Banyak
sudah ulama dan referensi Ahlus-Sunnah yang menyebutkan sosok ‘Abdullah
bin Saba’ sebagai tokoh Yahudi pembuat agama Syi’ah. Namun bagi orang
Syi’ah sendiri – terutama golongan kontemporer – saling berlomba untuk
memberikan bantahan tentang hal itu. Mereka mengklaim Ahlus-Sunnah telah
mereka-reka tokoh ini karena permusuhan mereka terhadap Syi’ah. Banyak
sudah tulisan mereka sebar, dan tidak sedikit kaum muslimin yang bodoh
tertipu dengan segala bualan mereka. Mereka (kaum muslimin yang bodoh
dan tertipu) itu tidak tahu bahwa sebenarnya tokoh ‘Abdullah bin Saba’
bukanlah tokoh fiktif, bukan pula hasil rekayasa Ahlus-Sunnah.
Oleh
karena itu, di sini sedikit akan saya tulis beberapa keterangan
mengenai ‘Abdullah bin Saba’ dari buku-buku induk referensi Syi’ah. Biar
tidak terlalu berbusa-busa dalam bermuqaddimah, langsung saja saya
tuliskan :
1. Dari Abu Ja’far ‘alaihis-salaam, ia berkata :
إن عبد الله بن سبأ
كان يدعي النبوة، ويزعم أن أمير المؤمنين هو الله - تعالى عن ذلك - فبلغ
ذلك أمير المؤمنين عليه السلام فدعاه وسأله فأقر بذلك وقال : نعم أنت هو،
وقد كان قد ألقي في ورعي أنك أنت الله وأني نبي، فقال أمير المؤمنين عليه
السلام : ويلك قد سخر منك الشيطان، فارجع عن هذا ثكلتك أمك وتب، فأبى،
فحبسه، واستتابه ثلاثة أيام، فلم يتب، فأحرقه بالنار، وقال : أن الشيطان
استهواه، فكان يأتيه ويلقي في روعه ذلك.
“Sesungguhnya ‘Abdullah bin Saba’ mendakwakan nubuwwah dan mengatakan Amiirul-Mukminiin (‘Aliy
bin Abi Thaalib) adalah Allah – Maha Tinggi Allah atas tuduhan itu - .
Khabar itu pun sampai kepada Amiirul-Mukminiin. Beliau memanggilnya dan
mengkonfirmasikannya. Ia (‘Abdulah bin Saba’) berkata : ‘Benar, engkau
adalah Allah. Telah dibisikkan ke dalam hatiku bahwa engkau adalah Allah
dan aku adalah nabi’. Amiirul-Mukminiin ‘alaihis-salaam berkata :
‘Celaka kamu, syaithan telah menundukkanmu’. Rujuklah dari perkataanmu,
ibumu pasti binasa, dan bertaubatlah !’. Ia menolak (untuk bertaubat),
lalu ia dipenjara dan diminta untuk bertaubat dalam waktu tiga hari.
Namun ia tidak mau bertaubat juga, sehingga (dijatuhi hukuman) dibakar
dengan api. Amiirul-Mukminiin berkata : ‘Syaithan telah menguasai
dirinya. Ia datang kepadanya (Ibnu Saba’) dan membisikkan ke dalam
hatinya hal tersebut”.
Dari Abu ‘Abdillah, bahwasannya ia berkata :
لعن الله عبد الله بن سبأ،
إنه ادعى الربوبية في أمير المؤمنين عليه السلام، وكان والله أمير
المؤمنين عليه السلام عبدًا لله طائعًا، الويل لمن كذب علينا، وإن قومًا
يقولون فينا ما لا نقوله في أنفسنا نبرأ إلى الله منهم، نبرأ إلى الله
منهم.
“Allah melaknat ‘Abdullah bin Saba’. Sesungguhnya ia mendakwakan Rububiyyah kepada Amiirul-Mukminiin ‘alaihis-salaam,
sedangkan Amiirul-Mukminiin – demi Allah – hanyalah seorang hamba yang
mentaati Allah. Neraka Wail adalah balasan bagi siapa saja yang berdusta
atas nama kami. Sesungguhnya telah ada satu kaum berkata-kata tentang
kami sesuatu yang kami tidak mengatakannya. Kami berlepas diri kepada
Allah atas apa yang mereka katakan itu, kami berlepas diri kepada Allah
atas apa yang mereka katakan itu”.
[Ma’rifatu Akhbaarir-Rijaal oleh Al-Kasysyiy, hal. 70-71].
Kitab Rijaalul-Kasysyiy ini termasuk kitab Syi’ah yang pertama dan diakui dalam ilmu rijaal.
2. Al-Maamiqaaniy berkata :
عبد الله بن سبأ الذي رجع إلى الكفر وأظهر الغلو.
“Abdullah bin Saba’ yang dikembalikan kepadanya kekufuran dan sikap berlebih-lebihan yang sangat terang”.
Lalu ia berkata :
غالٍ ملعون، حرقه أمير المؤمنين عليه السلام بالنار، وكان يزعم أن علياً إله، وأنه نبي.
“Orang
yang berlebih-lebihan lagi terlaknat. Amiirul-Mukminiin telah
membakarnya dengan api. Ia mengatakan bahwa ‘Aliy adalah Tuhan, dan ia
adalah nabi”.
[Tanqiihul-Maqaal fii ‘Ilmir-Rijaal, 2/183-184].
Al-Maamiqaaniy merupakan salah seorang ulama besar Syi’ah dalam ilmu rijaal.
3. An-Naubakhtiy berkata :
السبئية قالوا بإمامة علي، وأنها فرض من الله عز وجل وهم أصحاب عبد الله بن سبأ،
وكان ممن أظهر الطعن على أبي بكر، وعمر، وعثمان، والصحابة، وقال : (إن
عليا عليه السلام أمره بذلك) فأخذه علي فسأله عن قوله هذا، فأقر به، فأمر
بقتله، فصاح الناس إليه : يا أمير المؤمنين ! أتقتل رجلاً يدعوا إلى حبكم
أهل البيت، وإلى ولايتك والبراءة من أعدائك ؟ فصيره إلى المدائن.
وحكى جماعة من أهل العلم أن عبد الله بن سبأ كان يهوديًا فأسلم ووالى عليًا وكان يقول وهو على يهوديته في يوشع بن نون بعد موسى عليه السلام بهذه المقالة، فقال في إسلامه في علي بن أبي طالب بمثل ذلك، وهو أول من شهر القول بفرض إمامة علي عليه السلام وأظهر البراءة من أعدائه....فمن هڽا قال من خالف الشيعة : إن أصل الرفض مأخوذ من اليهودية.
وحكى جماعة من أهل العلم أن عبد الله بن سبأ كان يهوديًا فأسلم ووالى عليًا وكان يقول وهو على يهوديته في يوشع بن نون بعد موسى عليه السلام بهذه المقالة، فقال في إسلامه في علي بن أبي طالب بمثل ذلك، وهو أول من شهر القول بفرض إمامة علي عليه السلام وأظهر البراءة من أعدائه....فمن هڽا قال من خالف الشيعة : إن أصل الرفض مأخوذ من اليهودية.
“Kelompok Saba’iyyah mengatakan keimamahan ‘Aliy dan hal itu merupakan satu kewajiban dari Allah ‘azza wa jalla. Mereka adalah pengikut ‘Abdullah bin Saba’.
Mereka adalah orang-orang yang menampakkan pencelaan terhadap Abu Bakr,
‘Umar, ‘Utsman, dan para shahabat. Ia (Ibnu Saba’) berkata :
‘Sesungguhnya ‘Aliy memerintahkannya’. Maka ‘Aliy menangkapnya dan
mengkonfirmasi atas perkataannya tersebut, dan ia pun mengakuinya. Lalu
‘Aliy memerintahkan untuk membunuhnya. Orang-orang berteriak : ‘Wahai
Amiirul-Mukminiin, apakah engkau akan membunuh orang yang menyerukan
mencintai Ahlul-Bait, kepemimpinanmu, dan berlepas diri dari
musuh-musuhmu ?’. Maka ‘Aliy mengasingkannya ke daerah Madaain.
Diriwayatkan oleh sekelompok ahli ilmu (ulama) bahwasannya ‘Abdullah bin Saba’
adalah seorang Yahudi yang masuk Islam, lalu memberikan loyalitas
kepada ‘Aliy. Saat masih dalam agama Yahudi, ia pernah berkata tentang
Yusya’ bin Nuun sepeninggal Musa ‘alaihis-salaam perkataan
seperti ini. Lantas setelah masuk Islam, ia berkata tentang ‘Aliy
seperti apa yang dikatakannya kepada Yusya’ bin Nuun. Ia adalah orang
yang pertama kali mengumumkan pendapat wajibnya keimamahan ‘Aliy ‘alaihis-salaam
dan menampakkan berlepas diri terhadap musuh-musuhnya…. Dari sinilah
asal perkataan orang-orang yang menyelisihi Syi’ah (baca : Ahlus-Sunnah)
: ‘Sesungguhnya dasar Rafidlah diambil dari paham Yahudi”.
[Firaqusy-Syii’ah, hal. 32-44].
An-Naubakhtiy ini menurut penilaian orang Syi’ah adalah seorang yang tsiqah lagi diakui [lihat Jaami’ur-Ruwaat oleh Al-Ardabiiliy 1/228 dan Al-Kunaa wal-Alqaab oleh ‘Abbaas Al-Qummiy 1/148].
4. Sa’d bin ‘Abdillah Al-Asy’ariy Al-Qummiy berkata saat memaparkan kelompok Saba’iyyah :
السبئية أصحاب عبد الله بن سبأ،
وهو عبد الله بن وهب الراسبي الهمداني، وساعده على ذلك عبد الله بن خرسي،
وابن أسود، وهما من أجل أصحابه، وكان أول من أظهر الطعن على أبي بكر، وعمر،
وعثمان، والصحابة وتبرأ منهم.
“Kelompok Saba’iyyah adalah pengikut ‘Abdullah bin Saba’.
Ia adalah ‘Abdullah bin Wahb Ar-Raasibiy Al-Hamdaaniy. Para pembantunya
adalah ‘Abdullah bin Khurasiy dan Ibnu Aswad. Mereka berdua termasuk
orang terkemuka dari kalangan pengikutnya. Ibnu Saba’ adalah orang yang
pertama kali menampakkan celaan terhadap Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsmaan, dan
para shahabat, serta berlepas diri dari mereka semuanya”.
[Al-Maqaalaatu wal-Firaq, hal. 20].
Al-Qummiy ini menurut penilaian orang Syi’ah termasuk orang yang tsiqah yang luas pengetahuannya tentang khabar/riwayat [lihat Jaami’ur-Ruwaat, 1/352].
5. Ibnu
Abil-Hadiid menyebutkan bahwa ‘Abdullah bin Saba’ pernah berdiri ketika
‘Aliy bin Abi Thaalib sedang berkhutbah. Lalu ia (Ibnu Saba’) berkata :
أنت أنت، وجعل يكررها، فقال له - علي - : ويلك من أنا، فقال : أنت الله، فأمر بأخذه وأخذ قوم كانوا معه على رأيه.
“Engkau,
engkau’. Ia (Ibnu Saba’) mengulang-ulang perkataan itu. Maka ‘Aliy
berkata kepadanya : “Celaka kamu, siapakah diriku ?”. Ibnu Saba’
menjawab : “Engkau adalah Allah”. ‘Aliy pun memerintahkan untuk
menangkapnya dan orang-orang yang sependapat dengannya”.
[Syarh Nahjil-Balaaghah, 5/5].
Kitab Syarh Nahjil-Balaghah karya Ibnu ‘Abdil-Hadiid salah satu kitab besar dan paling utama dalam syarah terhadap Nahjul-Balaaghah
yang sering dijadikan rujukan kaum Syi’ah. Namun seringkali didapati
saat Ahlus-Sunnah mengutip sebagian isi dari kitab ini yang ‘merugikan’
mereka, orang-orang Syi’ah membantah bahwa Ibnu ‘Abdil-Hadiid adalah
orang Sunniy (berpaham Mu’tazillah), bukan Syii’iy. Tentu
saja dalih mereka sangat lemah, karena beberapa kitab biografi Syi’ah
sendiri menyebutkan bahwa Ibnu ‘Abdil-Hadiid adalah termasukorang yang
ber-tasyayyu’ kepada ‘Aliy/Ahlul-Bait.
6. As-Sayyid Ni’matullah Al-Jazaairiy berkata :
قال عبد الله بن سبأ
لعلي عليه السلام : أنت الإله حقًَا، فنفاه علي عليه السلام إلى المدائن،
وقيل : إنه كان يهوديًا فأسلم، وكان في اليهودية يقول في يوشع بن نون وفي
موسى مثل ما قال في علي.
“’Abdullah bin Saba’ berkata kepada ‘Aliy ‘alaihis-salaam
: ‘Engkau adalah tuhan yang sebenar-benarnya’. Maka ‘Aliy
mengasingkannya ke daerah Madaain. Dan dikatakan : ‘Sesungguhnya ia dulu
seorang Yahudi lalu masuk islam. Saat masih beragama Yahudi ia pernah
berkata terhadap Yusyaa’ bin Nuun dan Muusaa semisal apa yang
dikatakannya kepada ‘Aliy”.
[Anwaarun-Nu’maaniyyah, 2/234].
Ni’matullah Al-Jazaairiy dikenal sebagai seorang muhaddits dan ulama besar yang diakui keilmuannya oleh kalangan Syi’ah [lihat Al-Kunaa wal-Alqaab, 3/298 dan Safiinatul-Bihaar 2/601].
Keberadaan sosok ‘Abdullah bin Saba’ adalah sesuatu yang telah disepakati oleh Ahlus-Sunnah dan Syi’ah (mutaqaddimiin). Dan inilah pernyataan tokoh Syi’ah kontemporer yang bernama Muhammad Husain Az-Zain :
وعلى
كل حال فإن الرجل - أي: ابن سبأ - كان في عالم الوجود، وأظهر الغلو، وإن
شك بعضهم في وجوده وجعله شخصاً خيالياً.. أما نحن - بحسب الاستقراء الأخير -
فلا نشك بوجوده وغلوه
“Maka, sesungguhnya sosok laki-laki ini – yaitu Ibnu Saba’ – diketahui benar adanya dan menampakkan sikap berlebih-lebihan (ghulluw).
Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka (orang-orang Syi’ah)
ragu-ragu akan keberadaannya sehingga menjadikannya sebagai sosok
khayalan…..Adapun kami, sesuai penelitian termuktakhir, tidak ragu akan
keberadaannya dan sikap berlebih-lebihannya” [Asy-Syii’ah wat-Taariikh, hal. 213].
Dari sini kita dapatkan beberapa point sebagai berikut :
1. ‘Abdullah
bin Saba’ bukanlah tokoh/sosok khayalan sebagaimana klaim orang-orang
Syi’ah belakangan yang mulai resah tentang agamanya.
2. ‘Abdullah bin Saba’ adalah seorang Yahudi yang kemudian (berpura-pura) masuk Islam untuk merusaknya.
3. Paham keimamahan ‘Aliy, pencelaan terhadap Al-Khulafaaur-Raasyidin (kecuali ‘Aliy) dan para shahabat berasal darinya.
4. ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu berlepas diri dari paham Saba’iyyah yang dicetuskan oleh ‘Abdullah bin Saba’.
Masih tidak yakinkah kita bahwa ajaran Syi’ah yang ada sekarang ini merupakan buah ajaran firqah Saba’iyyah ?
Semoga ada manfaatnya…….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar