ان
يتباعدوا عن اسباب الفرقة واﻻختلاف فعقيدة اهل السنة واحدة واتجاههم
واحد
ليس هناك مسوغ للفرقة والاختلاف اﻻ الجهل والبغي والشيطان و في “صحيح
مسلم”: ان الشيطان قد ايس ان يعبده المصلون في جزيرة العرب ولكن في التحريش
بينهم
Hendaknya
mereka Ahlussunnah menjauhi sebab-sebab perpecahan dan perselisihan,
karena aqidah Ahlussunnah itu satu, dan arah pandangan mereka juga satu.
Maka tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berpecah dan berselisih,
kecuali karena disebabkan kejahilan, kedengkian dan ajakan syaithan.
Dalam
“Shahih Muslim” disebutkan, “Sesungguhnya syaithan telah berputus asa
untuk disembah oleh orang-orang yang menegakkan shalat di jazirah
arabia, akan tetapi syaithan tidak berputus asa untuk membuat perpecahan
di antara mereka.”
والخلاف
شر كما قال عبدالله بن مسعود رضي الله عنه عندما صلى عثمان رضي الله عنه
بمنى بالنالس اربعا فاسترجع عبدالله رضي الله عنه ثم قال: “صليت مع رسول
الله صلى الله عليه و على اله وسلم ركعتين ومع ابي بكر ركعتين ومع عمر
ركعتين فياليت لي ركعتين مقبولتين فقيل له اﻻ صليت ركعتين؟ قال: الخلاف شر”
رواه البخاري ومسلم
Dan
berselisih itu adalah kejelekan, sebagaimana yang dinyatakan oleh
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ketika ‘Utsmaan radhiyallahu
‘anhu shalat di Mina mengimami manusia dengan empat raka’at, maka Ibnu
Mas’ud menyatakan, “Innalillaahi wa inna ilaihi raaji`uun.”
Kemudian
beliau menyatakan, “Aku shalat bersama Rasulullah shallallahu `alaihi wa
‘ala alihi wa sallam sebanyak dua raka’at, dan bersama Abu Bakr
sebanyak dua rakaat, dan bersama ‘Umar juga sebanyak dua raka’at
(mengqasharnya), maka alangkah baiknya bila aku menjalankan dua rakaat
yang diterima oleh Allah.” Maka pada saat itu ada yang mengatakan kepada
beliau, “Tidakkah engkau shalat dua raka’at saja?” Ibnu Mas’ud
menjawab, “Berselisih itu adalah kejelekan.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Abu Dawud
meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Abu Tsa’labah Al-Khusyani
radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Dahulu para shahabat Nabi bila
singgah di suatu tempat, ‘Umar mengatakan, dahulu apabila Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam singgah di suatu tempat,
mereka para shahabat duduk berpencar di lembah-lembah dan tempat-tempat
yang dekat dengan sumber air, Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa
‘ala alihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya
terpencarnya duduk kalian di lembah-lembah ini adalah dari syaithan.”
Maka setelah itu mereka tidak pernah lagi singgah di suatu lembah
kecuali duduk berkumpul antara satu dengan yang lainnya. Sampai ada yang
mengatakan, “Seandainya dibentangkan satu lembar kain saja, niscaya itu
akan mencukupi tempat duduk mereka.”
Maka
alhamdulillah kalian wahai Ahlussunnah tidak seperti kaum Syi’ah
Rafidhah yang saling mengkafirkan di antara mereka, demikian pula kalian
tidak seperti tokoh-tokoh kaum Mu’tazilah yang saling mengkafirkan satu
dengan lainnya, sebagaimana yang diuraikan dalam kitab “Al-Milal wan
Nihal”. Adapun Ahlussunnah, alhamdulillah mayoritas perselisihan yang
terjadi di antara mereka itu ialah di seputar pemahaman terhadap
hadits-hadits yang menerangkan perkara ibadah yang telah diriwayatkan
dengan berbagai macam riwayat, atau perbedaan pendapat di seputar
tash-hih (penshahihan) dan tadh’if (pendha’ifan) terhadap hadits-hadits
Nabi shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam [1] dan atau sebab-sebab perselisihan lainnya sebagaimana yang telah disebutkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah. [2]
Wahai
Ahlussunnah, kalian telah mengetahui bahwa musuh-musuh kalian amat
gembira bila musibah menimpa kalian, sedangkan musuh-musuh Islam
tidaklah merasa takut kecuali kepada kalian. Sehingga mereka sangat
berambisi untuk membuat perpecahan di antara kalian dengan cara apapun.
Sesungguhnya
menjadi kewajiban atas Ahlussunnah untuk menyiapkan diri-diri mereka
guna memecahkan berbagai problem yang sedang mengepung dunia Islam
secara keseluruhan. Sedangkan mereka dalam masalah ini adalah sebagai
ahlinya dan pihak yang paling pantas untuk menjalankannya. Karena Allah
telah menganugerahkan kepada mereka pemahaman yang benar terhadap
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Sesungguhnya
Ahlussunnah itu mayoritas di dunia Islam. Akan tetapi karena keberadaan
mereka terpisah-pisah dan berbeda-bedanya negeri mereka serta tidak
saling tahu antara satu dengan lainnya menyebabkan mereka larut dalam
berbagai perkumpulan masyarakat. Kita berharap agar Allah ta`ala
memberikan taufiq kepada orang-orang yang memperjuangkan dakwah kepada
sunnah, sehingga mencari tahu keadaan Ahlussunnah dan menebarkan berita
tentang keberadaan serta kondisi mereka. Semoga Allah menyatukan
berbagai kekuatan mereka. [Nashiihati li Ahlissunnah - Syaikh Muqbil bin
Haadi Al-Waadi'i rahimahullah] [3]
Fikri Abul Hasan
_______________________________________
Footnote:
1. Meskipun
kaidah-kaidah dalam tash-hih maupun tadh’if terhadap suatu hadits telah
disepakati oleh para Ulama, namun masih terbuka pintu ijtihad di antara
mereka dalam menilai kualitas suatu hadits.
3. Syaikh
Rabii’ bin Haadi Al-Madkhali hafidzhahullah juga menyampaikan nasehat
yang serupa, “Dan telah muncul (di tengah-tengah Salafiyin), orang-orang
yang tidak memahami Salafiyah secara hakiki, tetapi setiap mereka
menyangka bahwa ia seorang Salafi, kemudian engkau tidak melihatnya
kecuali ia selalu memutuskan hubungan antara Salafiyin, karena kejelekan
akhlaknya dan kejelekan manhajnya atau tersebarnya manhaj-manhaj yang
jelek untuk memecah belah dan mencerai-beraikan Salafiyin.
g, memiliki hikmah, dan yang lebih penting, membutuhkan para ulama. Maka apabila perkara-perkara ini tidak ada di tengah-tengah Salafiyin, AKAN KE MANAKAH SALAFIYAH? AKAN HILANG.” Semoga Allah ta’ala memberkahi kalian (Lihat http://nasihatonline.wordpress.com/2012/11/18/jawaban-terhadap-mereka-yang-mau-keluar-dari-ahlus-sunnah-karena-adanya-perpecahan-antara-ahlus-sunnah-sebuah-pelajaran-dari-kisah-nyata/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar