TRAWAS (gemaislam) – Kelembutan adalah sifat yang mesti dimiliki oleh setiap juru dakwah. Karena perilaku kasar pada dasarnya akan membuat orang lari dari kebenaran.
Syaikh Ali Hasan Al Halabi dalam acara daurah para da’i di Trawas, Mojokerto menyampaikan bahwa tidak ada maslahat sama sekali berdakwah dengan membuat benturan atau perdebatan dengan mayoritas muslimin Indonesia. Beliu menegaskan bahwa di Indonesia secara khusus, kaum muslimin yang berakidah shufiyah jauh lebih banyak daripada yang berakidah salafiyah.
"Maka apakah termasuk dari maslahat, jika kita selalu menerapkan da'wah dengan menyampaikan hal-hal yang berbenturan dengan
shufiyah?", kata Syaikh Ali dihadapan 250 peserta daurah, pada Kamis (27/6). Syaikh Ali
mengatakan bahwa selalu berbenturan dengan shufiyah (dalam berda'wah) bukanlah maslahat. Beliau merasa takjub kepada Jama'ah Tabligh "Dan saya sangat takjub terhadap Jama'ah Tabligh," ujar Syaikh Ali. Kemudian beliau menuturkan kisahnya ketika berkunjung ke negeri Yaman. Syaikh Ali diajak untuk sholat di sebuah masjid yang didalamnya terdapat seorang da’i Jamaah Tabligh asal Yordania. Seseorang yang menemani Syaikh Ali ke masjid tersebut menuturkan bahwa masjid ini dahulu pernah terlantar dalam waktu yang cukup lama, bahkan pernah dijadikan tempat bermain, hingga pasar, keadaannya kotor, tidak terurus dan tidak ada 1 orangpun yang shalat disana, hingga sekitar 15 tahun yang lalu, datang rombongan Jama'ah Tabligh dari Yordania. Dan salah satunya adalah da’i yeng berada di masjid tersbut, mereka mengajak masyarakat untuk kembali kepada masjid. akhirnya, masyarakatpun tersentuh dengan dakwah mereka, masjid itu kembali kepada
fungsinya, sebagai tempat ibadah, dan dari hari ke hari orang-orang pun mulai berdatangan kemasjid. Setelah menuturkan kisah tersebut, Syaikh Ali bertanya kepada hadirin, "pernahkah terpikir oleh kita, kenapa Jama'ah Tabligh sering berhasil dalam dakwahnya?,” paparnya. Syaikh Ali menjelaskan bahwa dakwah mereka lebih diterima masyarakat karena memiliki asbabut ta'tsir (sebab-sebab keberhasilan) dalam berdakwah, yang terdiri dari 3 poin, yaitu: 1. Tatacara yang lemah lembut. 2. Semangat dalam pencapaian target dakwah yang telah mereka gariskan. 3. Sabar dalam
merealisasikannya. “Wallahi, jika ada pada kita ketiga hal tersebut, niscaya dakwa kita akan dengan mudah masuk ke hati-hati kaum muslimin,” tutur Syaikh Ali. Demikianlah sebuah nashihat berharga, pujian beliau kepada langkah Jamaah Tabligh bukanlah terhadap inti ajarannya, tetapi kepada metode yang ditempuh oleh kelompok tersebut sangat indah dan santun. Berlemah lembutlah! (bms)
shufiyah?", kata Syaikh Ali dihadapan 250 peserta daurah, pada Kamis (27/6). Syaikh Ali
mengatakan bahwa selalu berbenturan dengan shufiyah (dalam berda'wah) bukanlah maslahat. Beliau merasa takjub kepada Jama'ah Tabligh "Dan saya sangat takjub terhadap Jama'ah Tabligh," ujar Syaikh Ali. Kemudian beliau menuturkan kisahnya ketika berkunjung ke negeri Yaman. Syaikh Ali diajak untuk sholat di sebuah masjid yang didalamnya terdapat seorang da’i Jamaah Tabligh asal Yordania. Seseorang yang menemani Syaikh Ali ke masjid tersebut menuturkan bahwa masjid ini dahulu pernah terlantar dalam waktu yang cukup lama, bahkan pernah dijadikan tempat bermain, hingga pasar, keadaannya kotor, tidak terurus dan tidak ada 1 orangpun yang shalat disana, hingga sekitar 15 tahun yang lalu, datang rombongan Jama'ah Tabligh dari Yordania. Dan salah satunya adalah da’i yeng berada di masjid tersbut, mereka mengajak masyarakat untuk kembali kepada masjid. akhirnya, masyarakatpun tersentuh dengan dakwah mereka, masjid itu kembali kepada
fungsinya, sebagai tempat ibadah, dan dari hari ke hari orang-orang pun mulai berdatangan kemasjid. Setelah menuturkan kisah tersebut, Syaikh Ali bertanya kepada hadirin, "pernahkah terpikir oleh kita, kenapa Jama'ah Tabligh sering berhasil dalam dakwahnya?,” paparnya. Syaikh Ali menjelaskan bahwa dakwah mereka lebih diterima masyarakat karena memiliki asbabut ta'tsir (sebab-sebab keberhasilan) dalam berdakwah, yang terdiri dari 3 poin, yaitu: 1. Tatacara yang lemah lembut. 2. Semangat dalam pencapaian target dakwah yang telah mereka gariskan. 3. Sabar dalam
merealisasikannya. “Wallahi, jika ada pada kita ketiga hal tersebut, niscaya dakwa kita akan dengan mudah masuk ke hati-hati kaum muslimin,” tutur Syaikh Ali. Demikianlah sebuah nashihat berharga, pujian beliau kepada langkah Jamaah Tabligh bukanlah terhadap inti ajarannya, tetapi kepada metode yang ditempuh oleh kelompok tersebut sangat indah dan santun. Berlemah lembutlah! (bms)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar