Oleh: Abul Aswad Al Bayaty
Ulama adalah pewaris nabi, demikian disebutkan dalam hadits
yang shahih. Kehadirannya sangat dibutuhkan oleh ummat, terlebih di zaman ini
yang penuh dengan fitnah.
Adalah Syaikh Ali Hasan Al Halabi, salah satu ulama yang
gigih membela sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga banyak
membantah pemikiran-pemikiran menyimpang ahli kesesatan seperti bid’ah
Tashawwuf dan takfir Khawarij.
Seperti apakah sepak terjang Syaikh Ali Hasan dan bagaimana
para ulama Ahlus Sunnah Menilainya? Simak ulasannya berikut ini:
Kelahiran dan Pendidikannya
Beliau adalah Asy Syaikh Abul Harits Ali bin Hasan bin Ali
bin Abdul Hamid Al Al Halabi Al Atsari. dilahirkan di kota Zarqo’ Yordania
pada hari ahad, 29 jumadats tsani 1380H bertepatan dengan 18 desember 1960M.
Beliau berguru kepada Al Imam Al Albani rahimahullah sejak
tahun 1978 M ketika sang guru datang ke Amman berhijrah dari Suriah. Beliau
sangat terpengaruh dengan karakter sang guru, mungkin sebabnya karena beliau
bermulazamah kepadanya dalam waktu yang sangat lama hingga hampir mencapai
seperempat abad.
Beliau termasuk muridnya yang paling menonjol dibandingkan
yang lainnya, sehingga Al Imam Al Albani pun mengabadikan banyak pujian bagi
beliau di dalam berbagai kitab-kitab nya.
Karena dekatnya hubungan Syaikh Ali Hasan Al Halabi dengan
Al Imam Al Albani rahimahullah, maka beliau bekerjasama dengan sang guru dalam
menghasilkan karya-karya ilmiyyah yang tidak sedikit, diantara karya ilmiyyah
tersebut adalah Silsilah Ahadits Ash Shahihah & Silsilah Ahadits Adh
Dha’ifah. Adakah gerangan seorang penuntut ilmu dari kalangan ahlis sunnah hari
ini yang tidak membutuhkan kedua kitab yang monumental ini???
Bahkan tidak sedikit karya ilmiyyah Imam Al Albani yang
tertulis disampulnya nama beliau disamping nama gurunya tersebut.
Syaikh Ali Hasan Al Halabi termasuk ulama langka yang sangat
produktif, beliau mulai menghasilkan karya-karya ilmiyyah sejak usia remaja.
Banyak sekali karya-karya beliau yang mendapatkan pujian para ulama termasuk Al
Imam Al Albani sendiri. Karya ilmiyyah beliau mencapat 200 judul, ini tahun
lalu dan sudah bertambah serta masih akan terus bertambah dengan ijin Allah.
Jikalau saya tidak salah, apabila dihitung sejak kelahiran
beliau hingga saat ini, maka rata-rata setiap tiga bulan sekali beliau
menghasilkan satu judul karya ilmiyyah. Inipun saya rasa tidak adil karena masa
anak-anak ikut terhitung.
Beliau seringkali menelaah kitab, menulis serta belajar di
perpustakaan pribadinya tidak kurang dari 15 jam setiap harinya dan tidak
terpotong kecuali untuk makan dan shalat. Perpustakaan beliau ada dua lantai,
masing-masing lantai luasnya tidak kurang dari 500 m2, dan dipenuhi oleh ribuan
kitab klasik maupun kontemporer. Tidaklah mendengar ada sebuah kitab baru
yang beredar melainkan beliau bersegera membelinya. Perpustakaan miliknya
terbuka siang dan malam untuk umum.
Disamping berguru kepada Al Imam Al Albani beliau juga
berguru kepada banyak sekali para ulama serta mendapatkan ijazah darinya.
Diantara guru beliau juga adalah Al Imam Ibnu Baz serta Al Imam Ibnu Utsaimin
semoga Allah merahmati mereka semua.
Syaikh Ali Hasan Al Halabi juga aktif berkeliling dunia
untuk menebarkan dakwah salafiyyah yang haq, diantaranya ke Indonesia, Saudi
Arabia, Malaysia, Senegal, Amerika, Ukraina, Mesir, Kuwait, Uni Emirat Arab,
Kinda, Inggris, Perancis, Belanda, Kenya, Hungaria dan lain-lain.
Beliau salah satu ulama rabbani yang tegar menghadapi fitnah ahli takfir dan ahli tajrih (orang-orang yang gampang mengkafirkan muslim) di zaman ini, dengan argumentasi-argumentasi yang cemerlang. Nahsabuhu kadzalika wala nuzakki 'alallahi ahada.
Beliau salah satu ulama rabbani yang tegar menghadapi fitnah ahli takfir dan ahli tajrih (orang-orang yang gampang mengkafirkan muslim) di zaman ini, dengan argumentasi-argumentasi yang cemerlang. Nahsabuhu kadzalika wala nuzakki 'alallahi ahada.
Pujian para ulama terhadap beliau.
- Suatu ketika Al Imam Al Albani ditanya tentang
keshahihan suatu hadits maka beliau menjawab. “Aku tidak hafal hadis tersebut,
akan tetapi bertanyalah kepada Al Hafidz Ali Al Halabi.” (Tuhfah Tolibil Abi :
25-26).
- Ketika Al Imam Al Albani ditanya oleh
Syaikh Azmi Al Jawabirah tentang penyelisihan Abu Ruhayyim terhadap Syaikh Ali
Hasan, beliau menjawab, “Al Akh Ali Hasan itu satu banding seribu
jika
dibandingkan orang semisal Abu Ruhayyim”. (Madza yanqimuna minal Imam Al Albani
: 14).
- Beliau juga mengatakan “Dua orang yang
paling mumpuni hari ini dalam ilmu hadis adalah Ali Hasan Al Halabi & Abu
Ishaq Al Huwaini”. (Shofahatil baidho’ min hayatil imam Al Albani : 52).
- Syaikh DR Ahmad bin Shalih Az Zahrani
menuturkan dalam makalah beliau berjudul, “Kepada Abul Harits pertama kali aku
merasakan iri”, beliau mengatakan : “Iya aku iri dan bukan dengki/benci ,
engkau akan bertanya kenapa??? maka aku jawab, aku iri dikarenakan apa yang aku
dengar dan aku lihat dari dahsyatnya kecintaan Syaikh Muhammad Nasiruddin Al
Albani kepada engkau wahai Abul Harits, dahsyatnya kepercayaan beliau kepada
engkau, sangat dekatnya hubungan beliau kepada engkau…Allahu akbar!
- Demi Allah hampir-hampir tidaklah Syaikh
Al Albani berbicara dalam sebuah permasalahan, dan tidaklah ada sebuah majlis
Syaikh Al Albani melainkan pasti akan berulang-ulang dalam pendengaran
kalian perkataan beliau “Dimana Abul Harits ??”,… “Kita akan mendengar
pendapat Abul Harits”, …”Lha ini dia Abul Harits, bagaimana menurut pendapatmu
wahai Abul
Harits”,…”Sebentar, sebentar sepertinya Abul Harits ingin berkomentar”,...”Bukankah
demikian wahai Abul Harits ???.” Maka aku ucapkan selamat kepadamu wahai Abul
Harits, semoga ilmu dan kedekatan engkau dengan Imam Al Albani ini diberkahi
wahai Abul Harits, aduhai seandainya aku memiliki keistimewaan ini, aku rela
seluruh dunia diambil dari diriku”. (Ar Rad Al Burhani : 82).
- Para ulama lainpun berbondong-bondong
dalam memberikan pujian serta rekomendasi bagi beliau diantaranya Syaikh
Syu’aib Al Arnauth yang menggelari beliau sebagai “Ustadz Muda” (Al Awasim
Minal Qowasim : 1/140), kala itu Syaikh Ali Hasan masih berusia 22tahun.
- Syaikh Sa’ad Al Hushain menggelari
beliau sebagai “Ibnu Taimiyyah di zamannya” (Ad Da’watu Wad Du’at min
Syar’illahu li’ibadihi : 138).
- Syaikh Abdullah Al Ubailan juga
mengatakan, “Saudara kami Asy Syaikh Al ‘Allamah Ali Hasan termasuk diantara
jajaran dai salafiyyin kibar di Yordania dan negri syam”. (Sebagaimana dalam
situs resmi beliau pada fatwa tanggal 10-02-1433H.).
- Al Imam Ibnu Baz juga memberikan pujian
lewat surat resmi yang beliau tujukan bagi Syaikh Ali Al Halabi, demikian pula
Al Imam Ibnu Utsaimin menjuluki beliau sebagai “Lautan ilmu”. Berkata Abu
Abdillah Qomaruz Zaman Asy Syaukani : “Asy Syaikh Al Imam Muhammad bin Shalih
Al Utsaimin ditanya pada musim haji 1420H, beliau ditemani Syaikh Rabi’ bin
Hadi Al Madkhali dan juga Syaikh Ali bin Hasan Al Halabi. Lantas beliau
menjawab sebagian pertanyaan dan terhadap sebagian pertanyaan yang lain beliau
mengatakan “Bertanyalah kepada sang lautan ilmu itu” seraya beliau menunjuk
Syaikh Ali Al Halabi. (Tuhfah Tolibil Aby 30-31).
- Syaikh Hammad Al Anshary menuturkan,
“Saya yakin bahwa Ali Hasan Abdul Hamid akan menjadi Khalifah (pengganti)
Syaikh Al Albani”. (Majmu’ah fi tarjamah Syaikh Hammad Al Anshary : 2/598).
Bahkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Banna menuturkan bahwa Imam Al
Bani dengan Syaikh Ali Hasan itu mirip Ibnu Taimiyyah dengan Ibnu Qayyim Al
Jauziyyah karena saking lamanya mulazamah beliau kepada gurunya.
- Ketika Syaikh Ali Abu Haniyyah
berkunjung kerumah ahli hadits madinah Asy Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad, banyak
pertanyaan yang beliau ajukan kepada ulama sepuh ini yang ketika itu ditemani
oleh putranya Syaikh Abdurrazaq Al Badr. Diantara isi pertanyaan adalah tentang
ulama Yordania yang beliau rekomendasikan untuk mengambil ilmu dari nya. Maka
Syaikh Al ‘Abbad menjawab, “Ambillah ilmu dari Syaikh Ali Hasan serta
saudara-saudaranya.” Syaikh Ali Abu Haniyyah lantas menimpali, “Dan bagaimana
dengan fatwa lajnah daimah wahai Syaikh ?”. Beliau menjawab. “Tidak berpengaruh
sama sekali”. (Tuhfah Tolibil Aby : 41-42).
- Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman
mengatakan ketika menyebut Syaikh Ali Hasan, “Beliau adalah ulama kita,
pendahulu kita serta Imam kita.”
- Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul
mengatakan, “Saya secara pribadi menganggap Syaikh Ali Hasan dan Syaikh Salim
Al Hilali berada pada tingkatan guru-guru saya.” (Dalam rekaman telepon pada
bulan Muharram 1430 H sebagaimana dalam Tuhfah Tolibil Abi : 61).
- Dan masih banyak deretan ulama sunnah
lainnya juga memberikan pujian serta rekomendasi bagi beliau, diantaranya :
Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh, Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh, Syaikh
Husain bin Abdul Aziz Alu Syaikh, Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i, Syaikh
Prof. DR Ibrahim Ar Ruhaily, Syaikh Abdul Malik Ramadhany Al Jazairy, Syaikh
Muhammad Jamil Zainu serta puluhan ulama’ lain yang tidak mungkin disebutkan
semuanya di sini.
Tuduhan yang dialamatkan kepada Syaikh Ali Al Halabi
Tuduhan Murji’ah
Para penganut pemikiran teroris khawarij baik level lokal
maupun international yang merasa gerah dengan karya-karya serta ceramah-ceramah
ilmiyyah beliau yang memang banyak membantah habis pemikiran mereka, kehabisan
akal untuk menepis argumentasi beliau.
Sehingga cara-cara licik pun ditempuh diantaranya dengan
melontarkan tuduhan irja’/pemikiran murji’ah kepada syaikh Ali dan
Menuduh beliau memiliki keyakinan menyimpang yang tidak memasukkan amal
jawarih kedalam cakupan iman.
Ini bukanlah hal yang mengherankan karena banyak sekali
ulama sunnah lainnya yang mengalami hal serupa semisal Abdullah bin Mubarok,
bahkan termasuk Al Imam Al Albani sendiri.
Padahal Syaikh Ali menyatakan dengan tegas dalam berbagai
kitab maupun ceramah beliau bahwa amal adalah merupakan bagian dari iman,
diantaranya beliau menegaskan, “Iya aku tegaskan bahwa amal jawarih itu harus
ada dalam cakupan iman, keberadaannya adalah sebuah kewajiabn serta rukun yang
harus ada. Sedangkan meremehkannya serta memandang sebelah mata pada nya adalah
sebuah keburukan yang sangat berbahaya.” (At Tanbihat Al Mutawaimah : 13-14).
Beliau adalah termasuk ulama yang getol membantah pemikiran
irja’. Diantara kitab beliau dalam masalah ini adalah “ Tanwirul irja’,
kemudian Ar Rod Al Burhani dan beliau juga memiliki kitab berjudul “At Ta’rif
wat Tanbiah bi ta’silatil Imam Al Albani fi masailil imam war rodd ‘alal
murji’ah” yang menjadi bantahan bagi pemikiran murji’ah sekaligus menjadi bukti
nyata bahwa beliau berada diatas manhaj ahlis sunnah dalam masalah iman.
Siapakah sebenarnya murjiah?? berkata Al Imam Al Barbahari:
“Barangsiapa yang mengatakan : ‘iman itu adalah perkataan dan perbuatan, bisa
bertambah maupun berkurang’ ; sungguh ia telah keluar dari (bid’ah)
irjaa’secara keseluruhan, dari awal hingga akhirnya” (Syarhus sunnah : 123,
161).
Tuduhan wihdatul adyan/faham penyatuan agama.
Akhir-akhir inipun muncul juga tuduhan bahwa Syaikh Ali
Hasan Al Halabi menganut faham penyatuan agama hanya karena beliau memuji
“Risalah Amman.” Benarkah tuduhan ini dan apa sebenarnya risalah amman
tersebut. Tuduhan ini dusta dari beberapa sisi diantaranya:
1- Syaikh Ali Hasan Al Halabi sudah
menegaskan kufurnya faham wihdatul adyan sejak 20 tahun sebelum tuduhan ini
muncul. Beliau menyatakan dalam tahqiq kitab Al Ubudiyyah karangan Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah, halaman 226 cetakan th 1410H : “Apa yang
digembar-gemborkan sebagian orang zaman ini seputar faham penyatuan agama,
Toleransi beragama, ukhuwah insaniyyah adalah merupakan bagian dari kesesatan
orang-orang bathil, penyimpangan mereka bahkan ini adalah kekufuran mereka.
Meraka menginginkan dengan itu semua untuk mencabut pokok ajaran islam serta
menghapus hakikat agama Allah dari jiwa-jiwa manusia maka
waspadalah…waspadalah!!!.” (Al Ubudiyyah : 226 cet th 1410H Tahqiq Syaikh Ali
Hasan Al Halabi).
2- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :
“Dan sudah ma’lum bahwa perkataan seseorang yang rinci itu menghapuskan
perkataannya yang global, dan bahwa perkataannya yang jelas itu di dahulukan
dari perkataan yang samar.” (Ar Rod Alal Bakri : 2/623). Jika seandainya Syaikh
Ali Al Halabi dituduh menganut penyatuan agama hanya karena memuji risalah
amman, maka itu adalah sesuatu yang samar dan harus dibawa kepada perkataan
beliau yang jelas serta glambang.
Dan beliau telah menyatakan berpuluh-puluh kali baik di
dalam kitab maupun ceramah-ceramah beliau bahwa beliau berlepas diri dari faham
penyatuan agama, dan bahwa orang yang menganutnya adalah orang yang kafir. Akan
tetapi yang aneh para penuduh itu masih saja mendengung-dengungkan tuduhannya
tersebut la haula wala quwwata illa billah.
Beliau juga menyatakan, “Inilah saya mengatakan dengan
perkataan yang jelas lagi gamblang bahwa serta menegaskan hakikat aqidah
salafiyyah yang kokoh yang kami hidup di atasnya, serta terdidik diatasnya
sejak 30 tahun yang lalu. Aku katakan bahwa faham penyatuan agama adalah
perkataan kufur, tidak mengatakannya melainkan orang kafir atau bodoh atau
sesat” beliau lantas membawakan dalil surat Al Kafirun (Soddut Tasni’ : 219).
3- Risalah Amman adalah risalah yang
ditulis oleh Raja Yordania dan ditandatangani oleh 200 ulama dari berbagai
negara. Diantara yang menandatanganinya adalah Raja Saudi Arabia Raja Abdullah
bin Abdul Aziz, Syaikh Abdullah Manni’ (anggota haiah kibarul ulama’), Syaikh
Shalih Alu Syaikh (mentri agama Saudi Arabia), namun kenapa tuduhan ini tidak
diarahkan kepada mereka dan hanya diarahkan kepada Syaikh Ali Al Halabi ?
Padahal Syaikh Ali Al Halabi tidak ikut menandatanginya???
4- Kalau memang Syaikh Ali Al Halabi
menganut faham penyatuan agama, lantas kenapa beliau tidak dikafirkan saja,
kenapa hanya di bid’ahkan? Bukankah ini sebuah kekufuran?
5- Sebenarnya dalam risalah Amman ada
perkataan yang menjadi bukti bahwa sebenarnya tidak ada unsur penyatuan agama
di dalamnya yaitu kata-kata “At Tamuyyuzil Aqodi” denga tetap ada perbedaan
aqidah dan bukan penyatuan aqidah. (Lihat
http://www.facebook.com/photo.php?v=423015367711009 ).
Semoga pemaparan ini bermanfaat, terutama bagi orang-orang
yang masih meragukan kelurusan Aqidah dan manhaj Syaikh Ali Hasan Al Halabi Hafidzahullahu
ta’ala.
Bayat, 13 september 2012/26 syawal 1433H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar