Kamis, 01 Mei 2014

Syaikh Ali Hasan Al Halabi: Napi Terorisme Butuh Penjelasan Dalam memahami Dalil yang Tepat



JAKARTA (gemaislam) – Dalam kunjungannya ke Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan dan Cipinang, Syaikh Ali Hasan Al Halabi mendapati banyak dari narapidana terorisme yang menerima nasihat beliau.
Ulama asal Yordania itu menjelaskan dalam berbagai kesempatan bahwa sebab mereka terjerumus dalam tindakan terorisme adalah semangat beragama yang tinggi tetapi dibarengi dengan pemahaman dan penafsiran yang keliru.
Saat Syaikh Ali Hasan Al Halabi ditanya oleh wartawan tentang sikap para narapidana terorisme dalam menyambut beliau, murid senior Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani itu menjawab bahwa mereka sangat antusias.
“Mereka sangat mengikuti dan betul-betul memperhatikan apa yang disampaikan. Salah satu buktinya, mereka mau mendengarkan. Mudah-mudahan mereka mau berpikir,” kata Syaikh Ali Hasan.



Berikut ini wawancara lengkap Ferry Santoso dan Ilham Khoiri dengan Syaikh Ali Hasan Al Halabi dihotel Gren Alia Cikini Jakarta Pusat pada Kamis malam , seperti dimuat harian Kompas pada Jumat (13/12):


Apa makna Jihad?



Jihad itu punya tiga tingkatan, yaitu jihad melawan hawa nafsu, jihad mencari ilmu pengetahuan dan jihad perang. Perang itu ada syarat-syaratnya. Mungkinkah orang tak melakukan jihad tingkat pertama dan kedua, lalu langsung melakukan jihad tingkat atas? tidak mungkin. Itu sama dengan kita langsung naik lantai ketiga tanpa naik tangga-tangga sebelumnya. Jika tiba-tiba kita berjihad, itu sama saja membunuh orang dengan melampiaskan hawa nafsu.



Bagaimana mencegah kelompok radikal agar tidak berkembang menjadi teroris?




Kita harus membenahi pemikiran mereka karena perbuatan datang dari pikiran. Pikiran harus diperbaiki. Kita juga mau aman. Kalau orang sudah menjadi teroris, kita tidak bisa secara langsung memperbaiki pikiran mereka. Oleh karena itu butuh kerjasama dengan pemerintah. Intinya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Bagaimana kita menyosialisasikan deradikalisasi secara terus menerus.




Bagaimana tanggapan narapidana terorisme saat anda bertemu?




Mereka termasuk responsif, melihat dan memperhatikan. Mereka sangat mengikuti dan betul-betul memperhatikan apa yang disampaikan. Salah satu buktinya, mereka mau mendengarkan. Mudah-mudahan mereka mau berpikir. Yang menjadi persoalan, mereka salah menafsirkan ajaran.




Yakinkah anda bisa mengubah keyakinan mereka?




Kita berharap kepada Allah. Kita tidak tahu kapan mereka akan kembali ke ajaran yang benar. Yang penting kita perlu berdialog. Kalau tidak ada dialog tidak akan ada perubahan. Kita tetap pada pendapat kita, sebagaimana mereka berkutat pada pendapatnya. Dalam dialog, kita melihat argumen mereka lemah dan mereka memerlukan pencerahan serta penjelasan dalam memahamai dalil-dalil dengan tepat.




Bagaimana membendung paham radikal melalui internet?



Kita perlu membuat situs-situs yang dapat mementahkan paham radikal. Ketika ada perkembangan atau berita baru dari kalangan radikal, kita perlu beri tanggapan yang tepat sehingga pembaca bisa memahami secara benar, sementara paham radikal tidak mendapat dukungan. Ada situs yang melakukan perlawanan terhadap paham radikal selama 10 tahun. (bms)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar