Beliau Adalah Taqiy al-Dîn Abu al-Abbâs Ahmad bin al-Muftî Syihâbuddîn ‘Abdu al-Halîm bin al-Imâm al-Mujtahid Syaikh al-Islâm Majd al-Dîn Abd al-Salâm[2] bin Abdullâh bin Abi al-Qâsîm al-Harrânî yang merupakan salah seorang ulama besar.
Lahir pada Rabîul Awwal tahun 661 Hijriah kemudian berpindah[3] bersama keluarganya pada tahun 667 Hijriah. Ia berguru kepada Abd al-Dâim, ibnu Abi al-Yasar, Al-Kamâl bin Abd, Ibnu al-Shairafî, Ibn Abî al-khoir, dan banyak lagi.
Beliau sangat perhatian dengan hadits dan telah Menyalin berjuz-juz kitab, berguru kepada banyak syaikh, Mentakhrij dan menyeleksi Hadits, pandai dalam ilmu rijal[4] dan cacat hadits, faqih dalam seluruh bidang keilmuan Islam, Ilmu kalam, dan Ilmu-ilmu lainnya.
Beliau adalah Samudera Ilmu, Manusia cerdas yang diperhitungkan, zuhud yang tiada taranya, ksatria Pemberani, Mulia lagi dermawan, dipuji oleh kawan maupun lawan, dan terkenal dengan karangannya yang mencapai 300 jilid.
Beliau menyampaikan hadits di Damaskus, Mesir, dan Tsugr[5]. Beliau telah Mendapatkan beberpa kali Ujian dan siksaan serta pernah ditahan di sebuah benteng dimesir, kairo, Iskandariyah, dan 2 kali ditahan di Damaskus[6]. Dibenteng tersebut beliau wafat pada tanggal 20 Żulqa’dah tahun 728 Hijriah dalam status sebagai narapidana. Setelah itu Jenazah beliau dimandikan dan dikafani kemudian dipindahkan ke Masjid Jami’ Milik Negara. Tak terhitung jumlah Para pelayat yang menyaksikan pemakaman Beliau, kira-kira enam puluh ribu orang.
Beliau dimakamkan disamping pusara saudaranya yang bernama al-Imam Syaraf al-Dîn Abdullah di pekuburah Shufiyyah[7] –Semoga Allah merahmati keduanya-.
Setelah itu banyak orang bermimpi baik tentang beliau serta bertebaran Qasidah-qasidah (memuji beliau-red).
Beliau pernah dicaci karena mengeluarkan fatwa yang berbeda dengan ulama sekitarnya. Fatwanya melimpah dalam Samudera ilmunya, Allah Pasti mengampuni dan Meridhainya, aku tidak pernah melihat orang seperti beliau.
Setiap orang bisa saja diambil dan ditinggalkan pendapatnya, apa yang perlu perlu dirisaukan?.[8]
[1] Yaitu istilah yang sama dengan Muhaddits dan dimutlakkan bagi siapapun yang menghapal hadits, mengingatnya, dan mengetahui perbendaharaannya baik secara riwayah maupun dirayah serta mampu mengetahui cacatnya, dikatakan juga bahwa Al hafidz adalah seorang ahli hadits yang telah menghapal 100 ribu hadits baik matan maupun sanad. Dalam Muqaddimah Tabaqatul Huffadz, Al Imam As Suyuthi mengatakan bahwa para Huffadz adalah orang yang memikul ilmu nabawi dan yang ijtihadnya menjadi rujukan dalam Menstsiqahkan dan menjarh rawi serta menghasankan dan mendhaifkan hadits. Ibnu Hajar yang masyhur dengan gelar al hafidz menambahkan dalam Nukatnya bahwa seorang hafidz itu telah menghapal kebanyakan matan hadits artinya dari dari seluruh kitab-kitab hadits jumlah yang dihapal lebih banyak dari yang belum dihapal. Lihat Syaikhul islam Wal Muhaddits [2] Beliau adalah pengarang Muntaqa al-Akhbâr yang disyarahkan Oleh Imam Syaukani dengan judul Nail al-Authâr
[3] Pindah ke Damaskus karena pada saat itu daerahnya sedang berkecamuk Perang dengan Bangsa Tartar
[4] Cabang Ilmu Hadits yang mempelajari biografi dan kedudukan rawi
[5] Iskandaria di Mesir
[6] Kegigihan beliau dalam membela yang hak dan keteguhan beliau dalam memegang Fatwanya serta fitnah para Ahli bid’ah telah membuat beliau ditahan sebanyak 7 kali dalam hidupnya, bahkan beliau menghembuskan nafas terakhirnya dipenjara.
[7] Sekarang Kuburan tersebut tepatnya berada dekat Fakultas kedokteran Universitas Damaskus
[8] Perlu diketahui bahwa dengan dimasukkannya Ibnu Taimiyah dalam Kitab ini Oleh az Zahabi, berarti beliau mennyatakan bahwa Ibnu Taimiyah telah mencapai tingkatan Al Hafidz dalam ilmu hadits.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar