- A. Sekilas Tentang Sosok Ahmad Dahlan Menurut Para Ulama Ahlussunnah wal Jama’ah
Tentangnya, maka telah berkata Syaikh Muhammad Rosyid Ridho rohimahulloh dalam muqoddimahnya terhadap kitab Shiyanah Al Insan, “Orang yang paling masyhur dari pencela-pencela (Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rohimahulloh) adalah mufti Makkah Al Mukarromah, Ahmad Zaini Dahlan yang wafat tahun 1304 H. Ia telah mengarang sebuah risalah tentang itu yang seluruh permasalahannya berporos pada dua poros, yaitu:
- Poros kebohongan dan kedustaan atas Syaikh (Muhammad)
- Kebodohan yang mana ia menyalahkan yang sebenarnya benar.”
- B. Tentang Karangan-Karangannya
Di antara karangan-karangan Ahmad bin Zaini Dahlan ini adalah:
- Ad Duror As Saniyyah fi Rodd ‘ala Al Wahhabiyyah
- Fitnah Al Wahhabiyyah
- Asna Al Matholib fi Najah Abi Tholib
Buku ini memuat kedustaan, kepalsuan, pengkaburan dakwahnya, dan bersandar kepada penghuni-penghuni kuburan (mayat-mayat). Di dalam bukunya itu ia telah bertindak lalim kepada ahli tauhid dengan fitnah dan kejelakan.” [Muqoddimah Ta’yid Al Malik Al Mannan (hal. 23-24)]
Di antara kedustaan dan kepalsuan yang menghiasi bukunya ini adalah pernyataannya di halaman 46, “Zhahir dari Muhammad bin ‘Abdul Wahhab adalah ia menklaim bahwa ia seorang nabi akan tetapi ia tidak mampu menampakkannya secara tegas tetang itu.” Maka kita katakana, “Mahasuci Engkau ya Allah. Sesungguhnya ini adalah kedustaan besar!”
Syaikh Muhammad Rosyid Ridho rohimahulloh mengatakan, “Kami menduka bahwa Syaikh Ahmad Dahlan belum melihat kitab-kitab & risalah-risalah (karangan Syaikh Muhammad)… Setiap apa yang ia tulis dalam risalahnya (sesuai) apa yang ia dengar dari orang-orang yang dibenarkannya. Bukankah tatsabbut (mencari kebenaran berita) di dalamnya termasuk kewajibannya, dan mencari dan bertanya tentang kitab-kitab & risalah-risalahnya Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dan menjadikan bantahannya atasnya. . Di dalamnya ia mengatakan (baca: membawakan) kabar-kabar bibir (kabar burung). Ia berkata, “Si Fulan telah berkata kepada kami.” Atau, “Konon dia (Syaikh Muhammad) itu begini. Jika benar, maka hukumnya begini.” [Shiyanah Al Insan (hal. 14)]
Tentang bukunya yang kedua, Fitnah Al Wahhabiyyah, berkata Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman hafizhohulloh, “Di salamnya ia berbicara dengan sesuatu yang tidak dikenal. Di dalamnya ia mengatakan (baca: membawakan) kabar-kabar bibir (kabar burung). Ia berkata, “Si Fulan telah berkata kepada kami.” Atau, “Konon dia (Syaikh Muhammad) itu begini. Jika benar, maka hukumnya begini.” [Kutub Hadzdzaro minha Al ‘Ulama (I/251)]
Adapun tentang bukunya yang ketiga, Asna Al Matholib fi Najah Abi Tholib, telah berkata Syaikh Rosyid Ahmad Al Kankuni Al Hindi rohimahulloh –penulis Badzlul Majhud syarh Sunan Abi Dawud yang dinisbatkan kepada salah seorang muridnya, Ahmad Kholil, padahal yang benar kitab itu merupakan dekteannya yang ia dektekan kepada muridnya itu- dalam kitabnya, Al Barohin Al Qothi’ah ‘ala Zholam Al Anwar As Sathi’ah yang dicetak di India, “Sesungguhnya syaikhnya para ulama Makkah di zaman kami (dekat-dekat tahun 1303 H) telah menghukumi –berfatwa- berimannya Abu Tholib dan telah menyelisihi hadits-hadits shohih karena ia mengambil sogokan riba yang sedikit dari seorang rofidhoh Baghdad.”
Betapa bagusnya pernyataan Syaikh Sholih Al Fauzan hafizhohulloh dalam Al Bayan wa Al Isytihar, “Dan aku telah mendengar lebih dari satu dari kalangan ahli ilmu yang terpercaya berkata, ‘Sesungguhnya Dahlan ini adalah seorang Rofidhoh akan tetapi ia menyembunyikan madzhabnya dan menamakannya (bersembunyi di balik naman) taklid kepada salah satu dari imam yang empat (Abu Hanifah, Malik, Asy Syafi’i, dan Ahmad) dengan tujuan agar tujuan-tujuan kejinya tertutupi dan agar memperoleh jabatan-jabatan yang darinya ia mencari makan. Yang paling membuktikan kerofidhohannya yang jelek adalah karangannya sebuah buku yang berjudul Asna Al Matholib fi Najdah Abi Tholib. Di dalamnya ia membantah nash-nash Al Quran dan hadits-hadits shohih mutawatir dengan nafsunya.’” [Dinukil dari catatan kaki Ta’yid Al Malik Al Mannan (hal. 24)]
Celakanya, fatwanya yang keji ini diikuti oleh seorang ulama yang cukup berpengaruh di Indonesia, terutama di Jawa, Syaikh Muhammad Nawawi bin ‘Umar Al Bantani Al Jawi dalam kitab tafsirnya yang banyak dipelajari di pesantren-pesantren tradisional, Muroh Labid li Kasyf Ma’na Quran Majid(II/201-202) ketika menafsirkan Surat Al Qoshosh ayat ke-56, “Sesungguhnya kamu tidak akan bias memberi hidayah kepada orang yang kamu cintai. Akan tetapi Allah memberi hidayah kepada siapa yang Ia kehendaki. Dia lebih tahu orang-orang yang mendapat petunjuk.”
- C. Kaidah-Kaidah Bathilnya
- Riwayat-riwayat bathil dan semaknanya berupa dengeng-dongeng, buah tidur, dan syair-syair yang tidak memiliki nilai di sisi ulama agama yang hanya laku di pasar orang-orang ‘awwam.
- Berdalil dengan nash-nash yang tidak menunjukkan dalil permasalahan yang ia bawakan secara syariat, seperti firman Allah, “
- Membolak-balikkan realita dan permasalahan dorongan mengikuti jama’ah kaum muslimin dan peringatan dari berpecah dari jama’ah. Menurutnya dan konsekuensi kebodohannya, jama’ah adalah mereka yang paling banyak jumlahnya. Klaim semacam ini bersebrangan dengan nash-nash Al Quran, hadits-hadits shahih, dan atsar-atsar Salafu Sholih.
- D. Para Ulama yang Membantah Doktrin-Doktrinnya
وَ قُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَ زَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا
“Dan katakanlah, ‘Telah datang kebenaran dan kebathilan telah lenyab. Sungguh, kebathilan itu pasti lenyap.”
Karena bahanya pemikiran Ahmad Dahlan ini, maka para ulama di seluruh penjuru dunia Islam beramai-ramai membantah, mematahkan, menyingkap, dan menelanjangi kesesatannya itu. Di antara mereka adalah:
- Al ‘Allamah Al Muhhaddits Asy Syaikh Muhammad Basyir As Sahsuani Al Hindi rohimahulloh dalam kitabnya yang berjudul Shiyanah Al Insan ‘an Waswas Asy Syaikh Dahlan. Kitab ini sudah dicetak berulang kali, di antaranya adalah sebuah cetakan kelima tahun 1395 H/1875 M atas nafkah ‘Abdul ‘Aziz dan Muhammad Al ‘Abdulloh Al Jamih. Dalam cetakan ini disertakan catatan kaki dari Syaikh Isma’il Al Anshori dan lainnya, tashhih dari Syaikh ‘Abdulloh bin ‘Abdurrohman bin Jibrin, dan muqoddimah cet. ke-2 dari Syaikh Muhammad Rosyid Ridho.
- Syaikh ‘Abdul Karim bin Fakhruddin rohimahulloh dalam kitabnya yang dicetak di Al Mathba’ah Al Anshoriyyah Dehli, Al Haqq Al Mubin fi Ar Rodd ‘ala Al Wahhabiyyah Al Mubtadi’in.
- Syaikh Sholih bin Muhammad Asy Syatsri rohimahulloh dalam kitabnya, Ta’yid Al Malik Al Mannan fi Naqdh Dholalat Dahlan, dicet. Darul Habib KSA dengan muqaddimah Syaikh Sholih Al Fauzan
- Syaikh Ahmad bin Ibrohim bin ‘Isa dalam kitabnya, Ar Rodd ‘ala Ma Ja-a Kitab Khulashoh Al Kalam fi Ath Tho’n ‘ala Al Wahhabiyyah wa Al Iftiro’ li Dahlan.
- …
- E. Pengaruh Ahmad Dahlan di Indonesia
Di jugalah yang telah memberikan rekomendasi kepada orientalis, zindiq munafik, dan pembantu penjajah Belanda Dr. Snouck Hurgronje untuk bisa masuk ke Indonesia. Pasalnya, ia juga bekerja sama dengan mufti Batavia yang bernama Syaikh ‘Utsman Al Batawi. Dengan kebredaannya di Indonesia, Belanda semakin jaya dan kuat berkat pemikiran-pemikirannya yang licik. Contohnya adalah perang yang terjadi di Aceh-Belanda juga di balik pemikirannya. [Priksa Api Sejarah Jilid I karya Prof. Ahmad Mansur Suryanegara] Ia juga termasuk penggerak Kristenisasi di Indonesia, meski ia telah mengikrarkan Islamnya (secara dusta) di Makkah yang disaksikan beberapa ulama di sana dan namanya menjelma menjadi ‘Abdul Ghoffar.
v Refrensi:
- As-Sahsuani, Muhammad Basyir. 1395. Shiyanah Al Insan ‘an Waswas Asy Syaikh Dahlan
- Asy-Syatsri, Sholih bin Muhammad. 1421. Ta’yid Al Malik Al Mannan fi Naqdh Dholalah Dahlan. Riyadh: Darul Habib
- Salman, Masyhur bin Hasan Alu. Kutub Hadzdzoro mina Al ‘Ulama. KSA: Dar Ash Shomi’i
- Al-Bantani, Muhammad Nawawi bin ‘Umar. 2011. Muroh Labid li Kasyf Quran Majid. Beirut: Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah
- Amin, Syamsul. 2011. Sayyid Ulama Hijaz Biografi Muhammad Nawawi Banten. Yogyakarta: Pustaka Pesantren
- As-Samaroni, Muhammad Ma’shum. Ttp. Tasywiq Al Khollan. Beirut: Al Maktabah Al ‘Ilmiyyah
- Suryanegara, Ahmad Mansur. 2011. Api Sejarah. Bandung:
- Dan lainnya
9:29 WIB Jum’at, 18 Dzul Hijjah 1433 H
Firman Hidayat bin Marwadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar