Ibnu
‘Asyur rahimahullah menegaskan, “Sudah merupakan garis yang telah
dituliskan, bahwa bangsa manusia itu perlu bergaul dan hidup bersama
orang lain, dia tidak bisa hidup sendirian.
Ketika dia
hidup bersama orang lain maka dia akan mendapati masing-masing orang
memiliki arah dan tujuan yang berbeda-beda, sehingga timbullah perbedaan
dan perselisihan.”
Termasuk
dari bangsa manusia tersebut adalah Salafy. Merekapun manusia biasa,
tidak lepas dari ancaman perbedaan dan perselisihan. Dan jalan keluarnya
dari perselisihan yang terjadi dalam masyarakat yang heterogen ini
adalah seperti yang dijelaskan pula oleh Ibnu ‘Asyur rahimahullah,
“Untuk menghindari dan menyelesaikan perbedaan serta perselisihan dalam
masyarakat bangsa manusia adalah dengan mencontoh masyarakat Rasul
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Semua
permasalahan dalam masyarakat beliau diselesaikan dengan acuan Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Dengan menerima dan tunduk pada ketentuan Al-Qur’an dan
As-Sunnah maka akan selesai semua permasalahan.”
Adapun kita
yang sudah jauh dari zaman masyarakat Rasul, maka selain mengacu pada
ketentuan Al-Qur’an dan As-Sunnah kita memerlukan hal yang ketiga, yaitu
berpegang dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman ulama salaf
(ulama terdahulu). Dan untuk bisa mendapatkan pemahaman ini maka kita
harus mengambil bimbingan dari para ulama yang jernih ilmunya
mengabdikan diri secara murni untuk agama Allah ta’ala, bukan ulama
partai atau kelompok sempalan, bukan pula ulama pengejar kepentingan
dunia. Inilah pesan dari Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam hafidzhahullah.
Agar perbedaan segera selesai maka harus kembali pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah dengan bimbingan para ulama sunnah.
Sebab Perselisihan yang Harus Diwaspadai oleh para Salafiyin
Sebab-sebab
perselisihan sangatlah berbilang jumlahnya, diantaranya; perbedaan
ideologi, perbedaan pemahaman, perbedaan kepentingan, urusan pribadi,
dan lainnya.
Namun salafy
secara khusus dan kaum muslimin secara umum jangan lupa, bahwa ada satu
sebab yang termasuk sangat besar pengaruhnya, sehingga bisa menimbulkan
perselisihan yang berkepanjangan dan tanpa henti. Sebab tersebut adalah
‘penyusup’. Orang ini pura-pura menjadi salafy, bergaul
dengan salafy, terlihat ataupun tidak, sementara tujuan di balik itu
untuk merusak salafy dari dalam, membenturkan satu dengan yang lain,
membenturkan salafy dengan masyarakat, memecah shaf dan keutuhan ahlus
sunnah dan berbagai tujuan yang lain.
Mari sedikit
kita perhatikan apa saja yang telah terjadi terhadap islam dan dakwah
Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam karena ulah ‘penyusup’ ini?
Pertama:
Pada zaman Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah terjadi penyusupan besar
yang dipimpin oleh pimpinan kaum munafiq yaitu Abdullah bin Ubay bin
Salul. Tidaklah dia melakukan upaya dan gerakan kecuali bertujuan untuk
membuat madharat kepada islam dan dakwah Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Diantara bentuk tindakannya telah diukir dan dibadaikan dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah agar kita mengambil pelajaran akan bahayanya kaum
‘penyusup’ ini.
Contohnya:
1. Pembelotan dengan segaja yang dilakukan kaum munafiqin pimpinan
Abdullah bin Ubay pada perang Uhud. Sebagaimana dalam hadits Zaid bin
Tsabit رضي الله عنه:
لَمَّا
خَرَجَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِلَى أُحُدٍ رَجَعَ نَاسٌ مِنْ
أَصْحَابِهِ، فَقَالَتْ فِرْقَةٌ: نَقْتُلُهُمْ، وَقَالَتْ فِرْقَةٌ: لَا
نَقْتُلُهُمْ، فَنَزَلَتْ:{فَمَا
لَكُمْ فِي الْمُنَافِقِينَ فِئَتَيْنِ}، وَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله
عليه وسلم: إِنَّهَا تَنْفِي الرِّجَالَ، كَمَا تَنْفِي النَّارُ خَبَثَ
الْحَدِيدِ
“Kami keluar bersama Nabi ke
Uhud. Sebagian orang dari rombongan beliau berbalik (membelot, mereka
adalah kaum munafiq pimpinan Abdullah bin Ubay). Maka sekelompok orang
dari para shahabat berkata: “Kita bunuh mereka.”, sekolompok yang lain
berkata: “Kita tidak akan membunuh mereka”. Maka turunlah ayat: “Ada apa
kalian, menjadi dua kelompok terkait kaum munafiq …”. Maka Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Uhud ini menolak sekelompok orang (munafiq, yang tidak
jujur imannya), sebagaimana api itu akan menghilangkan kotoran dalam
besi.”
2.
Pengkhianatan penyusup Abdullah bin Ubay dan kroni-kroninya terkait
Yahudi Bani Nadhir, sebagaimana disebutkan oleh Allah تعالى dalam
Al-Qur’an;
أَلَمْ
تَرَ إِلَى الَّذِينَ نَافَقُوا يَقُولُونَ لِإِخْوَانِهِمُ الَّذِينَ
كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَئِنْ أُخْرِجْتُمْ لَنَخْرُجَنَّ
مَعَكُمْ وَلَا نُطِيعُ فِيكُمْ أَحَدًا أَبَدًا وَإِنْ قُوتِلْتُمْ
لَنَنْصُرَنَّكُمْ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
“Tidakkah
engkau melihat orang-orang munafiq itu berkata pada teman-temannya yang
kafir dari kaum Ahli Kitab: “Jika kalian keluar (memerangi Muhammad)
maka kami akan keluar bersama kalian, dan kami tidak akan mentaati
seorangpun untuk menyerang kalian selamanya, dan jika kalian diperangi
maka kami akan menolong kalian.” Dan Allah bersaksi bahwa mereka (kaum
munafiq) ini benar-benar berdusta.” [Al-Hasyr: 11]
3. Kejahatan
penyusup Abdullah bin Ubay menyebarkan berita dan tuduhan dusta bahwa
‘Aisyah رضي الله عنها berzina, sebagaimana dalam hadits Bukhary –
Muslim:
وَكَانَ الَّذِي تَوَلَّى الْإِفْكَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُبَيٍّ ابْنُ سَلُولَ
“Yang mempromotori penyebaran tuduhan dusta ini adalah Abdullah bin Ubay bin Salul.”
Dan Allah تعالى telah membantah tuduhan dusta ini dalam surat An-Nur dalam beberapa ayat. Silahkan dirujuk.
Kedua:
Pada masa kahalifah ‘Utsman dan ‘Ali رضي الله عنهما muncullah seorang
penyusup dari Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’. Membakar amarah
kaum muslimin untuk menentang pemerintah sah, yaitu‘Utsman رضي الله عنه
yang mengakibatkan terbunuhnya beliau. Dan Abdullah bin Saba’ ini yang
meletakkan dasar-dasar kelompok sempalan yang sesat yaitu Syi’ah
Rafidhah. Menyusup dalam barisan ‘Ali رضي الله عنه, berpura-pura masuk
islam dan menampakkan diri mencintai ahlul bait. Namun akhirnya mengajak
kaum muslimin untuk mencela para shahabat terkhusus Abu Bakr dan ‘Umar
رضي الله عنهما, mempertuhankan ‘Ali dan menggerogoti ajaran islam dari
dalam. Sejarah menjadi saksi akan hal ini.
Ini 2 contoh
penyusupan yang terjadi pada kurun nabi dan zaman shahabat. Padahal
sejarah telah panjang lebar menyebutkan penyusupan demi penyusupan dari
kurun ke kurun, zaman ke zaman. Tinggallah kita pada masa ini untuk
mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa pahit yang telah lewat. Para
penyusup akan melakukan berbagai cara dan menggunakan berbagai
kesempatan untuk memporak porandakan keutuhan salafy dan dakwah
salafiyah secara khusus, dan mencerai beraikan kaum muslimin secara
umum.
Ketiga:
Kita ambil contoh untuk pada zaman ini. Ingat dan ingat!! Para ulama
telah mengingatkan bahwa perselisihan yang ada dalam tubuh dakwah
salafiyah juga tidak terlepas dari ‘provokasi’ para penyusup ini.
Disadari ataupun tidak dan terlihat ataupun tidak.
Peringatan
dari Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi حفظه الله terkait dengan sebagian
perselisihan di antara Ahlus sunnah dan du’at salafiyin: “Pertikaian
itu awal mulanya adalah tipu daya syaithan dari kalangan jin dan
syaithan dari kalangan manusia terhadap orang-orang jahil, sehingga
mereka terjerembab padanya. Jika telah menyala dan berkobar apinya maka
nampak jelas bagi mereka akibat buruk dari api pertikaian ini. Orang
yang berakal dan tanggap akan menyadari munculnya fitnah dan pertikaian
ini pada awal mulanya. Dan orang yang jahil / bodoh tidaklah
menyadarinya kecuali ketika pertikaian ini sudah usai.
Maka aku
menasehatkan agar kalian menjaga lisan-lisan kalian dari ikut campur dan
terjun dalam pertikaian ini, dan agar kalian kembali bersaudara di
antara kalian. Siapa yang terjadi padanya sikap saling menghindar dan
melengos, maka wajib untuk kembali kepada al-haq.
Sebab
dalam pertikaian ini adalah penyusupan ‘provokator pertikaian’ untuk
menyalakan api pertikaian. Sadarilah ini!! Suatu ketika Asy-Syaikh
Muqbil menelponku dan berkata: “Sampai berita padaku bahwa engkau
mengatakan di dalam majelis kami ada ‘penyusup hizbiyin’?” Maka aku
berkata: “Aku tidak ingat apakah aku mengatakan atau tidak, dan sekarang
aku tegaskan kepadamu: “Ya (ada penyusup dari hizbiyin)”.
Sesungguhnya
para pembuat kerusakan menempatkan di sekitar orang-orang penting itu
‘suatu bagian’. Mereka menempatkan di sekitar Asy-Syaikh Al-Albany suatu
bagian, menempatkan di sekitar Asy-Syaikh Ibnu Baz suatu bagian, dan
menempatkan di sekitar para penguasa suatu bagian. Serta mereka
menempatkan di sekitar setiap ‘alim itu suatu bagian. Dengan tujuan
untuk mencapai misi busuk mereka melalui ‘bagian’ ini. Maka kita tidak
merasa aman dari penyusupan.”
Kalau saja
di majelis ulama demikian, maka kita juga tidak akan terlepas dari
penyusupan ini. Karena misi yang mereka kejar dalam penyusupan di
sekitar ulama adalah sama dengan yang mereka kejar dalam penyusupan di
sekitar kita, di sekitar salafiyin.
Peringatan
dari Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam حفظه الله terkait perselisihan di
antara du’at salafy yang berkepanjangan dan tak kunjung selesai, beliau
sampaikan dalam pertemuan di ruangan beliau, qadarullah tidak sempat terekam, dan ini kami sampaikan secara makna: “Perlu
kalian ketahui bahwa perselisihan berkepanjangan yang terjadi di antara
du’at tidak terlepas dari unsur ‘penyusupan’ atau ada campur tangan
penyusup. Hal ini telah terbukti dalam sejarah perjalanan islam, dan
juga perjalanan dakwah salafiyah. Bagaimana mungkin kok perselisihan ini
terus timbul dalam keadaan kedua belah pihak yang berselisih sudah siap
untuk bersatu mencari titik terang?? Tentu ada pihak-pihak yang
menyusup ke dalam salafiyin dan membakar kembali amarah kedua belah
pihak. Entah menyusup ke dalam masing-masing pihak dan entah menyusup ke
salah satunya.
Dan para penyusup ini bisa jadi dari kalangan kufar, atau dari hizbiyin (kelompok menyimpang), atau dari intelegen.” Demikian pesan dan peringatan Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam حفظه الله.
Adapun
contoh kongkritnya, maka teman-teman yang mengenal dakwah salafiyah di
Indonesia sejak sebelum tahun 2000 insyaallah sudah menemukan sebagian
contoh akan hal ini, di berbagai kota di berbagai tempat. Belum di
belahan dunia yang lain. Kita persingkat ini untuk menyingkat ruan
pembahasan.
Dan
sekarangpun tidak jauh kemungkinan, kalau terjadi perselisihan yang
berkepanjangan di antara salafiyin di Indonesia, di sana ada pihak yang
menyusup untuk memperkeruh keadaan. Maka hendaknya kita waspada. Agar
kita bisa berjalan bersama saudara-saudara kita dengan harmonis, dan
agar kita bisa bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat secara
harmonis pula.
Lalu Siapa yang Akan Menyusup ke dalam Barisan Salafiyin secara Khusus atau kaum Muslimin secara Umum untuk Berulah dari Dalam?
Pertanyaan
ini sudah dijawab dalam peringatan Asy-Sayikh Rabi’ dan Asy-Sayikh
Al-Imam حفظهما الله. Namun tidak mengapa kita mengulanginya dengan
penjelasan. Para penyusup tersebut bisa dari:
- Kaum Kufar, entah Yahudi (dan ini yang sering), entah Nasrani (dan ini tidak sedikit), entah antek-antek keduanya. Karena jelas permusuhan mereka terhadap islam secara umum, dan secara khusus terhadap ahlus sunnah. Sejarah membuktikan hal itu.
- Kaum hizbiyin, kaum penyimpang, dengan berbagai modelnya. Alasannya pun berbeda-beda, ada yang kerena balas dendam, karena ahlus sunnah telah menjelaskan kepada umat kebusukan mereka, dan ini yang paling sering. Atau karena melihat ahlus sunnah menjadi penghalang tujuan inti mereka. Tujuan yang mendominasi dari setiap kelompok sempalan adalah kursi, kekuasaan, dan penumpahan darah. Entah tujuan jangka pendek ataupun jangka panjang. Sejarah menjadi saksi akan hal ini.
- Kaum intelegen. Kenapa bisa? Apa alasannya?
Pertama:
Perlu diketahui bahwa dakwah Ahlus sunnah itu menyeru untuk selalu taat
kepada pemerintah muslim selama tidak memerintahkan kepada kemaksiatan
terhadap Allah تعالى dan Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم. Ahlus sunnah
selalu dibimbing untuk menciptakan persatuan yang terbentuk dengan
tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah, selama ajakan itu tidak ada unsur
penentangan terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahama yang benar
maka ahlus sunnah dibimbing untuk mengikuti.
Kedua: Kalau ada unsur intelegen kok melakukan suatu bentuk ‘penyusupan’ dalam tubuh salafiyin, maka ada beberapa kemungkinan;
- Karena rasa khawatir, bahwa salafy akan mengancam keutuhan pemerintah. Dan ini sebenarnya tidak perlu. Karena salafy, ahlus sunnah dibimbing untuk mentaati pemerintah bukan untuk menggulingkan pemerintah. Sebuah pesan untuk teman-teman salafy agar mengingat aqidah ahlus sunnah, yaitu: Menaati pemerintah muslim selama tidak memerintahkan untuk melanggar Al-Qur’an dan As-Sunnah. Meskipun pemerintah ini termasuk pemerintah yang zhalim. Kalaupun ada ‘oknum’ dari Salafy yang nyeleneh dan membangkang pada pemerintah maka oknum tersebut kita bilang telah melenceng dari garis asal yang dibimbingkan, atau tidak mengamalkan bimbingan tersebut. Silahkan melihat kembali pada artikel sebelumnya tentang ketaatan pada pemerintah.
- Karena ‘proyek’ dari CIA (Amerika) atau MOSSAD (Yahudi). Dan bisa dibilang keduanya adalah satu. Seakan tiada suatu negara kecuali agen CIA ada di situ.
- Atau ada kepentingan yang lain yang bisa saja memungkinkan.
Berbagai
kemungkinan bisa saja timbul dan terjadi. Ini terjadi di semua belahan
dunia, dan hampir di setiap negara. Demikian kata Asy-Syaikh Muhammad
Al-Imam, karena beliau telah mendapatinya, sampai beliau memberikan
nasehat dan khutbah khusus menasehati mereka, dan menyatakan dakwah
ahlus sunnah itu bukan dakwah yang berbahaya.
Dan sebagai
penutup, hendaknya kita mengukur segala sesuatu dengan ilmu, dengan akal
yang lurus. Suatu pertikaian tidak akan membuahkan hasil yang manis
buat kita semua. Dan kita harus waspada dari sebab-sebab pertikaian yang
terselubung. Wallahu ‘alam.
‘Umar Al-Indunisy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar