Akhir pekan ini sejumlah situs nasional seperti Tempo dan Merdeka merilis
berita adanya gerakan “jihad seks” wanita-wanita Tunisia ke Suriah. Menurut
berita itu, mengutip Menteri Dalam Negeri Tunisia Lotfi Bin Jeddo,
wanita-wanita tersebut datang ke Suriah untuk ‘menghibur’ pejuang oposisi.
Setelah berhubungan dengan 20, 30, atau 100 laki-laki, mereka kembali ke
Tunisia dalam kondisi hamil.
Jika berita ini benar, maka ini menjadi tamparan keras bagi
pejuang oposisi yang tengah berusaha menggulingkan rezim diktator Basyar Assad.
Padahal selama ini, aliran syiah yang dianut Assad-lah yang mengenal konsep
nikah mut’ah (kawin kontrak). Lalu, benarkah berita ini? Mari kita lihat.
Sumber Berita
Berita “jihad seks” ini, baik yang dirilis Tempo maupun Merdeka.com, keduanya bersumber dari sumber yang sama yakni Al Arabiya. Istilah “jihad seks” juga dikenalkan oleh Al Arabiya sejak beberapa bulan yang lalu. Bahkan, media ini membuat label “jihad seks” sebagai salah satu topik.
Rekam jejak berita palsu Al Arabiya
Al Arabiya mungkin masih dipercaya banyak orang Arab dalam banyak segmen berita. Tetapi dalam kaitannya dengan politik serta menyikapi gerakan dakwah dan jihad, media ini memiliki rekam jejak yang buruk. Dalam soal Mesir, Al Arabiya menyajikan berita-berita yang pro kudeta, bertolak belakang dengan Al Jazeera yang lebih terpercaya.
Selain kerap menyimpangkan berita soal Ikhwanul
Muslimin, Al Arabiya juga pernah membuat berita palsu soal
Hamas di Palestina. Akibat berita palsu yang menyebutkan Hamas memberikan
bantuan ‘keamanan’ kepada Mesir ini dan kampanye negatif yang dilakukannya,
Jaksa Agung memutuskan menutup kantor Al Arabiya itu di Gaza.
Sangat mungkin bahwa isu “jihad seks” kali ini juga berita
palsu. Dan anehnya, dalam merilis berita ini Al Arabiya tidak
mengutip media terpercaya dari dalam neger Tunisia sama sekali.
Permainan Media
Lepas dari benar tidaknya adanya wanita Tunisa yang menjadi “penghibur” oposisi di Suriah, jelas bahwa istilah “jihad seks” merupakan perang isu dan upaya memberikan stigma negatif kepada jihad di Suriah yang selama ini memiliki reputasi cukup bagus. Mengapa tidak memakai istilah prostitusi atau yang sejenis? Mengapa memakai kata jihad?
Ayat 32 dari surat At Taubah mengingatkan kita: “Mereka
berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan)
mereka…”
Terlebih, pihak Tentara Pembebasan Suriah (FSA) telah
mengeluarkan pernyataan membantah berita tersebut. Pejabat FSA menegaskan bahwa
tidak ada tanda-tanda praktik tersebut di wilayah yang berada di bawah kendali
mereka. Ia mensinyalir berita itu hanya permainan media, sebab tidak mungkin
bagi mujahidin melakukan “jihad seks” yang pada hakikatnya adalah perzinaan
yang keji.
Selain itu, diketahui pula bahwa foto yang digunakan Al
Arabiya adalah foto
palsu.
Wallahu a’lam bish shawab. [Abu Nida] Diposkan oleh Abu Nida
pada Minggu, 22 September 2013 |
09.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar