Najd yang merupakan tempat keluarnya Tanduk Setan, pada era belakangan ini telah menjadi suatu hal yang kontroversial dan mengundang polemik. Ada yang mengatakan Najd itu adalah Najd yang berada di Saudi Arabia, dan ada juga yang menyatakan Najd tersebut adalah Najd yang berada di Irak. Padahal para ulama terdahulu yang shalih telah mengemukakan pendapatnya mengenai permasalahan Najd ini.
Sebenarnya polemik Najd wilayah timur Madinah ini bagi Tanya Syiah tidaklah bermasalah, selama timurnya Madinah tersebut bukanlah Jakarta dan daerah sekitarnya, dikarenakan domisili Tanya Syiah berada di daerah sekitar Jakarta yang mempunyai wilayah timur Indonesia terbentang dari Maluku Utara, Maluku, Papua Barat hingga Papua. [http://id[.]wikipedia[.]org/wiki/Waktu_Indonesia_Timur] -
Meskipun para simpatisan Syiah Rafidhah dari Isfahan, Khuza, Karman, Sijan, Khurasan Tehran, Khurasan Utara, Khurasan Razavi maupun Khurasan Selatan yang nantinya akan memaksakan pendapatnya bahwasanya wilayah timur Jakarta adalah Papua Nugini dikarenakan harus ditarik garis lurus secara horizontal dari wilayah Jakarta menuju timur. Namun Tanya Syiah tidak akan bergeming sedikitpun dalam mempertahankan pendapat bahwa wilayah timur Jakarta adalah terbentang dari Maluku Utara, Maluku, Papua Barat hingga Papua meskipun menyimpang 23.5o dari garis horizontal.
Goresan Pena Tanya Syiah “Najd Irak Tanduk Setan Timur Madinah” ini akan dibagi menjadi beberapa pembahasan, di antaranya yaitu :
[1] Timur Masyriq Arah Terbitnya Tanduk Matahari
[2] Najd Irak & Gempa Bumi
[3] Pusat Kekufuran Tempat Turunnya Dajjal
[4] Rabi’ah & Mudhar Penggembala Kuda, Unta & Sapi
[5] Fitnah & Bid’ah
So let’s start it…
[1] Timur Masyriq Arah Terbitnya Tanduk Matahari
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَامِنَا
ويَمَنِنَا مَرَّتَيْنِ فَقَالَ رَجُلٌ وَفِي مَشْرِقِنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ هُنَالِكَ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ وَلَهَا تِسْعَةُ أَعْشَارِ الشَّرِّ
Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Ya Allah, berkahilah di Syam kami dan Yaman kami.” beliau mengucapkannya dua kali. Kemudian seorang laki-laki berkata, ‘Dan di Timur [مَشْرِقِنَا] kami, wahai Rasulullah.’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Dari sana-lah akan muncul Tanduk Setan [قَرْنُ الشَّيْطَانِ], dan baginya sembilan persepuluh [تِسْعَةُ أَعْشَارِ] keburukan.”
[Ahmad no.5384, Shahih : Musnad Imam Ahmad no.5642, Syaikh Ahmad Muhammad Syakir]
Namun ada sebuah agama yang berasal dari Timur [مَشْرِقِ] dan menjadikan sembilan persepuluh [تِسْعَةُ أَعْشَارِ] keburukan menjadi sebuah agama kebaikan yaitu salah satunya adalah dusta yang dikemas dengan nama Taqiyyah, ia adalah agama Syiah Rafidhah Persia al-Majusi.
قال لي أبو عبد الله (عليه السلام): يا أبا عمر إن تسعة أعشار الدين في التقية ولا دين لمن لا تقية له والتقية في كل شئ إلا في النبيذ والمسح على الخفين الكافي - الشيخ الكليني - ج ٢ - الصفحة ٢١٧
Abu Abdillah ‘alaihi Salam berkata kepadaku, “Wahai Abu Umar, sesungguhnya sembilan persepuluh [تسعة أعشار] agama (Syiah Rafidhah Persia al-Majusi Pusat Kekufuran) merupakan Taqiyyah [التقية]. Tidak ada agama bagi yang tidak mengamalkan Taqiyyah, serta Taqiyyah pada setiap perkara kecuali pada nabidz dan mengusap atas kedua khuf.” [al-Kaafi 2/217, al-Kulainy Pendeta Syiah Rafidhah]
[shiaonlinelibrary.com/الكتب/1123_الكافي-الشيخ-الكليني-ج-٢/الصفحة_0?pageno=217] سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ تُفْتَحُ الْيَمَنُ فَيَأْتِي قَوْمٌ يُبِسُّونَ فَيَتَحَمَّلُونَ بِأَهْلِهِمْ وَمَنْ أَطَاعَهُمْ وَالْمَدِينَةُ خَيْرٌ لَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ وَتُفْتَحُ الشَّأْمُ فَيَأْتِي قَوْمٌ
يُبِسُّونَ فَيَتَحَمَّلُونَ بِأَهْلِيهِمْ وَمَنْ أَطَاعَهُمْ وَالْمَدِينَةُ خَيْرٌ لَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ وَتُفْتَحُ الْعِرَاقُ فَيَأْتِي قَوْمٌ يُبِسُّونَ فَيَتَحَمَّلُونَ بِأَهْلِيهِمْ وَمَنْ أَطَاعَهُمْ وَالْمَدِينَةُ خَيْرٌ لَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Yaman ditaklukkan kemudian suatu kaum datang sambil menceritakan keindahan negeri itu dengan membawa keluarga dan pengikutnya, padahal Madinah lebih baik bagi mereka seandainya mereka mengetahui. Kemudian Syam ditaklukkan kemudian suatu kaum datang sambil menceritakan keindahan negeri itu dengan membawa keluarga dan pengikutnya, padahal Madinah lebih baik bagi mereka seandainya mereka mengetahui. Kemudian ‘Iraq ditaklukkan kemudian suatu kaum datang sambil menceritakan
Sehingga Yaman menjadi Yaman kami (milik kaum Muslimin), dan Syam menjadi Syam kami (milik kaum Muslimin), serta Irak menjadi Irak kami (milik kaum Muslimin). Semoga keberkahan pada Syam kami (milik kaum Muslimin) dan keberkahan pada Yaman kami (milik kaum Muslimin).
Sedangkan Irak saat ini telah dikuasai oleh Syiah Rafidhah al-Majusi Pusat Kekufuran yang berada di arah Timur, yang di mana Najd (Dataran Tinggi)-nya (wilayah Irak kuno) telah ditimpa bencana gempa bumi, pedalamannya didatangi gelombang Fitnah-Fitnah seperti perang Jamal & Shiffin, Pembunuhan Ali dan Hushain Radhiyallahu ‘anhuma, Bid’ah-Bid’ah Khawarij & Rafidhah, bahkan Qadariyyah yang akan ditenggelamkan / dirubah bentuk / dilempar (batu), dan tempat turunnya Dajjal (wilayah Irak kuno), serta Tanduk Setan.
Pada masa Nabi Muhammad Shallalllahu ‘alaihi wa Sallam telah terdapat 2 (dua) kerajaan besar yang saling bertempur untuk menguatkan hegemoninya di daerah Maghrib dan Masyriq, mereka adalah Kaisar sang Penguasa Maghrib dengan Istana di Syam, dan Kisra sang Penguasa Timur dengan Istana di Irak.
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ اللهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ، فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا، وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا، وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ،
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menggulung bumi untukku, sehingga aku bisa melihat penjuru bumi belahan timur dan barat, dan sesungguhnya umatku, kerajaan mereka akan mencapai wilayah bumi yang dihimpun untukku. Dan diberikan kepadaku dua simpanan kekayaan merah dan putih. [Muslim no.5144]
[2889] قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (إِنَّ اللَّهَ قَدْ زَوَى لِيَ الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وان أمتى سيبلغ ملكها مازوى لِي مِنْهَا وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرِ وَالْأَبْيَضِ) أَمَّا زُوِيَ فَمَعْنَاهُ جُمِعَ وَهَذَا الْحَدِيثُ فِيهِ مُعْجِزَاتٌ ظَاهِرَةٌ وَقَدْ وَقَعَتْ كُلُّهَا بِحَمْدِ اللَّهِ كَمَا أَخْبَرَ بِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعُلَمَاءُ الْمُرَادُ بِالْكَنْزَيْنِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْمُرَادُ كَنْزَيْ كسرى وقيصر ملكى العراق الشام فِيهِ إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّ مُلْكَ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَكُونُ مُعْظَمُ امْتِدَادِهِ فِي جِهَتَيِ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَهَكَذَا وَقَعَ وَأَمَّا فِي جِهَتَيِ الْجَنُوبِ وَالشِّمَالِ فَقَلِيلٌ بِالنِّسْبَةِ إِلَى الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَصَلَوَاتُ اللَّهِ وسلامه على رسوله الصادق الذى لاينطق عن الهوى ان هو الاوحى يُوحَى
2889) Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam [إِنَّ اللَّهَ قَدْ زَوَى لِيَ الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وان أمتى سيبلغ ملكها مازوى لِي مِنْهَا وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرِ وَالْأَبْيَضِ] “Sesungguhnya Allah telah menggulung bumi untukku, sehingga aku bisa melihat penjuru bumi belahan timur dan barat, dan sesungguhnya umatku, kerajaan mereka akan mencapai wilayah bumi yang dihimpun untukku. Dan diberikan kepadaku dua simpanan kekayaan merah dan putih.” Makna [زوى] ialah dihimpun. Di dalam hadits ini terdapat mukjizat yang sangat nyata, dan semuanya telah terwujud, segala puji hanya milik Allah, sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Para ulama berkata, “Yang dimaksud dengan
dua simpanan kekayaan adalah emas dan perak, maksudnya adalah simpanan kekayaan Kisra Raja Irak, dan Kaisar Raja Syam.” Di dalam hadits terdapat isyarat bahwa kerajaan umat ini sebagian besar kekuasaannya berada di wilayah timur dan barat, dan demikianlah yang terjadi. Adapun kekuasaan di wilayah selatan dan utara lebih sedikit bila dibandingkan dengan wilayah timur dan barat. Semoga shalawat dan salam Allah tetap terlimpah kepada Rasul-Nya yang jujur, yang tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu, ucapan beliau tiada lain adalah wahyu yang diwahyukan kepada beliau. [Syarah Shahih Muslim 18/13, Imam an-Nawawi]
Sehingga Syam dikatakan Maghrib dan Irak dikatakan Timur. Oleh karena itu Imam Ahmad mengatakan : “Ahli Gharb adalah penduduk Syam.” Dan jawaban ini disepakati oleh Ibnu Taimiyah dalam Manaqibisy-Syam wa Ahlihi, halaman 76-77 [http://almanhaj.or.id/content/2433/slash/0/keberkahan-bumi-syam/]
وَقَالَ الْخَطَّابِيُّ نَجْدٌ مِنْ جِهَةِ الْمَشْرِقِ وَمَنْ كَانَ بِالْمَدِينَةِ كَانَ نَجْدُهُ بَادِيَةَ الْعِرَاقِ وَنَوَاحِيهَا وَهِيَ مَشْرِقُ أَهْلِ الْمَدِينَةِ Berkata al-Khaththabi, “Najd [نَجْدٌ] berada di arah Timur [الْمَشْرِقِ] dan siapa saja yang berada di Madinah, maka Najdnya [بَادِيَةَ] adalah pedalaman Irak [الْعِرَاقِ] dan sekitarnya, dan ia (pedalaman Irak dan sekitarnya) adalah Timurnya [مَشْرِقُ] penduduk Madinah.” [Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari 13/47, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani]
UT date and time
of equinoxes and solstices on the earth
|
||||||||
event
|
Northward
equinox |
Northern
solstice |
Southward
equinox |
Southern
solstice |
||||
month
|
March
|
June
|
September
|
December
|
||||
year
|
||||||||
day
|
time
|
day
|
Time
|
day
|
time
|
day
|
Time
|
|
2013
|
20
|
11:02
|
21
|
05:04
|
22
|
20:44
|
21
|
17:11
|
[en.wikipedia.org/wiki/Equinox]
[en.wikipedia.org/wiki/Solstice]
Northward equinox [note : gambar berbentuk gif yang
dapat bergerak]
Northern solstice [note : gambar berbentuk gif yang
dapat bergerak]
Southern solstice [note : gambar berbentuk gif yang
dapat bergerak] - See more at:
Hal ini bisa terjadi dikarenakan The Greater Khurasan
merupakan wilayah yang sangat luas membentang dari Barat (Iran)
hingga Timur (Afghanistan), Utara (Turkmenistan, Tajikistan &
Uzbekistan) hingga Selatan (Pakistan), sehingga matahari akan
menyinari daerah Khurasan terlebih dahulu baru kemudian daerah setelahnya, oleh
karena itu Khurasan dijuluki sebagai “Tanah Matahari Terbit”
atau “Land Where The Sun Rises” atau juga “The
Eastern Land”.
Rasulullah Shallalllahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan Khurasan
adalah Timur. Sedangkan Rasulullah Shallalllahu ‘alaihi wa Sallam
pun berisyarat ke arah Timur serta menghadap ke arah Terbitnya
Matahari seraya mengatakan Timur adalah Tempat Fitnah dan Terbitnya
Tanduk Setan atau Tanduk Matahari, dikarenakan Matahari Terbit di
Tanduk Setan.
قَالَحَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدَّجَّالُ يَخْرُجُ مِنْ أَرْضٍ بِالْمَشْرِقِ يُقَالُ
لَهَا خُرَاسَانُ يَتْبَعُهُ أَقْوَامٌ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الْمَجَانُّ
الْمُطْرَقَةُ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah menceritakan
kepada kami, beliau bersabda, “Dajjal akan muncul dari
Bumi (Tanah) [أَرْضٍ]
yang berada di Timur [بِالْمَشْرِقِ]
bernama Khurasan, ia diikuti oleh kaum-kaum yang wajah mereka bagai perisai
besi yang ditempa.”
[Tirmidzi no.2163, Shahih Tirmidzi no.2237, Syaikh
al-Albani]
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُشِيرُ إِلَى الْمَشْرِقِ فَقَالَ هَا إِنَّ الْفِتْنَةَ هَا
هُنَا إِنَّ الْفِتْنَةَ هَا هُنَا مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berisyarat
ke arah Timur [الْمَشْرِقِ]
seraya bersabda, “Di sana, sesungguhnya Fitnah dari sana.
Sesungguhnya Fitnah dari sana, yaitu dari tempat munculnya Tanduk
Setan [قَرْنُ الشَّيْطَانِ].” [Bukhari
no.3037]
صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْفَجْرَ ثُمَّ سَلَّمَ فَاسْتَقْبَلَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ فَقَالَ
أَلَا إِنَّ الْفِتْنَةَ هَاهُنَا أَلَا إِنَّ الْفِتْنَةَ هَاهُنَا حَيْثُ
يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam shalat fajar
kemudian salam lalu beliau menghadap ke arah Terbitnya Matahari [الشَّمْسِ] seraya bersabda,
“Ketahuilah sesungguhnya Fitnah dari sana, ketahuilah sesungguhnya Fitnah
dari sana, yaitu dari tempat munculnya Tanduk Setan [قَرْنُ الشَّيْطَانِ].”
[Ahmad no.5153, Shahih : Musnad Imam Ahmad no.5410,
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir]
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَامَ إِلَى جَنْبِ الْمِنْبَرِ فَقَالَ الْفِتْنَةُ هَا هُنَا
الْفِتْنَةُ هَا هُنَا مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ أَوْ قَالَ
قَرْنُ الشَّمْسِ
Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, bahwasanya beliau
berdiri ke samping mimbar seraya bersabda, “Fitnah dari sana, Fitnah
dari sana, yaitu dari tempat munculnya Tanduk Setan
[قَرْنُ الشَّيْطَانِ],” atau beliau
bersabda, “Tanduk Matahari [قَرْنُ
الشَّمْسِ].” [Bukhari
no.6563]
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ بِقَرْنِ شَيْطَانٍ
Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda, “Sesungguhnya Matahari [الشَّمْسَ] Terbit pada Tanduk Setan
[بِقَرْنِ شَيْطَانٍ].”
[Ahmad no.5329, Shahih : Musnad Imam Ahmad no.5586,
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir]
Lalu apakah permasalahan ini (Daerah Timur yang bernama
Khurasan, yang menjadi Sumber Fitnah dan Tanduk Setan) bertentangan dengan ilmu
pengetahuan manusia pada saat ini? Tanya Syiah akan menjelaskan simulasi Timur
Matahari Terbit.
So let’s begin...
Di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ
“Rabb yang memelihara kedua tempat terbit
matahari dan Rabb yang memelihara kedua tempat terbenamnya.” [QS.
Ar-Rahmaan : 17]
Dengan adanya dua tempat yang berbeda mengenai terbitnya
matahari, maka akan mengakibatkan pergantian musim di beberapa negara.
Ada negara yang mempunyai 2 musim yaitu musim panas (summer) dan musim
dingin (winter), bahkan ada yang mempunyai 4 musim yaitu
dengan tambahan
2 musim lagi, yakni musim semi (spring) dan musim gugur (autumn).
Penjelasan tentang Musim-Musim.
[https://www.youtube.com/watch?v=k6Ma18knMKY]
Dalam video tersebut di atas dijelaskan bahwa posisi
terbitnya matahari berpindah-pindah dari Selatan ke Utara dan begitu
sebaliknya, seperti yang akan disimulasikan dengan video di bawah berikut.
Simulasi terbit Matahari dari Timur berpindah-pindah dari
Selatan ke Utara dan begitu pula sebaliknya.
[https://www.youtube.com/watch?v=LUAe0__0tYs]
Gambar Matahari Terbit terhadap Bumi
Gambar Posisi Sinar Matahari Menyinari Bumi
Gambar posisi Axis Rotation disesuaikan dengan posisi utara dan selatan agar mempermudah menganalisa di peta. [note : gambar berbentuk gif yang dapat bergerak]
Sedangkan pada posisi Northern/Southern Solstice, maka
posisi matahari terbit tepat pada 90o pada garis Pependicular to
Orbit, sehingga terdapat penyimpangan sebesar 23.5o ke Utara/Selatan
dari Axis Rotation yang sebagai implikasinya terdapat penyimpangan juga sebesar
23.5o ke Utara & Selatan dari garis lurus di peta secara
Horizontal dari view point (misal : Madinah) menuju timur.
Dari penjabaran tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ada
dua tempat matahari terbit yaitu pada posisi Northern & Southern Solstice,
sedangkan diantara keduanya terdapat posisi Northward/Southward Equinox. Lalu
posisi manakah yang dimaksud dalam hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam mengenai Timur Masyriq Arah Terbitnya Tanduk Matahari?
Tentunya dengan penjabaran hadits sebelumnya mengenai
Khurasan tersebut di atas sudah dapat terjawab yaitu Khurasan adalah Timur
Tanah Matahari Terbit, namun Tanya Syiah akan menguatkan lagi dengan
menganalisa beberapa hadits.
Ada sebuah hadits yang menjadi pegangan Syiah Rafidhah dalam
mencela Sayyidah Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha (Ahlul Bait : Istri
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam). Padahal Sayyidah Ummul Mukminin
‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha (Ahlul Bait : Istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam) adalah seorang wanita mulia yang tidak boleh seorangpun boleh
mencelanya, karena Allah telah berfirman mengenai Sayyidah Ummul Mukminin
‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha (Ahlul Bait : Istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam) yaitu ketika terjadi peristiwa yang dikenal sebagai hadits ifki pada
saat orang-orang Munafiq telah menghembuskan fitnah keji terhadap ‘Aisyah
Radhiyallahu ‘anha. Tanya Syiah juga telah mengGoreskan Pena part [6]
Kemuliaan Ahlul Bait Rasulullah untuk membela para Ahlul Bait.
Hadits yang digunakan oleh Syiah Rafidhah mengenai Tanduk
Setan dalam menyerang kemuliaan Sayyidah Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu
‘anha (Ahlul Bait : Istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam) sebagai
Tanduk Setan adalah sebagaimana yang digunakan oleh seorang Syiah Rafidhah di
Indonesia
قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ خَطِيبًا فَأَشَارَ نَحْوَ مَسْكَنِ عَائِشَةَ فَقَالَ هُنَا
الْفِتْنَةُ ثَلَاثًا مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berdiri menyampaikan
khutbah lalu berisyarat ke arah [فَأَشَارَ
نَحْوَ ] rumah ‘Aisyah seraya
bersabda, “Di sana ada fitnah, sebanyak tiga kali, yaitu tempat munculnya
Tanduk Setan [قَرْنُ الشَّيْطَانِ].” [Bukhari
no.2873]
Apakah hadits tersebut di atas dapat dipahami bahwasannya
rumah Sayyidah Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha (Ahlul Bait : Istri
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam) beserta Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam baik pada masa hidupnya atau sesudah wafatnya merupakan Tempat Fitnah
dan Tanduk Setan?
Maka perhatikanlah hadits-hadits lainnya di bawah ini :
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ أَلَا إِنَّ الْفِتْنَةَ هَا هُنَا
يُشِيرُ إِلَى الْمَشْرِقِ مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda saat beliau berdiri di atas mimbar, “Ketahuilah,
sesungguhnya fitnah dari sana.” Beliau berisyarat ke arah Timur [الْمَشْرِقِ], yaitu tempat munculnya
Tanduk Setan [قَرْنُ الشَّيْطَانِ]. [Bukhari
no.3249]
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَامَ عِنْدَ بَابِ حَفْصَةَ فَقَالَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ
الْفِتْنَةُ هَاهُنَا مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ قَالَهَا
مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا
و قَالَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ فِي
رِوَايَتِهِ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَ
بَابِ عَائِشَةَ
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
berdiri di dekat pintu Hafshah lalu berisyarat dengan tangannya
ke arah Timur [الْمَشْرِقِ],
beliau bersabda, “Fitnah dari sana, yaitu tempat munculnya Tanduk
Setan [قَرْنُ الشَّيْطَانِ].” Beliau mengucapkannya
dua atau tiga kali.
Ubaidullah bin Sa'id berkata dalam riwayatnya, “Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa Sallam berdiri di dekat pintu ‘Aisyah.” [Muslim
no.5168]
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ قَائِمًا عِنْدَ بَابِ عَائِشَةَ فَأَشَارَ بِيَدِهِ
نَحْوَ الْمَشْرِقِ فَقَالَ الْفِتْنَةُ هَاهُنَا حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ
الشَّيْطَانِ
Dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, bahwa beliau
pernah berdiri di pintu rumah ‘Aisyah, kemudian beliau berisyarat dengan
tangannya ke arah Timur [الْمَشْرِقِ]
seraya bersabda, “Fitnah dari sana, yaitu tempat munculnya Tanduk
Setan [قَرْنُ الشَّيْطَانِ].”
[Ahmad no.4450, Shahih : Musnad Imam Ahmad no.4679,
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir]
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مِنْ بَيْتِ عَائِشَةَ فَقَالَ رَأْسُ الْكُفْرِ مِنْ هَاهُنَا مِنْ
حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ يَعْنِي الْمَشْرِقَ
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam keluar
dari rumah ‘Aisyah seraya bersabda, “Pusat kekufuran dari sana,
yaitu tempat munculnya Tanduk Setan [قَرْنُ
الشَّيْطَانِ].” Yakni Timur
[الْمَشْرِقَ].
[Muslim no.5170]
[3301]
قَوْلُهُ رَأْسُ الْكُفْرِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ فِي رِوَايَةِ الْكُشْمِيهَنِيِّ
قِبَلَ الْمَشْرِقِ
وَفِي ذَلِكَ إِشَارَةٌ إِلَى شِدَّةِ كُفْرِ
الْمَجُوسِ لِأَنَّ مَمْلَكَةَ الْفُرْسِ وَمَنْ أَطَاعَهُمْ مِنَ الْعَرَبِ
كَانَتْ مِنْ جِهَةِ الْمَشْرِقِ بِالنِّسْبَةِ إِلَى الْمَدِينَةِ وَكَانُوا فِي
غَايَةِ الْقَسْوَةِ وَالتَّكَبُّرِ وَالتَّجَبُّرِ حَتَّى مَزَّقَ مَلِكُهُمْ كِتَابَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا سَيَأْتِي فِي مَوْضِعِهِ
وَاسْتَمَرَّتِ الْفِتَنُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ كَمَا سَيَأْتِي بَيَانُهُ
وَاضِحًا فِي الْفِتَنِ
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, [رَأْسُ الْكُفْرِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ]
“Pusat kekufuran berada di arah Timur [نَحْوَ الْمَشْرِقِ]”
Dalam riwayat al-Kusymihaniy [قِبَلَ
الْمَشْرِقِ] “Ke arah
Timur.”
Hal tersebut memberikan isyarat akan kerasnya kekufuran
kaum Majusi, karena sesungguhnya kerajaan Persia dan
orang-orang yang mentaatinya dari bangsa ‘Arab yang
merupakan berada di arah Timur [الْمَشْرِقِ]
ketika dilihat dari kota Madinah [الْمَدِينَةِ]. Dan mereka berada
pada puncak kekerasan hati, kesombongan dan keangkuhan
hingga raja mereka merobek-robek surat Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam sebagaimana yang akan disebutkan pada tempatnya nanti. Dan berlangsungnya
Fitnah [الْفِتَنُ] secara terus menerus
dari arah Timur [الْمَشْرِقِ] sebagaimana yang
akan dijelaskan pada pembahasan tentang fitnah.
[Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari 6/352, al-Hafidzh
Ibnu Hajar al-Asqalani]
Perhatikan 5 hadits dan 1 syarah hadits tersebut di atas
yang telah Tanya Syiah cantumkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam menyampaikan khutbah berdiri di atas mimbar, lalu berisyarat
ke arah timur rumahnya ‘Aisyah yang diteruskan arahnya dari Pintu rumah
‘Aisyah menuju langsung ke arah Timur Tempat Fitnah dan Tanduk
Setan Pusat kekufuran, yaitu Persia al-Majusi.
Di bawah adalah satelit Masjid Madinah berikut denahnya yang
terdapat posisi mimbar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam menyampaikan
khutbahnya beserta posisi rumah Sayyidah Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu
‘anha (Ahlul Bait : Istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam) yang
terdapat makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam beserta al-Khalifah
Sayyidina Imam Abu Bakr dan Umar Radhiyallahu ‘anhuma. Sedangkan di antara
mimbar dan ruangan makam terdapat Raudhah, sebagaimana di dalam hadits
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengenai keutamaannya.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ
وَمِنْبَرِي عَلَى حَوْضِي
Dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Di
antara rumahku dan mimbarku adalah Raudhah (taman) di antara taman-taman
surga dan mimbarku berada pada Telagaku (di surga).” [Bukhari
no.1755]
Satelit Masjid Madinah
Denah Masjid Nabawi
Jika Tanya Syiah menarik garis lurus dari mimbar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menuju rumahnya ‘Aisyah yang diteruskan arahnya dari Pintu rumah ‘Aisyah menuju langsung ke arah Timur Tempat Fitnah dan Tanduk Setan, maka berdasarkan pengukuran Tanya Syiah terdapat penyimpangan sekitar 23.5o dari garis lurus Horizontal menuju Timur yang menembus langsung ke Khurasan yaitu Pusat Kekufuran Persia al-Majusi Syiah Rafidhah.
Maka dapat disimpulkan Timur Madinah Arah Terbitnya Matahari
menyimpang 23.5o dari garis lurus Horizontal yaitu pada posisi
Northern Solstice atau bisa dikatakan tegak lurus 90o dari
Pependicular to Orbit.
Oleh karena itu pada posisi Northern Solstice, terbitnya
matahari akan menyinari terlebih dahulu daerah Khurasan – Persia – Bashrah Irak
– Arab Saudi [note : gambar berbentuk gif yang dapat bergerak]
Dan jika posisi peta disesuaikan dengan arah matahari terbit
baik pada saat Equinox dan Solstice, maka secara garis bujur pun Khurasan,
Persia Iran dan Bashrah Irak merupakan Timur Madinah yang akan tersinari Sinar
Matahari terlebih dahulu ketika Terbit.
Sehingga teman-teman dapat mengetahui dengan pasti bahwa
Timur Masyriq Arah Terbitnya Tanduk Matahari dengan penjabaran di atas, yaitu
Mimbar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tempat untuk berkhutbah
dijadikan starting point arah Timurnya Terbit Matahari menuju rumah ‘Aisyah
yang diteruskan kembali menuju Timur Pusat Kekufuran Persia Syiah Rafidhah
al-Majusi melewati Bashrah Irak serta Khuza Ahwaz dan langsung menembus daerah
Khurasan Tanah Matahari Terbit dengan posisi Northern Solstice menyimpang 23.5o
dari garis lurus Horizontal.
Sehingga teman-teman dapat mengetahui dengan pasti bahwa
Timur Masyriq Arah Terbitnya Tanduk Matahari dengan penjabaran di atas, yaitu
Mimbar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tempat untuk berkhutbah
dijadikan starting point arah Timurnya Terbit Matahari menuju rumah ‘Aisyah
yang diteruskan kembali menuju Timur Pusat Kekufuran Persia Syiah Rafidhah
al-Majusi melewati Bashrah Irak serta Khuza Ahwaz dan langsung menembus daerah
Khurasan Tanah Matahari Terbit dengan posisi Northern Solstice menyimpang 23.5o
dari garis lurus Horizontal.
[2] Najd Irak & Gempa Bumi
ذَكَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَأْمِنَا اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي
يَمَنِنَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَفِي نَجْدِنَا قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ
لَنَا فِي شَأْمِنَا اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي يَمَنِنَا قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَفِي نَجْدِنَا فَأَظُنُّهُ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ
وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah berdoa, “Ya
Allah, berkahilah di Syam kami, ya Allah, berkahilah di Yaman
kami.” Para Shahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, dan di Najd [نَجْدِ] kami.’ Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berdoa, “Ya Allah, berkahilah di Syam
kami, ya Allah, berkahilah di Yaman kami.” Para Shahabat berkata,
‘Wahai Rasulullah, dan di Najd [نَجْدِ]
kami.’ dan seingatku pada kali ketiga, beliau bersabda, “Di sana
akan terjadi Gempa Bumi [الزَّلَازِلُ]
dan Fitnah-Fitnah [الْفِتَنُ], dan di sana akan
muncul Tanduk Setan [قَرْنُ
الشَّيْطَانِ].” [Bukhari
no.6565]
وَقَالَ الْخَطَّابِيُّ نَجْدٌ مِنْ جِهَةِ
الْمَشْرِقِ وَمَنْ كَانَ بِالْمَدِينَةِ كَانَ نَجْدُهُ بَادِيَةَ الْعِرَاقِ
وَنَوَاحِيهَا وَهِيَ مَشْرِقُ أَهْلِ الْمَدِينَةِ وَأَصْلُ النَّجْدِ مَا
ارْتَفَعَ مِنَ الْأَرْضِ وَهُوَ خِلَافُ الْغَوْرِ فَإِنَّهُ مَا انْخَفَضَ
مِنْهَا وَتِهَامَةُ كُلُّهَا مِنَ الْغَوْرِ وَمَكَّةُ مِنْ تِهَامَةَ
Berkata al-Khaththabi, “Najd [نَجْدٌ] berada di arah Timur [الْمَشْرِقِ] dan siapa saja yang
berada di Madinah, maka Najdnya [بَادِيَةَ]
adalah pedalaman Irak [الْعِرَاقِ]
dan sekitarnya, dan ia (pedalaman Irak dan sekitarnya)
adalah Timurnya [مَشْرِقُ]
penduduk Madinah [الْمَدِينَةِ].
Asal kata Najd [النَّجْدِ]
adalah tanah yang tinggi yang berbeda dengan Ghaur [الْغَوْرِ] yang berarti tanah yang rendah serta
Tihamah [وَتِهَامَةُ]
seluruhnya adalah Ghaur [الْغَوْرِ]
dan Mekkah merupakan bagian dari Tihamah [تِهَامَةَ].”
[Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari 13/47, al-Hafizh
Ibnu Hajar al-Asqalani]
Tanya Syiah pun juga mencoba melihat arti Najd di kamus
al-Munawwir
[نجد ونجاد ونجود وانجاد]
= Tanah yang tinggi
Namun ada sebuah wilayah di Arab Saudi yang bernama Najd.
Lalu apakah Najd yang berada di Arab Saudi tersebut merupakan tempat yang
dimaksud oleh hadits tersebut di atas? Oleh karena itu perlu disimak Goresan
Pena Tanya Syiah hingga akhir.
[http://en.wikipedia.org/wiki/Najd]
Sedangkan Najd juga berada di Gaza Palestina
[http://en.wikipedia.org/wiki/Najd,_Gaza]
Dan ada Najd pula di Timur Arab Saudi yaitu di Jubail
Bahkan ada sebuah hadits yang membedakan Irak dengan Najd,
yaitu :
وَمُهَلُّ أَهْلِ الْعِرَاقِ مِنْ ذَاتِ عِرْقٍ
وَمُهَلُّ أَهْلِ نَجْدٍ مِنْ قَرْنٍ
“Dan Muhallu (tempat memulai Ihram) bagi penduduk Irak
adalah dari Dzatu ‘Irq, dan bagi penduduk Najd adalah dari Qarn,”
[Muslim no.2028]
Namun ada hadits yang menafsirkan bahwa yang dimaksud Najd
tersebut adalah Najd yang berada di Irak.
2494
- " ألا إن الفتنة ههنا، ألا إن الفتنة ههنا [قالها مرتين أو ثلاثا] ، من حيث
يطلع قرن الشيطان، [يشير [بيده] إلى المشرق، وفي
رواية: العراق] ".
Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan muncul di
sini! Ketahuilah, sesungguhnya fitnah akan muncul di sini!”
Beliau mengucapkannya dua atau tiga kali, yaitu dari tempat munculnya Tanduk
Setan [قرن الشيطان]. Beliau mengarahkan
(tangannya) ke Timur [المشرق]. Dalam sebuah
riwayat disebutkan Irak [العراق].
[Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no.2494, Syaikh
al-Albani]
سَمِعْتُ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عُمَرَ يَقُولُا يَا أَهْلَ الْعِرَاقِ مَا أَسْأَلَكُمْ عَنْ الصَّغِيرَةِ
وَأَرْكَبَكُمْ لِلْكَبِيرَةِ سَمِعْتُ أَبِي عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُا
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الْفِتْنَةَ تَجِيءُ مِنْ هَاهُنَا وَأَوْمَأَ
بِيَدِهِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنَا الشَّيْطَانِ
وَأَنْتُمْ يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ
Aku mendengar Salim bin Abdullah bin Umar
berkata, “Wahai penduduk Irak [الْعِرَاقِ],
aku tidak bertanya kepada kalian tentang perkara kecil dan tidak menempatkan
kalian pada perkara besar.”
Aku pernah mendengar ayahku, Abdullah bin
Umar berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya fitnah akan muncul di sini
-beliau menunjuk dengan tangannya ke arah Timur [الْمَشْرِقِ]- yaitu dari tempat
munculnya Tanduk Setan [قَرْنَا
الشَّيْطَانِ]. Sedangkan kalian saling menebas leher sebagian yang lain.” [Muslim
no.5172]
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُشِيرُ بِيَدِهِ يَؤُمُّ الْعِرَاقَ هَا إِنَّ الْفِتْنَةَ
هَاهُنَا هَا إِنَّ الْفِتْنَةَ هَاهُنَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ
قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam berisyarat dengan tangannya menuju Irak [الْعِرَاقَ], “Di
sanalah, sesungguhnya Fitnah dari sana, di sanalah, sesungguhnya Fitnah
dari sana.” Beliau mengatakannya sampai tiga kali, yaitu tempat munculnya Tanduk
Setan [قَرْنُ الشَّيْطَانِ].”
[Ahmad no.6020, Shahih : Musnad Imam Ahmad no.6302,
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir]
Kata al-‘Iraq berarti tempat asal
tumbuh-tumbuhan, seakan-akan merupakan bentuk jamak dari ‘Irqu. Ada yang
mengatakan, dinamakan Irak, karena dekat dengan laut,
karena penduduk Hijaz menamai sesuatu yang dekat laut dengan sebutan Irak. Ada
juga yang mengatakan, dinamai Irak karena tanahnya datar, jarang
terdapat pegunungan yang tinggi, sebagai penunjuk ke tanah
datar di antara sungai Tigris (Dijlah) dan Eufrat atau
negeri as-Sawad dan al-Jazirah.
أَمَّا خُوزٌ فَمِنْ بِلَادِ الْأَهْوَازِ وَهِيَ مِنْ عِرَاقِ الْعَجَمِ وَقِيلَ الْخُوزُ صِنْفٌ مِنَ الْأَعَاجِمِ Adapun Khuza berasal dari negeri Ahwaz, yaitu wilayah Irak yang masuk negeri ‘Ajam, ada pula yang berpendapat bahwa Khuza adalah satu rumpun dengan bangsa ‘Ajam. [Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari 6/607, al-Hafidzh Ibnu Hajar al-Asqalani]
Kemudian, istilah Mesopotamia itu lebih umum
diterapkan untuk semua tanah antara sungai Eufrat dan Tigris,
sehingga menggabungkan tidak hanya bagian dari Suriah tetapi juga
hampir semua Irak dan Turki tenggara. Dataran stepa di
sebelah barat sungai Eufrat dan bagian barat Pegunungan Zagros juga
sering termasuk dalam istilah yang lebih luas Mesopotamia. Perbedaan lebih
lanjut biasanya dibuat antara atas atau Utara Mesopotamia dan dataran yang
rendah atau Selatan Mesopotamia. Atas Mesopotamia, juga dikenal sebagai Jazirah,
adalah daerah antara Eufrat dan Tigris dari sumber-sumber mereka ke Baghdad.
Lebih rendah, bagian Mesopotamia terdiri dari selatan Irak, Kuwait,
dan Iran bagian barat.
[id.wikipedia.org/wiki/Mesopotamia]
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa wilayah Irak Kuno
yang dikenal sebagai Mesopotamia memiliki wilayah yang sangat luas, terbentang
dari al-Jazirah (Turki Tenggara, sebagian Suriah dan Irak), Bashrah Irak hingga
Hamadan Iran serta Ahwaz Khuza / Khuzestan Iran.
Sedangkan Najd Irak di wilayah Hamadan Iran
dan bagian barat pegunungan Zagros Iran termasuk dataran
tinggi yang seringkali tertimpa bencana gempa bumi,
sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Begitu pula di Najd Irak merupakan tempat munculnya fitnah-fitnah yang akan
dijelaskan pada tempatnya nanti.
ذَكَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي شَأْمِنَا اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي
يَمَنِنَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَفِي نَجْدِنَا قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ
لَنَا فِي شَأْمِنَا اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي يَمَنِنَا قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ وَفِي نَجْدِنَا فَأَظُنُّهُ قَالَ فِي الثَّالِثَةِ هُنَاكَ الزَّلَازِلُ
وَالْفِتَنُ وَبِهَا يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah berdoa, “Ya
Allah, berkahilah di Syam kami, ya Allah, berkahilah di Yaman
kami.” Para Shahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, dan di Najd [نَجْدِ] kami.’ Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berdoa, “Ya Allah, berkahilah di Syam
kami, ya Allah, berkahilah di Yaman kami.” Para Shahabat berkata,
‘Wahai Rasulullah, dan di Najd [نَجْدِ]
kami.’ dan seingatku pada kali ketiga, beliau bersabda, “Di sana
akan terjadi Gempa Bumi [الزَّلَازِلُ]
dan Fitnah-Fitnah [الْفِتَنُ], dan di sana akan
muncul Tanduk Setan [قَرْنُ
الشَّيْطَانِ].” [Bukhari
no.6565]
[earthquake.usgs.gov/earthquakes/world/middle_east/seismicity.php]
Saat ini wilayah Irak kuno di bagian Barat Pegunungan Zagros
(Iran) dan Hamadan (Iran) telah dikuasai oleh Syiah Rafidhah al-Majusi pengikut
paham al-Qadariyyah yang menempuh jalan Filsafat dalam membahas masalah takdir.
Sehingga negerinya pun sering dilanda bencana Gempa Bumi.
هذا الذى قاله بن عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا ظَاهِرٌ فِي تَكْفِيرِهِ الْقَدَرِيَّةَ قَالَ الْقَاضِي عِيَاضٌ
رَحِمَهُ اللَّهُ هَذَا فِي الْقَدَرِيَّةِ الْأُوَلِ الَّذِينَ نَفَوْا تَقَدُّمَ
عِلْمِ اللَّهِ تَعَالَى بِالْكَائِنَاتِ قَالَ وَالْقَائِلُ بِهَذَا كَافِرٌ
بِلَا خِلَافٍ وَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ يُنْكِرُونَ الْقَدَرَ هُمُ الْفَلَاسِفَةُ
فِي الْحَقِيقَةِ
Yang dikatakan oleh Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma adalah
jelas menunjukkan pengkafirannya terhadap kaum al-Qadariyyah.”
Al-Qadhi Iyadh Rahimahullah berkata, “Hal tersebut berlaku pada
kaum al-Qadariyyah pertama yang menafikan Ilmu Allah
Ta’ala terhadap alam semesta.” Dia juga menambahkan bahwa orang yang mengatakan
demikian adalah kafir tanpa ada perselisihan. Orang-orang yang mengingkari
takdir, pada hakikatnya mereka adalah orang-orang Filsafat.”
[Syarah Shahih Muslim 1/153-156, Imam an-Nawawi]
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ الْقَدَرِيَّةُ مَجُوسُ هَذِهِ الْأُمَّةِ إِنْ مَرِضُوا فَلَا
تَعُودُوهُمْ وَإِنْ مَاتُوا فَلَا تَشْهَدُوهُمْ
Dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda,
“Kaum al-Qadariyyah adalah Majusi umat ini, jika mereka
sakit maka janganlah kalian jenguk, dan jika mereka mati maka janganlah kalian
menghadirinya [تَشْهَدُوهُمْ].”
[Abu Daud no.4071, Hasan : Shahih Abu Dawud no.4691,
Syaikh al-Albani]
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَكُونُ فِي أُمَّتِي أَوْ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ
مَسْخٌ وَخَسْفٌ وَقَذْفٌ وَذَلِكَ فِي أَهْلِ الْقَدَرِ
Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda, “Akan terjadi pada umatku atau di umat ini perubahan bentuk [مَسْخٌ], penenggelaman [خَسْفٌ] dan dilempari
(batu) [قَذْفٌ]. Hal
tersebut terjadi pada pengikut paham al-Qadariyah.”
[Ibnu Majah no.4051, Hasan : Shahih Ibnu Majah no.3298,
Syaikh al-Albani]
Sehingga teman-teman dapat mengetahui dengan pasti bahwa
Najd Timur Madinah adalah Najd Irak wilayah kuno yang terbentang dari Dataran
Tinggi Pegunungan Hamadan Iran hingga Dataran Tinggi bagian Barat Pengunungan
Zagros Iran yang sering tertimpa bencana Gempa Bumi.
[3] Pusat Kekufuran Tempat Turunnya Dajjal
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ رَأْسُ الْكُفْرِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ وَالْفَخْرُ وَالْخُيَلَاءُ
فِي أَهْلِ الْخَيْلِ وَالْإِبِلِ وَالْفَدَّادِينَ أَهْلِ الْوَبَرِ
وَالسَّكِينَةُ فِي أَهْلِ الْغَنَمِ
Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
bersabda, “Pusat kekufuran berada di arah Timur [الْمَشْرِقِ]. Kebanggaan diri
dan kesombongan terletak pada para pemilik kuda dan unta. Serta al-Faddadin
berada pada penduduk al-Wabar, sedangkan ketenangan ada pada para pemilik
kambing.” [Bukhari no.3056]
[3301]
قَوْلُهُ رَأْسُ الْكُفْرِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ فِي رِوَايَةِ الْكُشْمِيهَنِيِّ
قِبَلَ الْمَشْرِقِ
وَفِي ذَلِكَ إِشَارَةٌ إِلَى شِدَّةِ كُفْرِ
الْمَجُوسِ لِأَنَّ مَمْلَكَةَ الْفُرْسِ وَمَنْ أَطَاعَهُمْ مِنَ الْعَرَبِ
كَانَتْ مِنْ جِهَةِ الْمَشْرِقِ بِالنِّسْبَةِ إِلَى الْمَدِينَةِ وَكَانُوا فِي
غَايَةِ الْقَسْوَةِ وَالتَّكَبُّرِ وَالتَّجَبُّرِ حَتَّى مَزَّقَ مَلِكُهُمْ
كِتَابَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا سَيَأْتِي فِي مَوْضِعِهِ
وَاسْتَمَرَّتِ الْفِتَنُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ كَمَا سَيَأْتِي بَيَانُهُ
وَاضِحًا فِي الْفِتَنِ
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, [رَأْسُ الْكُفْرِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ]
“Pusat kekufuran berada di arah Timur [نَحْوَ الْمَشْرِقِ]”
Dalam riwayat al-Kusymihaniy [قِبَلَ
الْمَشْرِقِ] “Ke arah
Timur.”
Hal tersebut memberikan isyarat akan kerasnya kekufuran
kaum Majusi, karena sesungguhnya kerajaan Persia dan
orang-orang yang mentaatinya dari bangsa ‘Arab yang
merupakan berada di arah Timur [الْمَشْرِقِ]
ketika dilihat dari kota Madinah [الْمَدِينَةِ]. Dan mereka berada
pada puncak kekerasan hati, kesombongan dan keangkuhan
hingga raja mereka merobek-robek surat Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam sebagaimana yang akan disebutkan pada tempatnya nanti. Dan berlangsungnya
Fitnah [الْفِتَنُ] secara terus menerus
dari arah Timur [الْمَشْرِقِ] sebagaimana yang
akan dijelaskan pada pembahasan tentang fitnah.
[Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari 6/352, al-Hafidzh
Ibnu Hajar al-Asqalani]
Sedangkan Aqidah Majusi / Zoroaster berada pada kaum
al-Qadariyyah yang di mana saat ini telah dijadikan keyakinan oleh Syiah
Rafidhah al-Majusi, Tanya Syiah telah menggoreskan pena di Goresan Pena Tanya
Syiah Part [11]
Syiah Majusi Qadariyyah Dibenam Bumi. Oleh karena itu Tanya Syiah akan
mempersingkatnya dengan 2 point saja :
[-] Meskipun ajaran Zarathustra
mengajarkan monoteisme dengan Ahura Mazda sebagai satu-satunya
dewa yang harus disembah namun keberadaan dewa-dewa
lain pun tetap diakui.
Begitupula dengan agama Syiah Rafidhah al-Majusi, meskipun
mengajarkan monoteisme dengan Allah sebagai satu-satunya Rabb yang harus
disembah namun keberadaan Rabb-Rabb lainnya pun tetap diakui untuk mengatur
urusan makhluk di dunia.
Khomeini Pendeta Syiah Rafidhah al-Majusi,
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ
لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
“Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan
(mu) dengan Rabbmu.” [QS. Ar-Ra’d : 2]
Yakni Rabbmu [رَبِّكُمْ]
adalah Imam.
Sehingga para Imam Syiah Rafidhah al-Majusi yang sebagai
Rabb yang memiliki sifat Rububiyyah, yaitu dapat mengatur urusan makhluk di
dunia, yaitu seperti al-Qaim al-Masih ad-Dajjal Imam Mahdi al-Muntazhar
Syiah Rafidhah al-Majusi yang sedang dalam masa Ghaibah al-Kubra.
Ahmadi Nejad al-Yahudi Presiden Iran Syiah Rafidhah
al-Majusi
Menit 00:10 – 00:35
Beberapa orang percaya bahwa sang Imam Ghaib (al-Qaim
al-Masih ad-Dajjal Imam Mahdi al-Muntazhar Syiah Rafidhah al-Majusi) sedang
hidup di suatu tempat, tanpa memperhatikan sama sekali terhadap masalah-masalah
yang dihadapi oleh manusia. Jika ini terjadi, maka tidak akan ada keberadaan
(Imam Ghaib) sama sekali. Semuanya akan berada dalam kekacauan. Sang Imam
Ghaib mengatur semua urusan dunia.
[https://www.youtube.com/watch?v=fPaJZxALUvA]
[-] Majusi mempercayai akan datangnya Saoshayant
yaitu seorang penyelamat dan memerintah serta memelihara bumi,
yang akan memimpin manusia melawan Ahriman yang menciptakan
Kejahatan beserta pengikutnya. Dan dia (Saoshayant) akan membangkitkan
orang yang telah mati di bumi.
Begitupula dengan agama Syiah Rafidhah al-Majusi, mempercayai
akan datangnya sang Imam Ghaib (al-Qaim al-Masih ad-Dajjal Imam Mahdi
al-Muntazhar Syiah Rafidhah al-Majusi) yaitu seorang penyelamat dan memerintah
serta memelihara bumi, Dan dia (al-Qaim al-Masih ad-Dajjal
Imam Mahdi al-Muntazhar Syiah Rafidhah al-Majusi) akan membangkitkan
orang yang telah mati di bumi.
Imam Ghaib (al-Qaim al-Masih ad-Dajjal Imam Mahdi
al-Muntazhar Syiah Rafidhah al-Majusi) akan memerintahkan bumi untuk
mengeluarkan minuman air dan susu serta makanan dan tanaman sehingga menjadi
menggununglah makanan tersebut.
Imam Shadiq as. bersabda, “Ketika Imam Mahdi af. muncul di
Mekah dan hendak berangkat menuju Kufah, ia memerintahkan pasukannya untuk
tidak membawa bekal makanan dan minuman. Ketika itu, Imam Mahdi af.
membawa sebuah batu yang pernah digunakan oleh Nabi Musa as. untuk
mengeluarkan dua belas mata air dari tanah. Setiap kali berhenti berjalan untuk
istirahat, ia menggunakan batu itu untuk mengeluarkan mata air dari
tanah. Setiap orang yang lapar akan menjadi kenyang dengan
meminum air itu, dan setiap orang yang haus dapat melepas rasa haus dengan
meminumnya.
Seperti ini makanan dan minuman selalu tersedia bagi
pasukannya sampai ia sampai ke kota Najaf. Di sana ia meletakkan batu
itu di atas tanah lalu dari tanah keluar air dan susu yang dapat
mengenyangkan setiap orang yang lapar.”
[Bashairud Darajat, hal. 188; Kafi, jil. 1, hal. 231;
Nu’mani, Ghaibah, hal. 238; Kharaij, jil. 2, hal. 690; Nurut Tsaqalain, jil. 1,
hal. 84; Bihar al-Anwar, jil. 13, hal. 185, dan jil. 52, hal. 324 -Kitab Syiah
Rafidhah-]
Imam Baqir as. bersabda, “Ketika al-Qaim (af.) muncul,
ia membawa bendera Rasulullah Saw., cincin Nabi Sulaiman as., batu, dan tongkat
Nabi Musa as. Kemudian, ia memerintahkan pasukannya untuk tidak membawa bekal
makanan dan minuman untuk diri mereka dan hewan kendaraannya. Sebagian orang,
ada yang ragu dan berkata, ‘Ia ingin membuat kita celaka dan membunuh hewan
kendaraan kita dengan membiarkannya kelaparan!’ Akhirnya mereka pun berangkat
memulai perjalanan. Setibanya di suatu tempat, Imam Mahdi af
melemparkan batu yang dibawanya, lalu muncul makanan, minuman,
dan rumput-rumputan dari tanah tersebut. Kemudian pasukannya
memanfaatkan makanan dan minuman itu sampai mereka tiba di kota Najaf.”
[Kamaluddin, hal. 670; Bihar al-Anwar, jil. 52, hal. 351;
Wafi, jil. 2, hal. 112 -Kitab Syiah Rafidhah-]
Serta Imam Ghaib (al-Qaim al-Masih ad-Dajjal Imam
Mahdi al-Muntazhar Syiah Rafidhah al-Majusi) akan membangkitkan orang yang
telah mati yang dikenal dengan nama Raj’ah.
Imam Ali as. bersabda, “… Al-Mahdi (af.)
akan mengibarkan benderanya dan menampakkan berbagai mukjizatnya. Dengan izin
Allah, ia akan melakukan sesuatu dari yang tidak terjadi sebelumnya. Ia akan
menyembuhkan orang-orang yang terkena penyakit Lepra dan menghidupkan
orang-orang yang mati, juga mematikan orang-orang yang hidup.”
[As Syi’ah wa Ar Raj’ah, jil. 1, hal. 169 -Kitab Syiah
Rafidhah-]
Imam Shadiq as. bersabda, “Najm bin A’yan adalah salah
satu orang yang akan mengalami Raj’ah (dibangkitkan
dari kematian) dan hidup untuk kedua kalinya untuk berjihad.”
[Al-Iyqadz minal Haj’ah, hal. 269 -Kitab Syiah Rafidhah-]
Imam Shadiq as. kembali bersabda, “Ruh orang-orang
yang beriman akan melihat keluarga Muhammad Saw. di
gunung Radhwa (salah satu gunung Madinah). Mereka memakan
makanannya dan meminum minumannya. Mereka berkumpul dan berbincang-bincang
dengannya sampai Imam Mahdi af. muncul. Ketika Allah membangkitkan
mereka, secara berkelompok mereka menyambut ajakan Imam Mahdi af.
dan menyertai beliau. Di jaman itu, orang-orang yang memiliki akidah yang batil
akan mengalami keraguan. Kelompok-kelompok dan partai-partai akan berpecah
belah, dan hanya orang-orang yang mendekatkan dirinya kepada Allah yang akan
selamat.”
[Kafi, jil. 3, hal. 131; Al-Iyqadz, hal. 290; Bihar
al-Anwar, jil. 27, hal. 308 -Kitab Syiah Rafidhah-]
Sehingga muncullah al-Qaim al-Masih ad-Dajjal Imam Mahdi
al-Muntazhar Syiah Rafidhah al-Majusi yang dapat menghidupkan orang yang telah
mati dan mengeluarkan makanan dari dalam tanah hingga menggunung serta mengatur
alam yang muncul di arah Timur Madinah yaitu Khurasan (Khurasan Tehran,
Khurasan Utara, Khurasan Razavi & Khurasan Selatan), Isfahan, Sijan, Khuza
dan Karman yang seluruhnya berada di wilayah Iran Sarang Dajjal Pusat
Kekufuran. Sedangkan Iman berada pada penduduk Hijaz yaitu Mekkah, Madinah dan
Yaman.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ رَأْسُ الْكُفْرِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ وَالْفَخْرُ وَالْخُيَلَاءُ
فِي أَهْلِ الْخَيْلِ وَالْإِبِلِ الْفَدَّادِينَ أَهْلِ الْوَبَرِ وَالسَّكِينَةُ
فِي أَهْلِ الْغَنَمِ
Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
bersabda, “Pusat kekufuran berada di arah Timur [الْمَشْرِقِ]. Kebanggaan diri
dan kesombongan terletak pada para pemilik kuda dan unta. Serta al-Faddadin
berada pada penduduk al-Wabar, sedangkan ketenangan ada pada para pemilik
kambing.” [Muslim no.75]
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ الْإِيمَانُ يَمَانٍ وَالْكُفْرُ قِبَلَ الْمَشْرِقِ
وَالسَّكِينَةُ فِي أَهْلِ الْغَنَمِ وَالْفَخْرُ وَالرِّيَاءُ فِي الْفَدَّادِينَ
أَهْلِ الْخَيْلِ وَالْوَبَرِ
Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda, “Iman terletak pada Yaman, Kekufuran berada pada
arah Timur [الْمَشْرِقِ],
ketenangan ada pada para pemilik kambing dan kesombongan serta riya' ada pada
al-Faddadin yaitu para pemilik kuda dan unta.” [Muslim no.76]
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ غِلَظُ الْقُلُوبِ وَالْجَفَاءُ فِي الْمَشْرِقِ وَالْإِيمَانُ فِي
أَهْلِ الْحِجَازِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Hati
yang keras dan kasar terdapat di arah Timur [الْمَشْرِقِ], sedangkan Iman
berada pada penduduk Hijaz.” [Muslim no.80]
وَالْمُرَادُ بِذَلِكَ اخْتِصَاصُ الْمَشْرِقِ
بِمَزِيدٍ مِنْ تَسَلُّطِ الشَّيْطَانِ وَمِنَ الْكُفْرِ كَمَا قَالَ فِي
الْحَدِيثِ الْآخَرِ رَأْسُ الْكُفْرِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ وَكَانَ ذَلِكَ فِي
عَهْدِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَالَ ذَلِكَ وَيَكُونُ حِينَ
يَخْرُجُ الدَّجَّالُ مِنَ الْمَشْرِقِ وَهُوَ فِيمَا بَيْنَ ذَلِكَ مَنْشَأُ
الْفِتَنِ الْعَظِيمَةِ وَمَثَارُ الْكَفَرَةِ التُّرْكِ الْغَاشِمَةِ
الْعَاتِيَةِ الشَّدِيدَةِ الْبَأْسِ
Sedangkan pengkhususan daerah Timur [الْمَشْرِقِ] dengan tambahan
Setan [الشَّيْطَانِ]
dan Kekafiran telah menguasainya, sebagaimana beliau bersabda dalam
hadits yang lain, [رَأْسُ
الْكُفْرِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ] “Pusat kekufuran berada di
arah Timur,” pada saat diucapkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
seperti ini terjadi pada saat Dajjal [الدَّجَّالُ] keluar dari Timur [الْمَشْرِقِ] dan di antara
waktu itu adalah munculnya banyak fitnah-fitnah besar, munculnya kekafiran,
kezhaliman yang sangat dahsyat.
[Syarah Shahih Muslim 2/34, Imam an-Nawawi]
Maka muncullah al-Qaim al-Masih ad-Dajjal Imam Mahdi
al-Muntazhar Syiah Rafidhah al-Majusi sang Imam Zaman yang dapat menghidupkan
orang yang telah mati dan mengeluarkan makanan dari dalam tanah hingga
menggunung serta mengatur alam yang muncul di arah Timur Madinah yaitu Khurasan
(Khurasan Tehran, Khurasan Utara, Khurasan Razavi, Khurasan Selatan), Isfahan,
Khuza, Karman, Sijan, yang semua wilayah tersebut saat ini berada di negeri
Iran Sarang Dajjal Pusat Kekufuran.
قُلْتُ لِأَنَّهُمْ يَقُولُونَ إِنَّ مَعَهُ
جَبَلَ خُبْزٍ وَنَهَرَ مَاءٍ قَالَ هُوَ أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ ذَلِكَ
Aku katakan, “Karena mereka mengatakan bahwa (Dajjal)
bersamanya gunung roti dan sungai air.” Beliau bersabda, “Itu semua
lebih mudah bagi Allah.” [Bukhari no.6589]
فَيَأْتِي عَلَى الْقَوْمِ فَيَدْعُوهُمْ
فَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَجِيبُونَ لَهُ فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ
وَالْأَرْضَ فَتُنْبِتُ فَتَرُوحُ عَلَيْهِمْ سَارِحَتُهُمْ أَطْوَلَ مَا كَانَتْ
ذُرًا وَأَسْبَغَهُ ضُرُوعًا وَأَمَدَّهُ خَوَاصِرَ
“Ia (Dajjal) datang kepada suatu kaum dan
menyeru mereka untuk beriman kepadanya, maka mereka menerimanya, lalu (Dajjal)
memerintahkan langit maka turunlah hujan, dan memerintahkan
bumi maka tumbuhlah tanam-tanaman, sehingga pada sore hari binatang
ternak mereka pulang dengan badan lebih besar, lebih banyak air susunya dan
lebih kenyang perutnya.” [Muslim no.5228]
فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُحْيِيهِ
“(Dajjal) membunuhnya, kemudian menghidupkannya
kembali.” [Muslim no.5229]
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُودِ أَصْبَهَانَ سَبْعُونَ أَلْفًا
عَلَيْهِمْ الطَّيَالِسَةُ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Dajjal
diikuti oleh Yahudi Ashbahan [أَصْبَهَانَ]
sebanyak tujuh puluh ribu orang, mereka mengenakan
pakaian ath-Thayalisah [الطَّيَالِسَةُ].
[Muslim no.5237]
وَأَصْبَهَانُ بِفَتْحِ الْهَمْزَةِ وَكَسْرِهَا
وبالياء وَالْفَاءِ
[أصبهان],
(diriwayatkan) dengan fathah pada hamzah [أَصْبَهَانُ] (Ashbahan) dan juga dengan kasrah
pada hamzah [إِصْبَهَانُ] (Ishbahan).
Begitu pula dengan huruf ba-nya [لياء],
(juga diriwayatkan) dengan huruf fa [إِصْفَهَانُ]
(Ishfahan).
[Syarah Shahih Muslim 18/86, Imam an-Nawawi]
Isfahan (Persia: [اصفهان]
Esfahan), secara historis juga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai Ispahan,
Sepahan, Esfahan atau Hispahan, adalah ibu kota
Provinsi Isfahan di Iran, yang terletak sekitar 340
kilometer (211 mil) selatan Teheran. Yang memiliki populasi 1.583.609 dan
merupakan kota terbesar ketiga Iran setelah Teheran
dan Mashhad. Wilayah The Greater Isfahan memiliki populasi 3.793.101 sesuai
sensus di tahun 2011, yang merupakan wilayah metropolitan terpadat kedua di
Iran setelah Teheran.
[en.wikipedia.org/wiki/Isfahan]
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ الدَّجَّالُ يَخْرُجُ مِنْ أَرْضٍ بِالْمَشْرِقِ يُقَالُ لَهَا
خُرَاسَانُ يَتْبَعُهُ أَقْوَامٌ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Dajjal
akan muncul dari suatu negeri di timur yang bernama Khurasan [خُرَاسَانُ], ia diikuti
oleh kaum-kaum, wajah mereka seperti perisai yang ditempa.”
[Tirmidzi no.2163, Shahih : Shahih Tirmidzi no.2237,
Syaikh al-Albani]
Khurasan (Persia: [استان
خراسان]) (juga tercantum
sebagai Khurasan dan Khorassan, yang pada zaman dahulu disebut
dengan Traxiane yaitu selama periode Helenistik dan Parthia) (Khurasan)
adalah sebuah provinsi di timur laut Iran, namun
secara historis mengacu kepada daerah timur yang jauh lebih luas hingga timur
laut Kekaisaran Persia. Nama Khurasan adalah bahasa Persia
yang berarti “Land Where The Sun Rises.” Nama itu diberikan
kepada provinsi timur Persia selama periode Kekaisaran Sassanid.
Khurasan adalah provinsi terbesar Iran
sampai ia (Khurasan) dibagi menjadi tiga provinsi pada
bulan September 2004 :
Khurasan Utara, dengan ibu kotanya : Bojnourd,
daerah lainnya : Shirvan, Esfarayen, Garmeh dan Jajarm, dan Maneh dan Samalgan.
Khurasan Selatan, dengan ibu kotanya :
Birjand, daerah lainnya : Ferdows, Qaen, Nehbandan, Sarayan, Sarbisheh dan
Darmian.
Khurasan Razavi, dengan ibu kotanya : Masyhad,
daerah lainnya: Sabzevar, Neyshabour, Torbat-e-Heydariyeh, Quchan, Torbat-e
Jam, Ziegler, Taybad, Gonabad, Dargaz, Sarakhs, Chenaran, Fariman, Khaf,
Roshtkhar, Bardaskan, Kalat dan Khalil Abad.
[en.wikipedia.org/wiki/Khorasan_Province]
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ لَيَنْزِلَنَّ الدَّجَّالُ خُوزَ وَكَرْمَانَ فِي سَبْعِينَ
أَلْفًا وُجُوهُهُمْ كَالْمَجَانِّ الْمُطْرَقَةِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Bersabda: “Sungguh Dajjal
akan turun di Khuza [خُوزَ]
dan Karman [كَرْمَانَ] kepada
tujuh puluh ribu orang, wajah mereka seperti perisai
yang ditempa.”
[Ahmad no.8099, Shahih : Musnad Imam Ahmad no.8434,
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir]
Provinsi Khuzestan (Persia: [استان خوزستان],
Ostan-e Khuzestan), adalah salah satu dari 31 provinsi di Iran.
Yang berada di barat daya negara tersebut (Iran), berbatasan dengan Provinsi
Basra Irak dan Teluk Persia. Ibukotanya adalah Ahvaz (Ahwaz) yang meliputi area
seluas 63.238 km².
Kalimat "Khouzi" mengacu pada orang-orang
yang membuat gula mentah dari ladang tebu yang berasal dari dataran Sassania
utara sampai ke sisi Sungai Dez di Dezful. Khouzhestan telah (berubah) menjadi
tanah Khouzhies yang mengolah tebu hingga hari ini di Haft Tepe.
Nama Khuzestan berarti "The Land of the
Khuzi", yang mengacu pada penduduk asli provinsi ini, yaitu
orang-orang "Susian" (Persia periode kuno dikenal
sebagai "Huza" , Persia periode pertengahan
dikenal sebagai "Khuzi" ((sedangkan) nama “Shushan” bersumber
dari bahasa Ibrani)) di saat yang sama dalam perubahan (kalimat) yang beragam,
bahwa Persia kuno (juga) berubah nama dari “Sindh” menjadi “Hind").
[en.wikipedia.org/wiki/Khuzestan_Province]
Provinsi Kerman (Persia: [استان کرمان],
Ostan-e Kerman) adalah salah satu dari 31 provinsi di Iran.
Kerman berada di sebelah tenggara Iran dengan pusat
administrasinya di kota Kerman. Disebut pada zaman kuno sebagai Achamenid
satrapy dari Carmania, yang merupakan provinsi terbesar kedua
Iran dengan luas 180.726 km².
[en.wikipedia.org/wiki/Kerman_Province]
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ يَكُونُ لِلْمُسْلِمِينَ ثَلَاثَةُ أَمْصَارٍ مِصْرٌ
بِمُلْتَقَى الْبَحْرَيْنِ وَمِصْرٌ بِالْحِيرَةِ وَمِصْرٌ بِالشَّامِ فَيَفْزَعُ
النَّاسُ ثَلَاثَ فَزَعَاتٍ فَيَخْرُجُ الدَّجَّالُ فِي أَعْرَاضِ النَّاسِ فَيَهْزِمُ
مَنْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ فَأَوَّلُ مِصْرٍ يَرِدُهُ الْمِصْرُ الَّذِي بِمُلْتَقَى
الْبَحْرَيْنِ فَيَصِيرُ أَهْلُهُ ثَلَاثَ فِرَقٍ فِرْقَةٌ تَقُولُ نُشَامُّهُ
نَنْظُرُ مَا هُوَ وَفِرْقَةٌ تَلْحَقُ بالْأَعْرَابِ وَفِرْقَةٌ تَلْحَقُ
بِالْمِصْرِ الَّذِي يَلِيهِمْ وَمَعَ الدَّجَّالِ سَبْعُونَ أَلْفًا عَلَيْهِمْ
السِّيجَانُ وَأَكْثَرُ تَبَعِهِ الْيَهُودُ وَالنِّسَاءُ ثُمَّ يَأْتِي الْمِصْرَ
الَّذِي يَلِيهِ فَيَصِيرُ أَهْلُهُ ثَلَاثَ فِرَقٍ فِرْقَةٌ تَقُولُ نُشَامُّهُ
وَنَنْظُرُ مَا هُوَ وَفِرْقَةٌ تَلْحَقُ بالْأَعْرَابِ وَفِرْقَةٌ تَلْحَقُ
بِالْمِصْرِ الَّذِي يَلِيهِمْ بِغَرْبِيِّ الشَّامِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Kaum
muslimin akan memiliki tiga negeri, satu negeri di pertemuan dua
laut [بِمُلْتَقَى الْبَحْرَيْنِ], satu di Hirah
(Irak) dan satu negeri di Syam. Lalu manusia akan mengalami tiga kali
masa ketakutan. Kemudian keluarlah Dajjal di hadapan manusia, dan
ia akan membuat kerusakan dari arah timur. Negeri yang pertama
kali dimasukinya adalah negeri yang ada di pertemuan dua laut, hingga
penduduk negeri itu akan terpecah menjadi tiga kelompok; kelompok pertama akan
mengatakan, ‘Kita akan menguji dan melihatnya siapa sebenarnya dia.’ Kelompok
kedua akan bergabung orang-orang Arab dusun. Dan kelompok ketiga
akan bergabung dengan negeri setelahnya. Adapun Dajjal,
maka yang akan bergabung bersama sebanyak tujuh puluh ribu orang
yang semuanya mengenakan [السِّيجَانُ].
Kebanyakan pengikutnya adalah orang-orang Yahudi dan para wanita.
Kemudian Dajjal memasuki negeri yang kedua, lalu penduduk itu
pun menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama akan berkata,
‘Kita akan menguji dan melihatnya siapa sebenarnya dia.’ Kemudian kelompok
kedua ikut bergabung dengan orang-orang Arab dusun. Dan kelompok
ketiga akan bergabung dengan negeri setelahnya di sebelah barat wilayah Syam.”
[Ahmad no.17226, Hasan : Musnad Imam Ahmad no.17826,
Syaikh Hamzah Ahmad Zain]
Kalimat [السِّيجَانُ]
“Sijan” yang jika dilihat di peta maka dapat ditemukan di dalam sebuah wilayah
di Iran dekat dengan Teheran Iran. Namun dalam riwayat lain diriwayatkan [التِّيجَانُ] “Mahkota”.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَخْرُجُ الدَّجَّالُ مِنْ يَهُودِيَّةِ أَصْبَهَانَ مَعَهُ سَبْعُونَ
أَلْفًا مِنْ الْيَهُودِ عَلَيْهِمْ التِّيجَانُ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Dajjal
keluar dari Yahudi Ashbahan bersama dengannya tujuh puluh ribu
orang Yahudi yang memakai mahkota [التِّيجَانُ].”
[Ahmad no.12865, Hasan : Musnad Imam Ahmad no.13277,
Syaikh Hamzah Ahmad Zain]
Jika dilihat dari hadits-hadits di atas mengenai tempat
keluarnya Dajjal yaitu, Khurasan, Isfahan, Khuza, Karman dan Sijan, maka ada
satu wilayah yang dulunya merupakan masuk ke dalam wilayah Irak kuno, ia adalah
Khuza yang berasal dari negeri Ahwaz.
أَمَّا خُوزٌ فَمِنْ بِلَادِ الْأَهْوَازِ وَهِيَ
مِنْ عِرَاقِ الْعَجَمِ وَقِيلَ الْخُوزُ صِنْفٌ مِنَ الْأَعَاجِمِ وَأَمَّا
كِرْمَانُ فَبَلْدَةٌ مَشْهُورَةٌ مِنْ بِلَادِ الْعَجَمِ أَيْضًا بَيْنَ
خُرَاسَانَ وَبَحْرِ الْهِنْدِ
Adapun Khuza berasal dari negeri Ahwaz,
yaitu wilayah Irak yang masuk negeri ‘Ajam, ada pula yang
berpendapat bahwa Khuza adalah satu rumpun dengan bangsa ‘Ajam.
Sedangkan Kirman adalah satu negeri yang masyhur di wilayah Ajam, terletak di
antara Khurasan dan laut Hindia.
[Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari 6/607, al-Hafidzh
Ibnu Hajar al-Asqalani]
Sehingga teman-teman dapat mengetahui dengan pasti bahwa
Dajjal akan turun di wilayah Irak kuno yaitu di Khuza atau Khuzestan Ahwaz yang
saat ini merupakan bagian dari Iran negeri Syiah Rafidhah al-Majusi yang
merupakan Pusat Kekufuran di arah Timur.
[4] Rabi’ah & Mudhar Penggembala Kuda, Unta &
Sapi
أَشَارَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِيَدِهِ نَحْوَ الْيَمَنِ فَقَالَ الْإِيمَانُ يَمَانٍ هَا هُنَا أَلَا
إِنَّ الْقَسْوَةَ وَغِلَظَ الْقُلُوبِ فِي الْفَدَّادِينَ عِنْدَ أُصُولِ
أَذْنَابِ الْإِبِلِ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنَا الشَّيْطَانِ فِي رَبِيعَةَ وَمُضَرَ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menunjuk dengan
tangannya ke arah Yaman seraya bersabda, “Keimanan berada pada Yaman di
arah sana, ketahuilah kekerasan dan kerasnya hati terletak pada
al-Faddadin, di sisi ekor-ekor Unta, yaitu tempat munculnya
Tanduk Setan [قَرْنَا
الشَّيْطَانِ], pada
Rabi'ah dan Mudhar.” [Bukhari no.3057]
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ جَاءَ أَهْلُ الْيَمَنِ هُمْ أَرَقُّ أَفْئِدَةً وَأَضْعَفُ
قُلُوبًا الْإِيمَانُ يَمَانٍ وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَةٌ السَّكِينَةُ فِي أَهْلِ
الْيَمَنِ وَالْفَخْرُ وَالْخُيَلَاءُ فِي الْفَدَّادِينَ أَهْلِ الْوَبَرِ قِبَلَ
مَطْلِعِ الشَّمْسِ
Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
“Telah datang penduduk Yaman, mereka adalah kaum yang paling
lembut hatinya, dan paling lemah hatinya. Iman ada pada Yaman, hikmah ada pada
Yaman dan ketenangan ada pada Yaman. Sedangkan kebanggaan diri
dan kesombongan terletak pada al-Faddadin, penduduk al-Wabar,
yaitu arah terbitnya Matahari [الشَّمْسِ].”
[Muslim no.78]
Note : Merah adalah Rabi’ah dan Biru adalah Mudhar
Sedangkan dari Rabi'ah lahir Asad bin Rabi'ah,
Anzah, Abdul-Qais, dua putra Wa’il yaitu Bakr dan Taghlib,
Hanifah dan lain-lainnya.
Sedangkan kabilah Mudhar bercabang menjadi dua
kelompok besar, yaitu Qais ‘Ailan bin Mudhar dan marga-marga Ilyas
bin Mudhar. Dari Qais ‘Ailan muncul Bani Sulaim, Bani Hawazin,
dan Bani Ghathafan. Kemudian dari Ghathafan muncul ‘Abs, Dzubyan,
Asyja’ dan Ghany bin A’shar.
Dari Ilyas bin Mudhar muncul pula Tamim bin
Murrah, Hudzail bin Mudrikah, Bani Asad bin Khuzaimah dan
marga-marga Kinanah bin Khuzaimah. Dan dari Kinanah muncul Quraisy,
yaitu anak keturunan Fihr bin Malik bin an-Nadzar bin Kinanah.
Quraisy terbagi menjadi beberapa kabilah, di antara
yang terkenal adalah Jumh, Sahm, ‘Ady, Makhzum, Taim,
Zahrah dan marga-marga Qushay bin Kilab, yaitu Abdud Dar bin
Qushay, Asad bin Abdul 'Uzza bin Qushay dan Abdu Manaf bin Qushay.
Sedangkan dari Abdu Manaf terdapat empat anak: ‘Abdu Syams,
Naufal, al-Muththalib dan Hasyim. Dari keluarga Hasyim inilah Allah
pilih Muhammad bin Abdullah bin Abdul-Muththalib bin Hasyim.
Setelah anak-anak ‘Adnan beranak-pinak, mereka berpencar di
berbagai tempat di penjuru jazirah Arab, menjelajahi tempat-tempat yang banyak
curah hujannya dan ditumbuhi oleh rerumputan.
Abdul Qais dan marga-marga Bakr bin Wa’il
serta marga-marga Tamim pindah ke Bahrain dan menetap di
sana. Sedangkan Bani Hanifah bin Sha'b bin Ali bin Bakr bergerak menuju
Yamamah dan singgah di Hijr, ibukota Yamamah. Semua keluarga Bakr
bin Wa’il mendiami sepanjang tanah Jazirah, mulai dari Yamamah, Bahrain,
Saif Kazhimah hingga mencapai laut, kemudian pinggiran tanah bebas
Iraq, terus ke al-Ablah hingga Haita.
Taghlib menetap di Jazirah dekat kawasan Eufrat, di
antaranya terdapat marga-marga yang pernah menjadi tetangga (kabilah) Bakr
sedangkan Bani Tamim menetap di daerah pedalaman Bashrah.
Bani Sulaim menetap dekat Madinah, dari lembah
(Wadi) al-Qura hingga ke Khaibar, terus ke bagian timur Madinah mencapai
batas dua bukit hingga berakhir di kawasan perbukitan Harrah.
Sementara Tsaqif menetap di Tha’if, sedangkan Hawazin
di timur Mekkah di pinggiran Authas yaitu dalam perjalanan antara
Mekkah dan Bashrah.
Dan Bani Asad bermukim di timur Taima’ dan barat
Kufah. Mereka dan Taima’ di antarai perkampungan Buhtur dari suku Thayyi’.
Sedangkan jarak antara mereka dan Kufah sejauh perjalanan lima hari. Ada lagi
suku Dzubyan yang bermukim di dekat Taima’ menuju Hauran.
Di Tihamah tersisa beberapa marga Kinanah,
sedangkan di Mekkah tinggal marga-marga Quraisy. [Muhadharat
Tarikh al-Umam al-Islamiyyah, al-Khudhary, I/15,16]
[Ar-Rahiq al-Makhtum 19-21, Syaikh Shafiyyurrahman
al-Mubarakfury]
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ مِنْ هَا هُنَا جَاءَتْ الْفِتَنُ نَحْوَ الْمَشْرِقِ وَالْجَفَاءُ وَغِلَظُ
الْقُلُوبِ فِي الْفَدَّادِينَ أَهْلِ الْوَبَرِ عِنْدَ أُصُولِ أَذْنَابِ
الْإِبِلِ وَالْبَقَرِ فِي رَبِيعَةَ وَمُضَرَ
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Dari arah sana
datangnya Fitnah yaitu arah Timur [الْمَشْرِقِ].
Dan Hati yang Kasar serta Keras terletak pada al-Faddadin
penduduk al-Wabar, di sisi ekor-ekor Unta dan Sapi pada Rabi'ah
dan Mudhar.” [Bukhari no.3237]
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ رَأْسُ الْكُفْرِ نَحْوَ الْمَشْرِقِ وَالْفَخْرُ وَالْخُيَلَاءُ
فِي أَهْلِ الْخَيْلِ وَالْإِبِلِ وَالْفَدَّادِينَ أَهْلِ الْوَبَرِ
وَالسَّكِينَةُ فِي أَهْلِ الْغَنَمِ
Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
bersabda, “Pusat kekufuran berada di arah Timur [الْمَشْرِقِ]. Kebanggaan
diri dan kesombongan terletak pada para pemilik Kuda dan Unta.
Serta al-Faddadin berada pada penduduk al-Wabar, sedangkan
ketenangan ada pada para pemilik kambing.” [Bukhari no.3056]
قَوْلُهُ الْفَدَّادِينَ بِتَشْدِيدِ الدَّالِ
عِنْدَ الْأَكْثَرِ وَحَكَى أَبُو عُبَيْدٍ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ
أَنَّهُ خَفَّفَهَا وَقَالَ إِنَّهُ جَمْعُ فَدَّانٍ وَالْمُرَادُ بِهِ الْبَقَرُ
الَّتِي يُحْرَثُ عَلَيْهَا وَقَالَ الْخَطَّابِيُّ الْفَدَّانُ آلَةُ الْحَرْثِ
Sabdanya, [الْفَدَّادِينَ] dengan tasydid pada
[د], adalah yang dinukil oleh kebanyakan
perawi. Abu Ubaid meriwayatkan dari Abu Ammar asy-Syaibani bahwa ia membacanya
mentakhfifkannya, dan berkata sesungguhnya ia adalah bentuk jamak [فَدَّانٍ], maksudnya sapi
yang digunakan untuk membajak tanah. Al-Khaththabi berkata, “al-Faddan
adalah alat untuk membajak tanah.”
وَالسِّكَّةِ فَعَلَى الْأَوَّلِ
فَالْفَدَّادُونَ جَمْعُ فَدَّانٍ وَهُوَ مَنْ يَعْلُو صَوْتُهُ فِي إِبِلِهِ
وَخَيْلِهِ وَحَرْثِهِ وَنَحْوِ ذَلِكَ وَالْفَدِيدُ هُوَ الصَّوْتُ الشَّدِيدُ
Berdasarkan riwayat pertama, maka al-Faddadin adalah bentuk
jamak dari kata Faddan [فَدَّانٍ], artinya orang
yang mengeraskan suara pada untanya dan kudanya
serta ladangnya maupun selainnya. [الْفَدِيدُ]
artinya suara yang keras.
وَحَكَى أَبُو عُبَيْدَةَ مَعْمَرُ بْنُ
الْمُثَنَّى أَنَّ الْفَدَّادِينَ هُمْ أَصْحَابُ الْإِبِلِ الْكَثِيرَةِ مِنَ
الْمِائَتَيْنِ إِلَى الْأَلْفِ وَعَلَى مَا حَكَاهُ أَبُو عَمْرٍو
الشَّيْبَانِيُّ مِنَ التَّخْفِيفِ فَالْمُرَادُ أَصْحَابُ الْفَدَّادِينَ
Abu Ubaidah Ma’mar bin al-Mutsanna meriwayatkan bahwa [الْفَدَّادِينَ] adalah para pemilik
unta yang banyak, antara 200 sampai 1000 ekor. Sedangkan menurut riwayat
Abu Ammar asy-Syaibani yang mentakhfifkannya, maka maksudnya adalah para pemilik
[الْفَدَّادِينَ] (sapi untuk membajak
tanah).
وَقَالَ أَبُو الْعَبَّاسِ الْفَدَّادُونَ هُمُ
الرُّعَاةُ وَالْجَمَّالُونَ وَقَالَ الْخَطَّابِيُّ إِنَّمَا ذَمَّ هَؤُلَاءِ
لِاشْتِغَالِهِمْ بِمُعَالَجَةِ مَا هُمْ فِيهِ عَنْ أُمُورِ دِينِهِمْ وَذَلِكَ
يُفْضِي إِلَى قَسَاوَةِ الْقَلْبِ
Abu al-Abbas berkata, “[الْفَدَّادُونَ]
adalah para penggembala dan pemilik unta.” Al-Khaththabi
berkata, “Hanya saja mereka dicela karena sikap mereka
yang hanya menyibukkan diri mengurus urusan mereka
dan melalaikan urusan agama, dan hal ini mengakibatkan hati
mereka menjadi keras.”
قَوْلُهُ أَهْلُ الْوَبَرِ بِفَتْحِ الْوَاوِ
وَالْمُوَحَّدَةِ أَيْ لَيْسُوا مِنْ أَهْلِ الْمَدَرِ لِأَنَّ الْعَرَبَ
تُعَبِّرُ عَنْ أَهْلِ الْحَضَرِ بِأَهْلِ الْمَدَرِ وَعَنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ
بِأَهْلِ الْوَبَرِ
Sabdanya, “[أَهْلُ
الْوَبَرِ] “Penduduk al-Wabar” dengan fathah huruf [و] dan begitu pula huruf selanjutnya, yakni
mereka yang bukan penduduk menetap [الْمَدَرِ].
Karena bangsa Arab mengatakan untuk para pemilik peradaban sebagai penduduk [الْمَدَرِ] “madar” sedangkan
untuk pedusunan disebut penduduk [الْوَبَرِ]
“wabar” (nomaden/berpindah-pindah).
[3302]
فِي آخِرِ الْحَدِيثِ فِي رَبِيعَةَ وَمُضَرَ أَيِ فِي الْفَدَّادِينَ مِنْهُمْ
Adapun lafazh di akhir hadits, “pada Rabi’ah
dan Mudhar”, maksudnya [الْفَدَّادِينَ]
itu berasal dari mereka.
[Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari 6/352, al-Hafidzh
Ibnu Hajar al-Asqalani]
Dari penjelasan al-Hafidzh Ibnu Hajar al-Asqalani di atas
dapat diketahui bahwa Rabi’ah dan Mudhar adalah berasal dari al-Faddadin, yaitu
pemilik unta, sapi dan kuda yang memiliki suara keras ketika sibuk di ladangnya
tanpa memperhatikan urusan agama, sehingga menjadi keras hatinya.
Di Irak atau di Semenanjung Arab, kuda dan unta sudah
terbiasa di gembalakan oleh bangsa Arab. Namun sapi digunakan untuk membajak
ladang yang di mana ladang tersebut membutuhkan perairan yang cukup untuk
irigasi, sehingga harus dicari tempat yang berada di dekat sungai agar mudah
dalam pengairan.
Tanya Syiah akan menampilkan Topograpi Arab Saudi dan Irak
untuk mengetahui daerah rendah yang berada disekitar sungai.
Dari gambar Topograpi di atas dapat diketahui bahwa dataran
rendah yang berada di sekitar sungai dan berada di arah timur Madinah adalah
Bashrah Irak - Kufah Irak sepanjang sungai Dijlah (Tigris) dan sungai Eufrat atau
yang dikenal dengan nama Mesopotamia Irak, di mana mereka telah menggunakan
unta, kuda dan sapi untuk kendaraan atau untuk membajak ladang.
Kata al-‘Iraq berarti tempat asal
tumbuh-tumbuhan, seakan-akan merupakan bentuk jamak dari ‘Irqu. Ada yang mengatakan,
dinamakan Irak, karena dekat dengan laut, karena penduduk
Hijaz menamai sesuatu yang dekat laut dengan sebutan Irak. Ada juga yang
mengatakan, dinamai Irak karena tanahnya datar, jarang
terdapat pegunungan yang tinggi, sebagai penunjuk ke tanah datar
di antara sungai Tigris (Dijlah) dan Eufrat atau negeri as-Sawad
dan al-Jazirah.
[Atlas Hadits an-Nabawiy min al-Kitab ash-Shahih
as-Sittah 259, Syauqi Abu Khalil]
Pertanian di seluruh wilayah tersebut telah dilengkapi
dengan pastoralism nomaden, di mana tenda untuk tempat tinggal (dibangun)
secara nomaden untuk menggembala domba dan kambing (serta unta kemudian) dari
padang rumput sungai di musim panas yang kering, ke tanah penggembalaan musiman
di pinggiran padang pasir di musim dingin yang basah.
[http://en.wikipedia.org/wiki/Mesopotamia]
Abdul Qais dan marga-marga Bakr bin Wa’il
serta marga-marga Tamim pindah ke Bahrain dan menetap di
sana. Sedangkan Bani Hanifah bin Sha'b bin Ali bin Bakr bergerak menuju
Yamamah dan singgah di Hijr, ibukota Yamamah. Semua keluarga Bakr
bin Wa’il mendiami sepanjang tanah Jazirah, mulai dari Yamamah, Bahrain,
Saif Kazhimah hingga mencapai laut, kemudian pinggiran tanah bebas
Iraq, terus ke al-Ablah hingga Haita.
Taghlib menetap di Jazirah dekat kawasan Eufrat, di
antaranya terdapat marga-marga yang pernah menjadi tetangga (kabilah) Bakr
sedangkan Bani Tamim menetap di daerah pedalaman Bashrah.
[Ar-Rahiq al-Makhtum 20-21, Syaikh Shafiyyurrahman
al-Mubarakfury]
وَتُفْتَحُ الْعِرَاقُ فَيَأْتِي قَوْمٌ
يُبِسُّونَ فَيَتَحَمَّلُونَ بِأَهْلِيهِمْ وَمَنْ أَطَاعَهُمْ وَالْمَدِينَةُ
خَيْرٌ لَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Kemudian ‘Iraq ditaklukkan kemudian suatu kaum
datang sambil menceritakan keindahan negeri itu dengan membawa keluarga
dan pengikutnya, padahal Madinah lebih baik bagi mereka
seandainya mereka mengetahui.” [Bukhari no.1742]
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ يَنْزِلُ نَاسٌ مِنْ أُمَّتِي بِغَائِطٍ يُسَمُّونَهُ الْبَصْرَةَ
عِنْدَ نَهْرٍ يُقَالُ لَهُ دِجْلَةُ يَكُونُ عَلَيْهِ جِسْرٌ يَكْثُرُ أَهْلُهَا
وَتَكُونُ مِنْ أَمْصَارِ الْمُهَاجِرِينَ قَالَ ابْنُ يَحْيَى قَالَ أَبُو
مَعْمَرٍ وَتَكُونُ مِنْ أَمْصَارِ الْمُسْلِمِينَ فَإِذَا كَانَ فِي آخِرِ
الزَّمَانِ جَاءَ بَنُو قَنْطُورَاءَ عِرَاضُ الْوُجُوهِ صِغَارُ الْأَعْيُنِ
حَتَّى يَنْزِلُوا عَلَى شَطِّ النَّهْرِ فَيَتَفَرَّقُ أَهْلُهَا ثَلَاثَ فِرَقٍ
فِرْقَةٌ يَأْخُذُونَ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَالْبَرِّيَّةِ وَهَلَكُوا
Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
“Beberapa orang dari umatku akan beristirahat di suatu tempat luas, mereka
menamakannya Bashrah. Yakni di sisi sungai yang bernama Dijlah,
sungai itu mempunyai jembatan. Tempat itu penduduknya
sangat banyak, dan mayoritas berasal dari orang-orang yang
hijrah.” -Ibnu Ishaq berkata, Abu Ma’mar menyebutkan,- “Penduduk
tempat itu berasal dari penjuru kaum Muslimin. Di akhir zaman
nanti akan datang suatu kaum yang bernama Qanthura, wajah mereka lebar dan
matanya kecil (sipit), hingga kaum itu sampai ke daerah tepian sungai lalu para
penduduknya terpecah menjadi tiga kelompok. Satu kelompok pergi mengikuti
ekor Sapi dan binatang ternak hingga mereka hancur.”
[Abu Daud no.3752, Hasan : Shahih Abu Daud no.4306,
Syaikh al-Albani]
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَتَنْزِلَنَّ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي أَرْضًا يُقَالُ لَهَا
الْبَصْرَةُ يَكْثُرُ بِهَا عَدَدُهُمْ وَيَكْثُرُ بِهَا نَخْلُهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ
بَنُو قَنْطُورَاءَ عِرَاضُ الْوُجُوهِ صِغَارُ الْعُيُونِ حَتَّى يَنْزِلُوا
عَلَى جِسْرٍ لَهُمْ يُقَالُ لَهُ دِجْلَةُ فَيَتَفَرَّقُ الْمُسْلِمُونَ ثَلَاثَ
فِرَقٍ فَأَمَّا فِرْقَةٌ فَيَأْخُذُونَ بِأَذْنَابِ الْإِبِلِ وَتَلْحَقُ
بِالْبَادِيَةِ وَهَلَكَتْ
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh
dari sekelompok umatku akan menempati di suatu tempat yang disebut Bashrah,
tempat tersebut penduduknya sangat banyak, pohon kurmanya juga sangat banyak,
setelah itu datanglah Bani Qanthura yang berwajah lebar dan bermata kecil
(sipit) hingga menuruni jembatannya yang disebut Dijlah,
sementara kaum muslimin terpecah menjadi tiga kelompok. Satu kelompok pergi
mengikuti ekor-ekor Unta hingga sampai di perkampungan-perkampungan mereka
binasa.”
[Ahmad no. 19553,
Hasan : Musnad Imam Ahmad no. 20330,
Syaikh Hamzah Ahmad Zain]
Oleh karena itu, Dalam Kitab Ansharul Husain karangan
Muhammad Mahdi syamsuddin halaman 218 disebutkan “ kami mengetahui bahwa
kebanyakan penduduk Bashrah berasal dari Kabilah Rabiah dan Mudhar”
[http://syaikhulislam.wordpress.com/2011/02/21/fitnah-dari-timur/]
Sehingga teman-teman dapat mengetahui dengan pasti bahwa
Rabi’ah dan Mudhar yang berasal dari al-Faddadin, yaitu pemilik unta, sapi dan
kuda yang memiliki suara keras ketika sibuk di ladangnya yang berada di sisi
sungai Dijlah (Tigris) sehingga banyak pohon kurmanya tanpa memperhatikan
urusan agama sehingga menjadi keras hatinya, adalah Bashrah Irak yang merupakan
tempat hijrah ketika Irak ditaklukkan di mana salah satu kelompok penduduknya
pergi mengikuti ekor Sapi dan Unta ketika bangsa Qanthura datang menyerang.
[5] Fitnah & Bid’ah
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ أَلَا إِنَّ الْفِتْنَةَ هَا
هُنَا يُشِيرُ إِلَى الْمَشْرِقِ مِنْ حَيْثُ يَطْلُعُ قَرْنُ الشَّيْطَانِ
Aku mendengar Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam bersabda saat beliau berdiri di atas mimbar,
“Ketahuilah, sesungguhnya fitnah dari sana.” Beliau
berisyarat ke arah Timur [الْمَشْرِقِ],
yaitu tempat munculnya Tanduk Setan [قَرْنُ الشَّيْطَانِ]. [Bukhari
no.3249]
أَشْرَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَى أُطُمٍ مِنْ آطَامِ الْمَدِينَةِ فَقَالَ هَلْ تَرَوْنَ مَا أَرَى
قَالُوا لَا قَالَ فَإِنِّي لَأَرَى الْفِتَنَ تَقَعُ خِلَالَ بُيُوتِكُمْ
كَوَقْعِ الْقَطْرِ
Pernah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menaiki
sebuah benteng Madinah seraya bersabda, “Apakah kalian melihat
apa yang kulihat?” Mereka menjawab, “Tidak.” Beliau bersabda, “Sungguh aku
melihat fitnah jatuh di tengah-tengah rumah kalian sebagaimana turunnya
hujan.” [Bukhari no.6536]
وَإِنَّمَا اخْتُصَّتِ الْمَدِينَةُ بِذَلِكَ
لِأَنَّ قَتْلَ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ بِهَا ثُمَّ انْتَشَرَتِ
الْفِتَنُ فِي الْبِلَادِ بَعْدَ ذَلِكَ فَالْقِتَالُ بِالْجَمَلِ وَبِصِفِّينَ
كَانَ بِسَبَبِ قتل عُثْمَان والقتال بالنهروان كمان بِسَبَبِ التَّحْكِيمِ
بِصِفِّينَ وَكُلُّ قِتَالٍ وَقَعَ فِي ذَلِكَ الْعَصْرِ إِنَّمَا تَوَلَّدَ عَنْ
شَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ أَوْ عَنْ شَيْءٍ تَوَلَّدَ عَنْهُ ثُمَّ إِنَّ قَتْلَ
عُثْمَانَ كَانَ أَشَدَّ أَسْبَابِهِ الطَّعْنُ عَلَى أُمَرَائِهِ ثُمَّ عَلَيْهِ
بِتَوْلِيَتِهِ لَهُمْ وَأَوَّلُ مَا نَشَأَ ذَلِكَ مِنَ الْعِرَاقِ وَهِيَ مِنْ
جِهَةِ الْمَشْرِقِ
Dan sesungguhnya pengkhususan kota Madinah dalam
masalah ini disebabkan pembunuhan ‘Utsman Radhiyallahu ‘anhu
terjadi di sana (Madinah). Selanjutnya fitnah tersebar ke seluruh
penjuru negeri setelahnya, yaitu peperangan Jamal
dan Shiffin yang merupakan akibat dari pembunuhan Utsman,
kemudian peperangan di Nahrawan yang merupakan akibat tahkim
di perang Shiffin. Semua perang terjadi di masa itu
sesungguhnya merupakan dampak dari pembunuhan Utsman atau
yang berkaitan dengannya. Pembunuhan Utsman menjadi sebab
yang paling kuat untuk menghujat kepemimpinan dan
para pembantunya yang diangkatnya. Pertama kali kejadian itu
muncul dari Irak yang berada di arah Timur
[الْمَشْرِقِ]
[Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari 13/13, al-Hafizh
Ibnu Hajar al-Asqalani]
وَأَوَّلُ الْفِتَنِ كَانَ مِنْ قِبَلِ
الْمَشْرِقِ فَكَانَ ذَلِكَ سَبَبًا لِلْفُرْقَةِ بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ وَذَلِكَ
مِمَّا يُحِبُّهُ الشَّيْطَانُ وَيَفْرَحُ بِهِ وَكَذَلِكَ الْبِدَعُ نَشَأَتْ
مِنْ تِلْكَ الْجِهَةِ
Fitnah yang pertama kali muncul sumbernya dari
arah Timur [الْمَشْرِقِ].
Fitnah itu sebagai sebab terjadinya perpecahan di antara kaum
Muslimin, dan itulah di antara hal yang menyenangkan setan dan
menjadikannya bergembira, demikian pula bid’ah-bid’ah timbul dari arah
tersebut.
[Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari 13/47, al-Hafizh
Ibnu Hajar al-Asqalani]
[-] Terbunuhnya Khalifah Sayyidina Imam Umar bin
al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu oleh Abu Lu’luah al-Majusi yang berasal dari
Timur Pusat Kekufuran, sehingga terbukalah pintu Fitnah yang bagai gelombang
ombak di lautan.
Tahun 23 Hijriyah
كَمَا ثَبَتَ عَنْهُ فِي الصَّحِيحِ أَنَّهُ
كَانَ يَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِي سَبِيلِكَ، وَمَوْتًا
فِي بَلَدِ رَسُولِكَ،
Sebagaimana yang terdapat di dalam ash-Shahih
bahwa Umar pernah berdoa : “Ya Allah, aku memohon
kepada-Mu untuk mendapatkan syahadah di atas jalan-Mu dan wafat di
negeri Rasul-Mu.” [Bukhari no.1757]
فاستجاب له الله هَذَا الدُّعَاءَ، وَجَمَعَ لَهُ
بَيْنَ هَذَيْنَ الْأَمْرَيْنِ الشَّهَادَةِ فِي الْمَدِينَةِ النَّبَوِيَّةِ
وَهَذَا عَزِيزٌ جِدًّا، ولكن الله لطيف بما يَشَاءُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى،
فَاتَّفَقَ لَهُ أَنْ ضَرَبَهُ أَبُو لُؤْلُؤَةَ فَيْرُوزُ الْمَجُوسِيُّ
الْأَصْلِ، الرُّومِيُّ الدَّارِ، وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ،
صَلَاةَ الصُّبْحِ مِنْ يَوْمِ الْأَرْبِعَاءِ، لِأَرْبَعٍ بَقِينَ مِنْ ذِي
الْحِجَّةِ مِنْ هَذِهِ السَّنَةِ بِخِنْجَرٍ ذَاتِ طَرَفَيْنِ،
Maka Allah mengabulkan doa beliau dan
memberikan kedua permohonannya tersebut, yaitu mati syahid di
Madinah an-Nabawi. Ini adalah perkara yang sulit namun Allah Tabaraka wa
Ta’ala Mahalembut kepada hamba-Nya. Akhirnya beliau ditikam oleh Abu
Lu’luah Fairuz –seorang yang asalnya beragama Majusi dan tinggal
di Romawi- ketika Umar shalat di Mihrab pada waktu shalat Shubuh
di hari Rabu, 4 hari terakhir bulan Dzulhijah pada tahun ini (23 H) dengan
belati yang memiliki dua mata.
[al-Bidayah wa an-Nihayah 7/155, al-Hafizh Ibnu Katsir]
فَقَالَ عُمَرُ لَيْسَ هَذَا أُرِيدُ إِنَّمَا
أُرِيدُ الَّتِي تَمُوجُ كَمَوْجِ الْبَحْرِ قَالَ فَقُلْتُ مَا لَكَ وَلَهَا يَا
أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ إِنَّ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا بَابًا مُغْلَقًا قَالَ
أَفَيُكْسَرُ الْبَابُ أَمْ يُفْتَحُ قَالَ قُلْتُ لَا بَلْ يُكْسَرُ قَالَ ذَلِكَ
أَحْرَى أَنْ لَا يُغْلَقَ أَبَدًا قَالَ فَقُلْنَا لِحُذَيْفَةَ هَلْ كَانَ
عُمَرُ يَعْلَمُ مَنْ الْبَابُ قَالَ نَعَمْ كَمَا يَعْلَمُ أَنَّ دُونَ غَدٍ
اللَّيْلَةَ إِنِّي حَدَّثْتُهُ حَدِيثًا لَيْسَ بِالْأَغَالِيطِ قَالَ فَهِبْنَا
أَنْ نَسْأَلَ حُذَيْفَةَ مَنْ الْبَابُ فَقُلْنَا لِمَسْرُوقٍ سَلْهُ فَسَأَلَهُ
فَقَالَ عُمَرُ
Umar berkata, “Bukan yang ini, tapi (fitnah)
yang bergelombang seperti ombak di lautan.” Aku berkata, “Wahai
Amirul Mu`minin, hal itu tidak jadi masalah bagi anda, sesungguhnya di
antara engkau dengannya ada pintu yang tertutup.” Umar
bertanya, “Apakah pintunya dirusak atau dibuka?” Aku menjawab,
“Tidak, bahkan Dirusak.” Beliau berkata, “Pintu itu
pantas untuk tidak ditutup selamanya.” Kami bertanya kepada
Hudzaifah, “Apakah Umar tahu siapakah pintu itu?” Hudzaifah menjawab,
“Iya betul, sebagaimana (ia tahu) bahwa setelah esok hari ada malam.”
Sesungguhnya aku meriwayatkan hadits yang tidak keliru. Lalu kami sungkan untuk
bertanya kepada Hudzaifah dan kami berkata kepada Masruq, “Tanyakan kepadanya.”
Ia pun bertanya lalu dijawab, “Umar.” [Muslim no.5150]
[-] Rabi’ah & Mudhar Irak Timur Madinah yang keras
hatinya yang berasal dari Kufah & Bashrah Irak serta Mesir berkomplot
mengepung dan membunuh Utsman Radhiyallahu ‘anhu.
Tahun 35 Hijriyah
تكاتب أَهْلُ مِصْرَ وَأَهْلُ الْكُوفَةِ
وَأَهْلُ الْبَصْرَةِ وَتَرَاسَلُوا،
يَدْعُونَ النَّاسَ إِلَى قِتَالِ عُثْمَانَ
وَنَصْرِ الدِّينِ
Penduduk Mesir, Kufah dan Bashrah saling mengirim surat.
Menyeru manusia untuk memerangi Utsman dan menolong agama.
خرج أهل مصر في أربع رقاق عَلَى أَرْبَعَةِ
أُمَرَاءَ، الْمُقَلِّلُ لَهُمْ يَقُولُ سِتُّمِائَةٍ، وَالْمُكَثِّرُ يَقُولُ:
أَلْفٌ.
Penduduk Mesir keluar dalam empat kelompok dan di bawah
empat pemimpin, jumlah mereka antara 600 hingga 1000 orang.
وَخَرَجَ أَهْلُ الكوفة في عدتهم في أربع رفاق
أيضا، وَأُمَرَاؤُهُمْ: زَيْدُ بْنُ صُوحَانَ، وَالْأَشْتَرُ النَّخَعِيُّ،
وَزِيَادُ بْنُ النَّضْرِ الْحَارِثِيُّ، وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْأَصَمِّ،
وَعَلَى الْجَمِيعِ عَمْرُو بْنُ الْأَصَمِّ
Penduduk Kufah keluar dengan empat kelompok yang dipimpin
oleh Zaid bin Sauhan, al-Asytar an-Nakha’i, Ziyad bin nadhar al-Haritsi,
Abdullah bin al-Asham dan pemimpin mereka adalah Amr bin al-Asham.
وَخَرَجَ أَهْلُ البصرة في عدتهم أَيْضًا فِي
أَرْبَعِ رَايَاتٍ مَعَ حُكيم بْنِ جَبَلَةَ الْعَبْدِيِّ، وَبِشْرِ بْنِ شُرَيْحِ
بْنِ ضُبَيْعَةَ القيسي، وذريح بن عباد العبدي ، وَعَلَيْهِمْ كُلِّهِمْ حُرْقُوصُ
بْنُ زُهَيْرٍ السَّعْدِيُّ،
Begitu juga dengan penduduk Bashrah keluar di bawah empat
panji yang dipimipin oleh Hukaim bin Jabalah al-‘Abdi, Bisyr bin Syuraih bin
Dhubai’ah al-Qaisi, Dzarij bin al-Abbad al-Abdi dan pimpinan tertinggi mereka
adalah Hurqush bin Zuhair as-Sa’di.
[al-Bidayah wa an-Nihayah 7/194, al-Hafizh Ibnu Katsir]
كانت مدة حصار عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
فِي دَارِهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا عَلَى الْمَشْهُورِ، وَقِيلَ كَانَتْ بِضْعًا
وَأَرْبَعِينَ يَوْمًا.
وَقَالَ الشَّعْبِيُّ: كَانَتْ ثِنْتَيْنِ
وَعِشْرِينَ لَيْلَةً. ثُمَّ كَانَ قَتْلُهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي يَوْمِ
الْجُمُعَةِ بِلَا خِلَافٍ.
Masa pengepungan Utsman Radhiyallahu ‘anhu di rumahnya
selama 40 hari menurut berita yang masyhur, ada juga yang mengatakan lebih dari
40 hari.
Asy-Sya’bi berkata, “(Pengepungan) berlangsung selama 20
hari. Kemudian mereka membunuhnya Radhiyallahu ‘anhu di hari Jum’at tanpa ada
perbedaan.”
[al-Bidayah wa an-Nihayah 7/212, al-Hafizh Ibnu Katsir]
وَذَكَرَ الْفِتَنَ فَقَرَّبَهَا فَمَرَّ رَجُلٌ
مُقَنَّعٌ فِي ثَوْبٍ فَقَالَ هَذَا يَوْمَئِذٍ عَلَى الْهُدَى فَقُمْتُ إِلَيْهِ
فَإِذَا هُوَ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ قَالَ فَأَقْبَلْتُ عَلَيْهِ بِوَجْهِهِ
فَقُلْتُ هَذَا قَالَ نَعَمْ
Lalu beliau (Rasulullah) menyebutkan
beberapa fitnah yang telah dekat masa terjadinya, kemudian
berlalulah seorang laki-laki yang bertutupkan kain, beliau
berkata, “Orang inilah yang pada hari tersebut berada di atas
petunjuk.” Maka aku bergegas menuju kepadanya, ternyata dia adalah
Utsman bin ‘Affan. lalu aku menatap wajahnya dan berkata, “Apakah orang
ini?” beliau menjawab, “Iya, benar.”
[Tirmidzi no.3637, Shahih : Shahih Tirmidzi no.3704, Syaikh
al-Albani]
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ يَا عُثْمَانُ إِنَّهُ لَعَلَّ اللَّهَ يُقَمِّصُكَ قَمِيصًا
فَإِنْ أَرَادُوكَ عَلَى خَلْعِهِ فَلَا تَخْلَعْهُ لَهُمْ
Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda, “Wahai Utsman, sesungguhnya Allah akan memakaikan
pakaian kepadamu. Jika mereka menginginkan
engkau untuk melepaskannya, maka janganlah engkau
melepaskannya untuk mereka.”
[Tirmidzi no.3638, Shahih : Shahih Tirmidzi no.3705,
Syaikh al-Albani]
[-] Rabi’ah & Mudhar Irak Timur Madinah yang keras
hatinya yang berasal dari Kufah & Bashrah Irak setelah membunuh Khalifah
Imam Sayyidina Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu kembali ke Irak Timur
Madinah. Sehingga Aisyah dan beberapa Shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam pergi ke Bashrah untuk menuntut darah Khalifah Imam Sayyidina Utsman bin
Affan Radhiyallahu ‘anhu, ketika Khalifah Imam Sayyidina Aliy bin Abi Thalib
Radhiyallahu ‘anhu sedang dibaiat di Madinah.
لَمَّا سَارَ طَلْحَةُ وَالزُّبَيْرُ وَعَائِشَةُ
إِلَى الْبَصْرَةِ بَعَثَ عَلِيٌّ عَمَّارَ بْنَ يَاسِرٍ وَحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ
فَقَدِمَا عَلَيْنَا الْكُوفَةَ فَصَعِدَا الْمِنْبَرَ فَكَانَ الْحَسَنُ بْنُ
عَلِيٍّ فَوْقَ الْمِنْبَرِ فِي أَعْلَاهُ وَقَامَ عَمَّارٌ أَسْفَلَ مِنْ
الْحَسَنِ فَاجْتَمَعْنَا إِلَيْهِ فَسَمِعْتُ عَمَّارًا يَقُولُ إِنَّ عَائِشَةَ
قَدْ سَارَتْ إِلَى الْبَصْرَةِ وَ وَاللَّهِ إِنَّهَا لَزَوْجَةُ نَبِيِّكُمْ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَلَكِنَّ اللَّهَ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى ابْتَلَاكُمْ لِيَعْلَمَ إِيَّاهُ تُطِيعُونَ أَمْ هِيَ
Tatkala Thalhah, Zubair dan ‘Aisyah berangkat
ke Bashrah, Ali mengutus ‘Ammar bin Yasir dan Hasan bin
Ali untuk mendatangi kami di Kufah, lantas keduanya naik
mimbar. Ketika itu Hasan bin Ali di atas mimbar di tangga paling
atas, sedangkan ‘Ammar berdiri di bawah Hasan, kami berkumpul di sekelilingnya,
dan aku mendengar ‘Ammar mengatakan, “Aisyah sedang berangkat ke
Bashrah, demi Allah, ia adalah isteri Nabi kalian Shallallahu
‘alaihi wa Sallam di dunia dan di akhirat, namun Allah Tabaraka
wa Ta'ala menguji kalian agar Dia mengetahui, apakah kalian taat kepada-Nya
atau kepada ‘Aisyah.” [Bukhari no.6571]
Tahun 36 Hijriyah
كَانَ أَزْوَاجُ النَّبِيِّ صَلَّى الله عليه
وسلم أمهات المؤمنين قَدْ خَرَجْنَ إِلَى الْحَجِّ فِي هَذَا الْعَامِ فِرَارًا
مِنَ الْفِتْنَةِ، فَلَمَّا بَلَغَ النَّاسَ أَنَّ عثمان قد قتل، أقمن بمكة بعدما
خرجوا منها، ورجعوا إليها وأقاموا بها وجعلوا ينتظرون ما يصنع الناس ويتجسسون
الأخبار فلما بويع لعلي وصار حظ النَّاسِ عِنْدَهُ
أُولَئِكَ الْخَوَارِجِ الَّذِينَ قَتَلُوا عُثْمَانَ،
مَعَ إنَّ عَلِيًّا فِي نَفْسِ الْأَمْرِ يَكْرَهُهُمْ، وَلَكِنَّهُ تَرَبَّصَ
بِهِمُ الدَّوَائِرَ، وَيَوَدُّ لَوْ تَمَكَّنَ مِنْهُمْ لِيَأْخُذَ حَقَّ اللَّهِ
مِنْهُمْ،
Istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, Ummahatul
Mukminin berangkat menunaikan haji pada tahun ini untuk menghindari fitnah.
Ketika sampai berita ke orang banyak Utsman telah terbunuh, yaitu ketika mereka
hendak pulang dari haji, mereka kembali lagi ke Makkah dan menetap di sana.
Mereka menunggu apa yang akan dilakukan oleh manusia dan mencari kabar.
Dibai’atnya Ali dan orang-orang yang paling berpengaruh di sekitar beliau.
Adalah para pemimpin Khawarij yang telah membunuh Utsman, padahal Aliy sangat
membenci mereka, akan tetapi beliau menunggu kehancuran mereka dan sangat ingin
jika berhasil menguasai mereka, maka beliau akan mengambil hak Allah.
فَقَامَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فِي
النَّاسِ تَخْطُبُهُمْ وَتَحُثُّهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِطَلَبِ دَمِ عُثْمَانَ،
وَذَكَرَتْ مَا افْتَاتَ بِهِ أُولَئِكَ مِنْ قَتْلِهِ فِي بَلَدٍ حَرَامٍ
وَشَهْرٍ حرام، ولم يراقبوا جِوَارِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَقَدْ سَفَكُوا الدِّمَاءَ، وَأَخَذُوا الْأَمْوَالَ.
Berdirilah ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha berbicara dan mengajak
orang-orang agar menuntut balas atas tertumpahnya darah Utsman. ‘Aisyah
menyebutkan kelaliman yang telah membunuh Utsman di tanah Haram dan di bulan
Haram serta tidak mempedulikan kehormatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam, mereka telah menumpahkan darah dan menjarah harta.
فَاسْتَجَابَ النَّاسُ لَهَا، وَطَاوَعُوهَا
عَلَى مَا تَرَاهُ مِنَ الْأَمْرِ بالمصلحة، وقالوا لها: حيثما ما سِرْتِ سِرْنَا
مَعَكِ، فَقَالَ قَائِلٌ نَذْهَبُ إِلَى الشَّامِ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: إِنَّ
مُعَاوِيَةَ قَدْ كَفَاكُمْ أَمْرَهَا، وَلَوْ قَدِمُوهَا لَغَلَبُوا، وَاجْتَمَعَ
الْأَمْرُ كُلُّهُ لَهُمْ، لِأَنَّ أَكَابِرَ الصَّحَابَةِ مَعَهُمْ وَقَالَ
آخَرُونَ: نَذْهَبُ إِلَى الْمَدِينَةِ فَنَطْلُبُ مِنْ عَلِيٍّ أَنْ يُسَلِّمَ
إِلَيْنَا قَتَلَةَ عُثْمَانَ فَيُقْتَلُوا، وَقَالَ آخَرُونَ: بل نذهب إلى البصرة
فنتقوى من هنالك بالخيل والرجال، ونبدأ بمن هناك من قتلة عثمان. فاتفق الرأي على
ذلك
Orang-orang pun menyambut seruan ‘Aisyah dan bersedia
mengikuti apa yang menurut ‘Aisyah membawa maslahat.
Mereka berkata kepadanya, “Ke mana pun anda pergi, kami akan
ikut bersama anda.”
Sebagian mereka berkata, “Mari kita berangkat ke Syam.”
Sebagian dari mereka berkata, “Sesungguhnya Mu’awiyyah bisa
mengurus masalah di sana, sekiranya mereka datang ke sana niscaya mereka akan
kalah. Penduduk Syam pasti akan bersatu, karena Shahabat-Shahabat besar berada
di Syam bersama mereka.”
Yang lainnya berkata, “Mari kita berangkat ke Madinah dan
menuntut Ali agar menyerahkan para pembunuh Utsman untuk dibunuh.”
Dan sebagian lainnya mengusulkan, “Lebih baik kita berangkat
ke Bashrah untuk menggalang kekuatan di sana dengan kuda-kuda dan pasukan. Kita
mulai dari sana dengan mencari para pembunuh Utsman.” Lalu mereka pun sepakat
atas usulan tersebut.
[al-Bidayah wa an-Nihayah 7/257-258, al-Hafizh Ibnu
Katsir]
ثُمَّ بَعَثَ عَلِيٌّ إِلَى طَلْحَةَ
وَالزُّبَيْرِ يَقُولُ: إِنْ كُنْتُمْ عَلَى مَا فَارَقْتُمْ عَلَيْهِ
الْقَعْقَاعَ بْنَ عَمْرٍو فَكُفُّوا حَتَّى نَنْزِلَ فَنَنْظُرَ فِي هَذَا
الْأَمْرِ،
Kemudian Ali mengirim utusan kepada Thalhah dan az-Zubair
untuk menyampaikan, “Jika kalian berbeda dengan apa yang telah disampaikan oleh
al-Qa’qa’ bin Amr, maka tahanlah hingga kami datang untuk mempelajari masalah
ini.”
فَأَرْسَلَا إِلَيْهِ فِي جَوَابِ
رِسَالَتِهِ: إِنَّا عَلَى ما فارقنا
الْقَعْقَاعَ بْنَ عَمْرٍو مِنَ الصُّلْحِ بَيْنَ النَّاسِ،
Kemudian Thalhah dan az-Zubair mengirim jawaban, “Kami pada
permasalahan yang berbeda dengan al-Qa’qa’ memilih berdamai.”
فَاطْمَأَنَّتِ النُّفُوسُ وَسَكَنَتْ،
وَاجْتَمَعَ كُلُّ فَرِيقٍ بِأَصْحَابِهِ مِنَ الْجَيْشَيْنِ، فَلَمَّا أَمْسَوْا
بَعَثَ عَلِيٌّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ إِلَيْهِمْ، وَبَعَثُوا إِلَيْهِ
مُحَمَّدَ بن طليحة السَّجَّادَ وَبَاتَ النَّاسُ بِخَيْرِ لَيْلَةٍ، وَبَاتَ
قَتَلَةُ عُثْمَانَ بِشَرِّ لَيْلَةٍ، وَبَاتُوا يَتَشَاوَرُونَ وَأَجْمَعُوا
عَلَى أَنْ يُثِيرُوا الْحَرْبَ مِنَ الْغَلَسِ، فَنَهَضُوا مِنْ قَبْلِ طُلُوعِ
الْفَجْرِ وَهُمْ قَرِيبٌ مَنْ أَلْفَيْ رَجُلٍ فَانْصَرَفَ كُلُّ فَرِيقٍ إِلَى
قَرَابَاتِهِمْ فَهَجَمُوا عليهم بالسيوف، فثارت كُلُّ طَائِفَةٍ إِلَى قَوْمِهِمْ
لِيَمْنَعُوهُمْ، وَقَامَ النَّاسُ من منامهم إلى السلاح، فقالوا طرقتنا أَهْلُ
الْكُوفَةِ لَيْلًا، وَبَيَّتُونَا وَغَدَرُوا بِنَا، وَظَنُّوا أَنَّ هَذَا عَنْ
مَلَأٍ مِنْ أَصْحَابِ عَلِيٍّ فَبَلَغَ الْأَمْرُ عَلِيًّا فَقَالَ: مَا
لِلنَّاسِ؟ فَقَالُوا، بَيَّتَنَا أَهْلُ الْبَصْرَةِ، فَثَارَ كُلُّ فَرِيقٍ
إِلَى سلاحه وَلَبِسُوا اللَّأْمَةَ وَرَكِبُوا الْخُيُولَ، وَلَا يَشْعُرُ أَحَدٌ
مِنْهُمْ بِمَا وَقَعَ الْأَمْرُ عَلَيْهِ فِي نَفْسِ الأمر، وَكَانَ أَمْرُ
اللَّهِ قدراً مقدوراً
Orang-orang pun merasa tenang jiwanya. Tiap-tiap orang
bergabung bersama sahabatnya di dalam pasukannya. Keesokan sore Ali mengutus
Abdullah bin Abbas kepada mereka, lalu mereka mengirim Muhammad bin Thalhah
as-Sajjad. Malam itu kedua pihak bermalam dalam keadaan baik-baik saja, akan
tetapi para pembunuh Utsman melalui malam itu dengan seburuk-buruk keadaan.
Mereka berunding dan sepakat untuk mengobarkan peperangan pada gelapnya pagi
esok hari, mereka bangun sebelum terbit fajar, jumlah mereka sekitar ribuan
orang. Masing-masing kelompok bergabung bersama kerabatnya lalu menyerang
(pasukan Thalhah dan az-Zubair) dengan pedang, maka setiap golongan bergegas
menuju kaumnya untuk melindungi mereka. Orang-orang bangun dari tidurnya dan
langsung mengambil senjata seraya berteriak, “Penduduk Kufah menyerbu kami pada
malam hari, mereka mengkhianati kita.”
Mereka mengira bahwa para penyerang itu berasal dari pasukan
Ali. Sampailah kabar itu kepada Ali, beliau berkata, “Ada apa dengan mereka?”
Para pembunuh Utsman menjawab, “Penduduk Bashrah menyerbu
kami.”
Maka kedua belah pihak mengambil senjata masing-masing, mengenakan
baju perang dan mengendarai kuda-kuda. Tidak ada seorang pun yang menyadari apa
yang sebenarnya yang telah terjadi, itulah ketetapan Allah yang berlaku.
[al-Bidayah wa an-Nihayah 7/267, al-Hafizh Ibnu Katsir]
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لِعَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ إِنَّهُ سَيَكُونُ بَيْنَكَ
وَبَيْنَ عَائِشَةَ أَمْرٌ قَالَ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ نَعَمْ قَالَ
أَنَا قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَنَا أَشْقَاهُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا
وَلَكِنْ إِذَا كَانَ ذَلِكَ فَارْدُدْهَا إِلَى مَأْمَنِهَا
Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda
kepada ‘Ali bin Abu Thalib, “Antara engkau dan ‘Aisyah akan
terjadi sesuatu,” ‘Ali berkata, “Aku wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Iya benar.” Ali berkata lagi, “Aku?” Beliau menjawab, “Iya benar.” Ali
berkata, “Akankah aku menyakiti mereka wahai Rasulullah?”
Beliau bersabda, “Jangan, jika itu terjadi maka kembalikanlah
ia ke tempat tinggalnya."
[Ahmad no.25943, Hasan : Musnad Imam Ahmad no.27076,
Syaikh Hamzah Ahmad Zain]
[-] Perang Shiffin terjadi di perbatasan Irak kuno
(al-Jazirah) dan Syam yaitu di Raqqah (saat ini menjadi bagian Suriah), di sisi
sungai Eufrat.
Al-Jazirah terletak di antara dua sungai; Tigris
(Dijlah) dan Eufrat. Ia pun berdampingan dengan Syam. Daerah ini mencakup Diyar
Mudhar, Diyar Bakr. Di antara kota-kotanya yang terkenal Harran,
ar-Ruha, ar-Raqqa, Ras al-‘Ain, Nashibin, Mardin, Amd, Miyafarqain, dan
Mosul. Uqur adalah nama wilayah semenanjung, yaitu semenanjung di antara Mosul
dan Eufrat secara keseluruhan.
[Atlas Hadits an-Nabawiy min al-Kitab ash-Shahih
as-Sittah 117, Syauqi Abu Khalil]
فَلَمَّا انْتَهَى إِلَيْهِ جَرِيرُ بن عبد الله
أعطاه الكتاب فطلب معاوية عمرو بن العاص ورؤوس أَهْلِ الشَّامِ فَاسْتَشَارَهُمْ
فَأَبَوْا أَنْ يُبَايِعُوا حَتَّى يَقْتُلَ قَتَلَةَ عُثْمَانَ، أَوْ أَنْ يُسلم
إِلَيْهِمْ قَتَلَةَ عُثْمَانَ، وَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ
قَاتَلُوهُ وَلَمْ يبايعوه حتى يقتل قتلة عثمان
بن عفان رضي الله عنه.
Ketika Jarir bin Abdillah sampai di hadapan Muawiyyah, maka
dia menyerahkan surat (Ali) kepadanya, Muawiyyah memanggil Amr bin al-Ash dan
tokoh-tokoh negeri Syam untuk bermusyawarah. Mereka menolak berbaiat (kepada
Ali) hingga para pembunuh Utsman dibunuh atau (Ali) menyerahkan kepada mereka
para pembunuh Utsman tersebut. Jika dia tidak memenuhi permintaan ini maka
mereka akan memerangi beliau dan menolak berbaiat kepada belaiu hingga mereka
berhasil membunuh pembunuh Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu.
[al-Bidayah wa an-Nihayah 7/282, al-Hafizh Ibnu Katsir]
وَتَهَيَّأَ أَهْلُ الشَّامِ وَتَأَهَّبُوا،
وَخَرَجُوا أَيْضًا إِلَى نَحْوِ الْفُرَاتِ مِنْ نَاحِيَةِ صفين وَسَارَ
عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِمَنْ مَعَهُ من الجنود مِنَ النُّخَيْلَةِ
قَاصِدًا أَرْضَ الشَّامِ.
Pasukan Syam telah bersiap-siap berangkat, mereka bergerak
menuju Eufrat dari arah Shiffin. Sementara Ali Radhiyallahu ‘anhu bersama
pasukan bergerak dari an-Nukhailah menuju bumi Syam.
[al-Bidayah wa an-Nihayah 7/283, al-Hafizh Ibnu Katsir]
فَلَمَّا كَانَ صَبَاحُ الْيَوْمِ الثَّالِثِ
أَقْبَلَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي جُيُوشِهِ، وَجَاءَ مُعَاوِيَةُ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي جُنُودِهِ، فتواجه الفريقان وتقابل الطائفتان فبالله
الْمُسْتَعَانُ،
وَذَلِكَ بِمَكَانٍ يُقَالُ لَهُ: صِفِّينَ
وَذَلِكَ فِي أَوَائِلِ ذِي الْحِجَّةِ،
Pada paginya di hari ketiga, Ali Radhiyallahu ‘anhu tiba
bersama pasukannya, kemudian Mu’awiyyah Radhiyallahu ‘anhu juga tiba bersama
pasukannya. Lalu kedua pasukan saling berhadapan -hanya kepada Allah kami
memohon pertolongan- di tempat yang bernama Shiffin di mana terjadinya di awal
bulan Dzulhijjah.
[al-Bidayah wa an-Nihayah 7/284, al-Hafizh Ibnu Katsir]
[-] Munculnya Syiah al-Khawarij dari Irak Timur Madinah
tempat munculnya Tanduk Setan pada Rabi’ah & Mudhar yang keras hatinya.
هَلْ سَمِعْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ الْخَوَارِجَ فَقَالَ سَمِعْتُهُ وَأَشَارَ بِيَدِهِ
نَحْوَ الْمَشْرِقِ قَوْمٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ بِأَلْسِنَتِهِمْ لَا يَعْدُو
تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ
الرَّمِيَّةِ
“Apakah engkau pernah mendengar Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam menyebutkan tentang Khawarij?” ia pun menjawab, “Aku telah
mendengar beliau -Ia sambil berisyarat ke arah Timur [الْمَشْرِقِ]- bersabda, “Mereka
adalah kaum yang membaca al-Qur’an dengan lisan-lisan mereka,
namun bacaan mereka hanya sampai kerongkongan mereka. mereka meluncur
(keluar) dari agama (Islam), sebagaimana meluncurnya anak
panah dari busurnya.” [Muslim no.1776]
هَلْ سَمِعْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي الْخَوَارِجِ شَيْئًا قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ
وَأَهْوَى بِيَدِهِ قِبَلَ الْعِرَاقِ يَخْرُجُ مِنْهُ قَوْمٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ
لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ مُرُوقَ السَّهْمِ
مِنْ الرَّمِيَّةِ
“Apakah engkau pernah mendengar Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam bersabda tentang Khawarij?” Ia menjawab, “aku
mendengar beliau bersabda -sambil mengarahkan tangannya ke arah Irak [الْعِرَاقِ]-, “Dari sanalah
akan keluar suatu kaum yang membaca al-Qur’an tidak melewati
kerongkongan mereka, mereka meluncur (keluar) dari Islam meluncurnya
anak panah dari busurnya.” [Bukhari no.6422]
[-] Terbunuhnya Aliy bin Abi Thalib oleh Syiah Khawarij di
Kufah Irak Timur Madinah tempat munculnya Tanduk Setan pada Rabi’ah &
Mudhar yang keras hatinya.
[-] Terbunuhnya Hushain bin Aliy oleh Syimr Syiah di Karbala
Irak Timur Madinah tempat munculnya Tanduk Setan pada Rabi’ah & Mudhar yang
keras hatinya.
[-] Munculnya Syiah Rafidhah dari Kufah Irak Timur Madinah
tempat munculnya Tanduk Setan pada Rabi’ah & Mudhar yang keras hatinya.
[-] Munculnya al-Qadariyyah di Bashrah Irak Timur Madinah tempat
munculnya Tanduk Setan yang akan terjadi penenggelaman dan perubahan bentuk.
كَانَ يُجَالِسُ الْحَسَنَ الْبَصْرِيَّ وَهُوَ
أَوَّلُ مَنْ تَكَلَّمَ فِي الْبَصْرَةِ بِالْقَدَرِ فَسَلَكَ أَهْلُ الْبَصْرَةِ
بَعْدَهُ مَسْلَكَهُ لَمَّا رَأَوْا عَمْرَو بْنَ عُبَيْدٍ يَنْتَحِلُهُ
Dahulu dia (Ma’bad al-Juhani) sering bermajelis
dengan al-Hasan al-Bashri, dan dialah orang yang pertama berbicara
tentang takdir di negeri Bashrah. Setelah
sepeninggalannya, penduduk Bashrah mengikuti jejaknya ketika mereka
melihat Amr bin Ubaid menganutnya.
وَأَمَّا الْبَصْرَةُ فَبِفَتْحِ الْبَاءِ
وَضَمِّهَا وَكَسْرِهَا ثَلَاثُ لُغَاتٍ حَكَاهَا الْأَزْهَرِيُّ وَالْمَشْهُورُ
الْفَتْحُ وَيُقَالُ لَهَا الْبُصَيْرَةُ
Adapun (cara membaca) [بصرة]
ada tiga riwayat, yaitu dengan memfathahkan “ba” [بَصرة] “Bashrah” dan mendhammahkannya
[بُصرة] “Bushrah” serta mengkasrahkannya
[بِصرة] “Bishrah”. Al-Azhari meriwayatkan,
yang masyhur adalah dengan memfathahkannya [بَصرة] “Bashrah”, ada juga yang
menyebutnya [الْبُصَيْرَةُ] “Bushairah”.
[Syarah Shahih Muslim 1/153, Imam an-Nawawi]
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ يَا أَنَسُ إِنَّ النَّاسَ يُمَصِّرُونَ أَمْصَارًا وَإِنَّ
مِصْرًا مِنْهَا يُقَالُ لَهُ الْبَصْرَةُ أَوْ الْبُصَيْرَةُ فَإِنْ أَنْتَ
مَرَرْتَ بِهَا أَوْ دَخَلْتَهَا فَإِيَّاكَ وَسِبَاخَهَا وَكِلَاءَهَا وَسُوقَهَا
وَبَابَ أُمَرَائِهَا وَعَلَيْكَ بِضَوَاحِيهَا فَإِنَّهُ يَكُونُ بِهَا خَسْفٌ
وَقَذْفٌ وَرَجْفٌ وَقَوْمٌ يَبِيتُونَ يُصْبِحُونَ قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ
Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah
bersabda kepadanya, “Wahai Anas, sesungguhnya manusia akan menempati banyak
tempat, dan salah satu tempat tersebut dinamakan Bashrah [الْبَصْرَةُ], atau Bushairah
[الْبُصَيْرَةُ]. Jika engkau
melewati tempat tersebut, atau masuk ke dalamnya, maka hindarilah tempat-tempat
yang tanahnya asin, beserta dermaganya, serta pasar-pasar dan para penguasanya.
Hendaknya engkau menyusuri pinggiran tepi wilayahnya, karena di sana akan
terjadi penenggelaman [خَسْفٌ], dilempar
(batu) [قَذْفٌ] dan cuaca dingin
[رَجْفٌ]. Suatu kaum bermalam
di sana dan pagi harinya telah (dirubah bentuknya) menjadi Kera [قِرَدَةً] dan Babi [خَنَازِيرَ].”
[Abu Daud no.3753, Shahih : Shahih Abu Dawud no.4307,
Syaikh al-Albani]
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّهُ سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي مَسْخٌ وَقَذْفٌ وَهُوَ فِي
الزِّنْدِيقِيَّةِ وَالْقَدَرِيَّةِ
Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda, ”Akan terjadi pada umatku perubahan bentuk [مَسْخٌ] dan dilempari
(batu) [قَذْفٌ]. Yaitu
pada orang-orang Zindiq dan al-Qadariyah.”
[Ahmad no.5931, Shahih : Musnad Imam Ahmad no.6208,
Syaikh Ahmad Muhammad Syakir]
Sehingga teman-teman dapat mengetahui dengan pasti bahwa
Irak Timur Madinah merupakan tempat Fitnah dimulai dari pembunuhan Utsman bin
Affan Radhiyallahu ‘anhu di Madinah oleh sekelompok Khawarij dari Bashrah dan
Kufah Irak, berlanjut dengan penyelinapan pembunuh Utsman bin Affan di pasukan
Ali Radhiyallahu ‘anhuma sehingga terjadi perang Jamal di Bashrah Irak, kemudian
perang Shiffin di perbatasan al-Jazirah Irak dalam menuntut balas atas darah
Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, dan keluarnya Syiah al-Khawarij &
Syiah Rafidhah di Kufah Irak yang mengakibatkan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib
& Hushain bin Ali Radhiyallahu ‘anhuma di Kufah & Karbala Irak oleh
Syiah al-Khawarij & Syiah Syimr, serta munculnya paham al-Qadariyyah di
Bashrah Irak yang akhirnya akan ditenggelamkan dan dirubah bentuk menjadi Kera
& Babi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar