yang
dikatakan bukan syi’ah itu sekedar dijadikan tameng untuk menutupi wajah syi’ah
RASIL yang sebenarnya. Atau, boleh jadi, narasumber yang dikatakan bukan syi’ah
itu sedang bertaqiyah, padahal sesungguhnya mereka itu berpaham sesat syi’ah
laknatullah.
Ibarat kata pepatah, sekelompok burung itu cenderung
berteman atau bergerombol dengan sejenisnya. Burung gereja bergerombol dengan
burung gereja. Kelelawar bergerombol dengan sesama kelawar hidup di dalam gua
yang gelap. Syi’ah dengan syi’ah, atau yang menyerupainya.
Gambar oleh: flickr.com
(haji/tede/nahimunkar.com)
Sumber: http://www.nahimunkar.com/sikap-pendukung-radio-rasil-pro-syiah-dan-seperti-sikap-media-kafir/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar