Beberapa
waktu yang lalu, salah seorang ikhwah mempublikasi hujatan terhadap
Syaikh Rabi’ bin Hâdi Al-Madkhali hafidzhahullah, dengan mengatasnamakan
fatwa “Lajnah Da’imah” dan sekelompok Ulama lainnya yang dinukil dari
salah satu website berbahasa Arab.
Dalam
website tersebut disimpulkan, bahwa Syaikh Rabi’ adalah sosok yang mudah
mentabdi’, menghajr dan mentafsiq para Ulama. Namun setelah kami
telusuri, ternyata semua itu adalah kesimpulan secara sepihak yang penuh
manipulasi dan kezaliman. Sama sekali tidak ada keterkaitan secara
langsung antara fatwa Lajnah Da’imah dengan Syaikh Rabi’ bin Hâdi
Al-Madkhali. Bahkan, para Ulama yang ditabdi’ dan dihajr Syaikh Rabi’
disitu disebutkan oleh penulisnya diantara mereka ialah Salmân
Al-’Audah, Safar Al-Hawali, Nâshir Al-’Umari dan semisalnya. Padahal
orang-orang tersebut adalah tokoh-tokoh hizbiyyah yang disakralkan oleh
hizbiyyun masa kini dari kalangan ikhwani, takfiri khariji dan sama
sekali bukan tergolong Ulama Rabbani.
Melihat hal
itu, maka kami langsung sampaikan nasehat kepada ikhwah yang
bersangkutan secara pribadi, dan menanyakannya, apakah antum sudah
memahami isi artikel tersebut? Lantas ia menjawab yang intinya tidak
menyadari jika isi artikelnya sebahaya itu, dan kemudian akhirnya
artikel tersebut dihapus, walhamdulillah. Kami juga nasehatkan, bahwa
memang tidak dinafikkan ada sebagian ikhwah yang mentahdzir secara
serampangan, namun tidak berarti kita menyikapinya dengan serampangan
pula. Karena dakwah Salafiyyah senantiasa berjalan di atas sikap
pertengahan (wasath), antara sikap ifrath (melampaui batas) dan tafrith
(bermudah-mudahan). Maka, jangan sampai sikap seperti itu dimanfaatkan
oleh orang-orang yang hendak memancing di air keruh, dan senang membikin
makar terhadap dakwah ini
.
Kemudian
kenyataan lain yang kita saksikan baru-baru ini atau bahkan fenomena
yang sudah lama terjadi, yaitu upaya sebagian ikhwah dalam menyatakan
sikap Bara’ (berlepas diri) terhadap seseorang, dengan mengatasnamakan
fatwa Syaikh Rabi’ bin Hâdi Al-Madkhali. Padahal kami mengetahui
permasalahannya dan ada bukti tertulis (insya Allah akan datang
penjelasannya), bahwa laporan-laporan yang disampaikan kepada Syaikh
Rabi’ untuk menjatuhkan kredibilitas seseorang dan mencapnya telah
keluar dari Salafy tidak lepas dari informasi-informasi dusta serta
manipulasi fakta. Tentunya upaya tersebut dilakukan karena
dilatarbelakangi oleh beberapa sebab, bisa karena cinta kepemimpinan
dalam urusan dakwah, hasad, rebutan jama’ah, intervensi intelejen atau
fitnah-fitnah lainnya yang tidak bisa kami ungkapkan di sini. Semua itu
bukan berdasarkan sangkaan pribadi kami semata, akan tetapi berangkat
dari qaraa’in (berbagai indikasi) yang kami temukan secara langsung di
lapangan.
Syaikh Rabi’
bin Hâdi dalam hal ini hanya menjawab sebagian risalah atau laporan
yang dianggap oleh beliau datang dari orang-orang yang tsiqah, padahal
kenyataannya tidak demikian. Dan kesalahan ini sesungguhnya bertumpu
pada laporan yang datang dari orang-orang tersebut sehingga muncul
tahdzir dan terjadilah berbagai macam kesimpangsiuran. Perlu kami camkan
di sini, bahwa kesalahan itu bukan berasal dari diri Syaikh Rabi’
hafidzhahullah, sebab beliau hanya menjawab sesuai dengan pertanyaan
atau laporan yang disampaikan kepada beliau, dan hal ini beliau lakukan
masih dalam konteks amar ma’ruf nahi munkar.
Alhasil,
kami melihat bahwa semua ini merupakan konspirasi busuk untuk
menjatuhkan kredibilitas Syaikh Rabi’ bin Hâdi Al-Madkhali
hafidzhahullah sebagai Ulama ahli Al-Jarh wat Ta’dil. Telah ma’ruf
keilmuan beliau, serta kedudukan beliau dipuji dan diakui oleh para
Ulama sekaliber Syaikh bin Bâz, Syaikh Al-Albâni, Syaikh bin ‘Utsaimin,
Syaikh Muqbil bin Hâdi dan para Ulama yang lain rahmatullah ‘alaihim.
Berkat pertolongan Allah kemudian melalui tangan beliau, terbongkarlah
makar gerakan-gerakan yang menyimpang dari sunnah Nabi shallallahu
‘alaihi wa alihi wasallam. Yang pada waktu itu mulai menjamur di wilayah
Saudi, bahkan mengancam stabilitas sosial dan keamanan negeri. Sehingga
melalui peringatan Syaikh Rabi’ bin Hâdi, upaya makar yang mereka
lancarkan terhadap dakwah ini menjadi tumpul, dan tidak berjalan sesuai
rencana. Hal itu pula yang baru disadari oleh sebagian Ulama dan
thullabul ilmi di sana. Ternyata apa yang ditempuh oleh Syaikh Rabi’
selama ini dalam mentahdzir berbagai pemahaman menyimpang berikut
tokoh-tokohnya, adalah manhaj yang sejalan dengan hikmah dakwah
Salafiyyah Ahlussunnah wal Jama’ah.
Dengan
demikian, maka hendaknya kita harus mawas diri dari segala upaya yang
mengarah kepada pendiskreditan para Ulama dan memakan daging mereka.
Karena sesungguhnya daging mereka beracun, orang yang menciumnya akan
sakit dan memakannya terancam mati. Pendiskreditan itu bertujuan untuk
menjatuhkan kewibawaan para Ulama, sehingga ummat Islam meninggalkan
para Ulamanya di saat mencari jalan keluar dari segala problem hidupnya,
sekalipun para Ulama itu bukanlah orang-orang yang ma’shum.
Maka
hendaknya kita banyak berdoa kepada Allah agar senantiasa diberikan
keikhlasan hati dan keadilan dalam menilai segala permasalahan.
Hendaknya kita minta perlindungan kepada-Nya, dari segala macam fitnah
yang nampak maupun fitnah yang tersembunyi. Hendaknya senantiasa kita
bertaqwa kepada Allah, sehingga Dia menganugerahkan kepada kita sikap
furqan, yakni ketajaman analisa dalam membedakan al-haq dari al-bathil,
serta melihat kebenaran itu sebagai kebenaran, dan kebatilan itu sebagai
kebatilan, wa billaahit taufiq.
Fikri Abul Hasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar