JAKARTA (gemaislam) – Dalam kunjungannya ke Lembaga
Pemasyarakatan Nusakambangan dan Cipinang, Syaikh Ali Hasan Al Halabi mendapati
banyak dari narapidana terorisme yang menerima nasihat beliau.
Ulama asal Yordania itu menjelaskan dalam berbagai
kesempatan bahwa sebab mereka terjerumus dalam tindakan terorisme adalah
semangat beragama yang tinggi tetapi dibarengi dengan pemahaman dan penafsiran
yang keliru.
Saat Syaikh Ali Hasan Al Halabi ditanya oleh wartawan
tentang sikap para narapidana terorisme dalam menyambut beliau, murid senior
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani itu menjawab bahwa mereka sangat
antusias.
“Mereka sangat mengikuti dan betul-betul memperhatikan apa
yang disampaikan. Salah satu buktinya, mereka mau mendengarkan. Mudah-mudahan
mereka mau berpikir,” kata Syaikh Ali Hasan.
Berikut ini wawancara lengkap Ferry Santoso dan Ilham Khoiri
dengan Syaikh Ali Hasan Al Halabi dihotel Gren Alia Cikini Jakarta Pusat pada
Kamis malam , seperti dimuat harian Kompas pada Jumat (13/12):
Apa makna Jihad?
Jihad itu punya tiga tingkatan, yaitu jihad melawan hawa
nafsu, jihad mencari ilmu pengetahuan dan jihad perang. Perang itu ada
syarat-syaratnya. Mungkinkah orang tak melakukan jihad tingkat pertama dan
kedua, lalu langsung melakukan jihad tingkat atas? tidak mungkin. Itu sama
dengan kita langsung naik lantai ketiga tanpa naik tangga-tangga sebelumnya.
Jika tiba-tiba kita berjihad, itu sama saja membunuh orang dengan melampiaskan
hawa nafsu.
Bagaimana mencegah kelompok radikal agar tidak
berkembang menjadi teroris?
Kita harus membenahi pemikiran mereka karena perbuatan
datang dari pikiran. Pikiran harus diperbaiki. Kita juga mau aman. Kalau orang
sudah menjadi teroris, kita tidak bisa secara langsung memperbaiki pikiran
mereka. Oleh karena itu butuh kerjasama dengan pemerintah. Intinya, mencegah
lebih baik daripada mengobati. Bagaimana kita menyosialisasikan deradikalisasi
secara terus menerus.
Bagaimana tanggapan narapidana terorisme saat anda
bertemu?
Mereka termasuk responsif, melihat dan memperhatikan. Mereka
sangat mengikuti dan betul-betul memperhatikan apa yang disampaikan. Salah satu
buktinya, mereka mau mendengarkan. Mudah-mudahan mereka mau berpikir. Yang
menjadi persoalan, mereka salah menafsirkan ajaran.
Yakinkah anda bisa mengubah keyakinan mereka?
Kita berharap kepada Allah. Kita tidak tahu kapan mereka
akan kembali ke ajaran yang benar. Yang penting kita perlu berdialog. Kalau
tidak ada dialog tidak akan ada perubahan. Kita tetap pada pendapat kita,
sebagaimana mereka berkutat pada pendapatnya. Dalam dialog, kita melihat
argumen mereka lemah dan mereka memerlukan pencerahan serta penjelasan dalam
memahamai dalil-dalil dengan tepat.
Bagaimana membendung paham radikal melalui internet?
Kita perlu membuat situs-situs yang dapat mementahkan paham
radikal. Ketika ada perkembangan atau berita baru dari kalangan radikal, kita
perlu beri tanggapan yang tepat sehingga pembaca bisa memahami secara benar,
sementara paham radikal tidak mendapat dukungan. Ada situs yang melakukan perlawanan
terhadap paham radikal selama 10 tahun. (bms)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar