JAKARTA (gemaislam) – Sudah menjadi sunnatullah,
para penyebar kebaikan akan mendapatkan hambatan dan gangguan dari para
pendengki. Ketika tauhid dan sunnah Nabi semakin dikenal masyarakat, ada
saja kelompok yang tidak suka terhadap kemajuan tersebut.
Salah satu kelompok yang secara terang-terangan menjegal
tersebarnya dakwah tauhid adalah Sarkub, terutama dalam dunia maya.
Kelompok tersebut tergolong aneh.
Bagaimana tidak?
Mereka mengklaim sebagai pengikut ajaran Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tetapi perbuatan dan
perkataannya bertolak belakang dengan ajaran Nabi, bahkan mereka tak canggung
untuk mengolok-olok ajaran Islam.
Berikut ini 4 fakta olok-olok Sarkub terhadap ajaran Nabi
shalllallahu ‘alaihi wasallam:
Fakta Pertama: Penamaan Sarkub
Sarkub adalah kepanjangan dari Sarjana Kuburan. Kelompok ini
menamakan demikian karena segala aktifitas yang dilakukan tak jauh dari
kuburan, baik shalat, ibadah ataupun ritual lainnya. Lihat disini
Entah apa yang ada dalam pikiran mereka sehingga berani
memberi nama aneh sepertii itu. Jika dilihat dari kacamata syari’at Islam,
mereka telah menyalahi aturan Allah dan Rasul Nya. Nabi dengan sangat
jelas melarang umatnya untuk shalat atau ibadah di kuburan, bahkan sekedar
duduk-duduk diatasnya pun tidak boleh, apalagi menjadikan kuburan sebagai
masjid. Sangat gamblang, penamaan Sarkub adalah olok-olok kepada ajaran Islam.
Tidak cukup sampai di situ, mereka pun kini telah
memproklamirkan dirinya dengan jama’ah tarekat dengan nama Sarkubiyah. Nampaknya
bagi para penganut ajaran tarekat sendiri, penamaan tersebut adalah sebuah
pelecehan.
Fakta Kedua: Menggunakan Salam Menyan
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah
mengajarkan salam kepada umatnya dengan ucapan yang bagus dengan lafadz ‘Assalamu
‘alaikum’ atau ‘Assalamu alaikum warahmatullah’ atau
bisa dengan lengkap ‘Assalamu ‘Alaikum warahmatullahi wabarakaatuh’,
tetapi Sarkub telah menggantinya dengan sesuatu yang amat buruk. Mereka biasa
mengucapkan ‘Salam Menyan.’
Bukankah menyan yang dimaksud adalah kemenyan, yang biasa
dibakar oleh para dukun untuk ritual di acara tertentu?
Fakta Ketiga: Universitas Menyan Indonesia
Hal lain yang amat membuat miris adalah kegemarannya
terhadap kata menyan, sehingga sering mengklaim bahwa kyai fulan adalah rektor
Universitas Menyan Indonesia, tentu maksudnya adalah Sarkub. Ini adalah
olok-olok yang parah.
Fakta Keempat: Aktifisnya biasa menggunakan gelar
S.Kub
Sarjana adalah gelar berharga yang disandang kepada
orang-orang yang telah menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Biasanya gelar
disesuaikan dengan bidang keilmuan para penyandangnya. Hal itu ditiru oleh para
aktifis Sarkub. Dengan bangganya mereka menampakkan perbuatan
olok-oloknya menulis gelar di belakang nama dengan penulisan S.Kub sedangkan
untuk aktifis yang dianggap sepuh biasanya menulisnya dengan M.Kub. Ini bukan
dalam rangka lucu-lucuan, tapi memang mereka senang dan bangga dengan gelar
ilegal tersebut.
Ini hanya sedikit fakta kelompok Sarkub secara ringkas.
Semoga saja pihak MUI (Majelis Ulama Indonesia) bertindak cepat menyikapi sikap
olok-olok mereka terhadap syari’at Islam ini. (bms) Written by Gema Islam/
gemaislam.com
***
Dari kelompok mana, dan bagaimana asal usul penamaan Sarkub,
telah ada yang menulisnya. Inilah tulisan dari pihak mereka sendiri.
***
Asal Usul Istilah SARKUB
Posted By Mbah Lalar
Senin, 6 Mei, 2013, 15:46
Jangan ada sejarah yang terlupakan apalagi hilang, Itulah
kira-kira kalimat yang pas mana kala ada sesuatu yang kemudian menjadi populer
dimasyarakat kebanyakan, begitupun SARKUB yang belakangan sangat familiar
dimasyarakat khususnya warga nahdliyyin terkhusus mereka-mereka yang melebelkan
istilah SARKUB ini baik pada dirinya, organisasinya, jamaahnya dan lain
sebagainya. Kan tidak lucu kalau anda ternyata tidak tahu asal muasal istilah
SARKUB.
Apa sih SARKUP? Darimana asalnya? Dan kenapa ada istilah
ini? Bacalah artikel ini hingga tuntas
Sejarah ini terungkap berawal dari obrolan saya dengan kakak
ipar saya (Syakhoni) tadi malam sabtu 04-05-2013 jam 19:00 wib. Berawal dari
obrolan saya yang bercerita bahwasanya tim SARKUB lah yang mewakili warga
Nahdliyyin ke KPI dalam rangka tabayyun denga tim Khasanah Trans7. Mas
Syaikhonipun merespon cerita saya ini, Mungkin dikarenakan saya sering menyebut
kata SARKUB kakak ipar saya ini menanyakan kepada saya perihal apa sih SARKUB
itu? Dikarenakan saya memang tidak tahu jelas tentang siapa,bagaimana dan apa
SARKUB ini jadi saya jawab saja sesuai ijtihad saya kalau SARKUB itu adalah
“Sarang Kuburan”. Lalu Mas Syaikhoni menegur saya dengan mengatakan bahwasanya
SARKUB itu bukan “Sarang Kuburan” tapi “Sarjana Kuburan” yang istilah ini
pertama kali muncul karena ada seorang tunanetra yang menggelarkan SARKOB
kepada saya waktu saya masih mondok di Jepara dulu.
“beneran ini mas?”. Jawab saya seraya tidak yakin akan
kebenaran dengan apa yang barusan beliau ceritakan. “lho iya, ini benar”
katanya.
“wah semua harus tahu ini mas”. Seketika saya ambil kertas
dan bolpoint untuk mencatat cerita ini
Dengan gaya layaknya Wartawan yang sedang mengadakan
wawancara, saya mulai menanyakan kronologi bagaimana kemudian dia digelari
dengan gelar SARKOB?
Kemudian Dengan gaya layaknya Wartawan yang sedang
mengadakan wawancara, saya mulai menanyakan kronologi bagaimana kemudian dia
digelari dengan gelar SARKOB ini?
Kemudian kakak ipar saya ini yang bernama lengkap Syaikhoni
dan biasa dipanggil “Syaikh” ini mulai menceritakan kronologi munculnya istilah
SARKUB ini.
Beliau menceritakan kisah ini berawal sekitar awal tahun
1994. Dimana waktu itu beliau minggat untuk mondok karena permintaanya untuk
mondok tidak jua dituruti oleh Abinya Almarhum Achmad Mansyur (Ghofarallahu
lahu dzunubahu! wa lahul fatihah). Yang nota bene adalah mertua saya.
Singkat cerita sampailah beliau di Pondok-Pesantren FADLU
ROBBI Siripan Tahunan Jepara yang diasuh oleh Kiyai Syamsul Arifin. Namun
beliau (Syaikhoni) tidak lama disini hanya 4 hari saja karena tidak betah,
hingga kemudian dia pindah ke Pondok-Pesantren DARUL ULUM Mantingan Jepara yang
diasuh oleh Kiyai Nur Cholis yang sekarang adalah pengasuh Pondok Pesantren
NURUL MUSTHOFA Ngabul Tahunan Jepara, yang mana sekitar setahun yang lalu
beliau (Kiyai Nur Cholis) dikabarkan sebagai penganut Syi’ah, artikel ini juga
sekaligus hendak mengklarifikasi bahwasanya beliau bukan Syi’ah seperti apa
yang dikabarkan, perihal ke bukan Syi’ah-annya beliau dikuatkan oleh mas
Syaikhoni bahwasanya semenjak mas Syaikhoni berguru kepada Kiyai Nur Cholis
tidak ada satu kitab Syi’ahpun yang diajarkan dipondok DARUL ULUM melainkan
kitab-kitab Ahlussunnah wal Jamaah, hal ini juga dikuatkan bahwasanya tidak
seorangpun dari Putra-Putri beliau (Kiyai Nur Cholis) yang dipondokkan
dipondok-pondok Syi’ah dan dikuatkan juga dengan disumpahnya beliau dibawah
Alqur-an Oleh KH Drs Ali Shodiqin Semarang diacara Maulid Nabi Muhammad Saw,
Haul Massal, Dan Rutinan Selapanan Jum’at Wage.
Kembali kepokok artikel, Selama mondok ini beliau (mas
Syaikhoni) selalu dihantui rasa bersalah dikarenakan keberangkatannya mondok
ini tanpa izin kedua orang tuanya (minggat), rasa bersalah ini kemudian membuat
beliau gelisah selama mondok sehingga beliau memutuskan untuk tidur dimakam
Raden Abdul Jalil (syeh Siti Jenar). Yang dipemakaman ini juga terdapat makam
Sultan Hadirin dan Ratu Kali Nyamat. Yang kebetulan makam ini berada disebelah
pondok beliau tepatnya diantara PP DARUL ULUM dan Masjid SULTAN HADIRIN
Mantingan Jepara.
Beliau tidur dipemakaman ini setiap malamnya selama mondok
dan hanya sesekali bermalam di Makam Raden Fatah dan Makam Sunan Kalijaga Demak.
Dua tahun mondok dan tidur di pemakaman, pada sekitar akhir
1995 beliau bersama teman-temannya menghampiri salah seorang peziarah tunanetra
yang memang sering ziarah kemakam ini, yang kebetulan waktu itu peziarah
tunanetra ini juga bermalam dimakam area makam Sultan Hadirin ini selama 3
malam, peziarah tunanetra yang tidak diketahui darimana asalnya ini yang
kemudian diketahui adalah seorang hafidz, yang menurut mas Syaikhoni orang
tunanetra ini mengaku sebagai cucu dari Kiyai Zarkasi Pendiri Pondok-Pesantren
Gontor yang kemudian biasa dipanggil Gus oleh Mas Syaikhoni cs.
Setelah mengucapkan salam mas Syaikhoni dan kawan-kawan
memperkenalkan diri satu persatu, kepada peziarah tunanetra ini, saat giliran
mas Syaikhoni memperkenalkan diri, temannya yang bernama Habib Sholeh menimpali
Habib: “Oo niki penjagae makam R Abdul Jalil Gus”. (Oo ini
penjaga makam R Abdul Jalil Gus)
Gus: “opo iki juru kuncine?”. (Apa ini Juru Kuncinya?)
Habib: “sanes”. (Bukan)
Gus: “Lha kok diarani penjagae?”. (kok disebut penjaganya)
Habib: “lawong seng nunggoni saben bengi Syaikhoni iki”.
(orang yang biasa nunggu setiap malam Syaikhoni ini)
Gus: “ lek kuliah neng luar negeri rong taun iku oleh gelar
sarjana, lah lek Syaikhoni rong taun turu nang makome R Abdul Jalil Iki enak-e
di kei gelar opo yo….?” (kalau kuliah diluar negeri dua tahun itu dapat gelar
sarjana, lha kalau Syaikhoni dua tahun tidur di makam R Abdul Jalil ini enaknya
dikasih gelar apa ya….?) sambil sama-sama terdiam dan berpikir.
“Syaikhoni iki digelari SARJANA KUBURAN ae, SARKOB”.
(Syaikhoni ini digelari SARJANA KUBURAN saja, SARKOB) Lanjutnya yang disambut
gelegar tawa teman-temannya.
Sejak inilah mas Syaikhoni dipanggil dengan panggilan SARKOB
yang kemudian setiap ada peziarah yang sering melakukan ziarah apalagi hingga
menginap dimakam-makam juga dijuluki SARKOB.
Dari cerita ini kita ketahui bahwa istilah “SARKUB” itu
hanya penyesuaian kata saja agar sesuai dengan kepanjangannya, adapun awal
munculnya adalah “SARKOB” pakai “O” bukan “U”.
Pemberian gelar SARKOB ini kepada mas Syaikhoni disaksikan
oleh beberapa temannya yang insya Allah mereka masih hidup sampai saat ini,
bahkan sebelum menceritakan ini salah satunya yang beliau panggil dengan
sebutan Pak Marsono sempat ditelpon dulu oleh beliau untuk mengingat ulang
bagaimana persisnya kronologi ceritanya.
Diantara yang menyaksikan waktu itu adalah: Pak Marsono
(Ponorogo sekarang menetap di Ngawi), Habib Sholeh (Magelang), Musthofa
(Banyuwangi), Rusydi (Cilacap).
Kalau ternyata pembaca menemukan fakta dengan bukti-bukti
bahwasanya istilah SARKOB/SARKUB ini sudah ada sebelum tahun 1995, mohon untuk
memberikan sanggahan di komentar. Manakala ada diantara pembaca yang mengetahui
cerita ini atau adalah bagian dari salah satu aktor dalam cerita ini yang tidak
tersebutkan namanya atau mungkin menurut anda ada cerita yang tidak tertuliskan
atau ada penempatan kata atau kalimat atau apapun yang berkaitan dengan artikel
ini yang menurut pembaca tidak/kurang tepat mohon untuk dikoreksi agar istilah
SARKUB ini menjadi lebih falid! Sehingga tidak terjadi saling Klaim
disana-sini. (Emang penting…?)
Terima kasih sebelumnya dan jangan lupa pasang jempol anda
tentunya!
Artikrl no 42 oleh cakyus/ warkopmbahlalar.com
***
Munculnya judul 4 Fakta Olok-Olok Sarkub
terhadap Syari’at Islam.
Ternyata yang menjuluki sarjana kuburan atau sarkub itu
peziarah tunanetra di kuburan Syekh Siti Jenar. Karena sudah dua tahun “penjaga
kuburan” ini tidur di kuburan itu.
Dari tulisan tersebut, julukan sarjana kuburan itu disambut
gelegar tawa teman-temannya.
Kini masalahnya bukan sampai di situ, ketika ternyata
bahwasanya tim SARKUB lah yang mewakili warga Nahdliyyin (NU) ke KPI dalam
rangka tabayyun dengan tim Khasanah Trans7. Sehingga nama sarkub itu pun kini
mendapatkan sorotan di satu situs dalam judul di atas, yakni 4
Fakta Olok-Olok
Sarkub terhadap Syari’at Islam.
(nahimunkar.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar