Taqiyuddin[1] Abul Abbâs[2] al Harrânî[3] al-Dimasyqî.
Beliau Lahir di Harrân pada bulan Rabiul Awwâl tahun 661 Hijriah[4].
Beliau pindah ke Damaskus bersama orangtuanya al-Muftî Syihâbbuddîn[5]. Ibnu Taimiyah belajar kepada Ibnu Abd al-Dâim, Ibnu al-Yasar, dan al-Majd bin Asâkir serta banyak lagi dari kalangan ulama Hanabilah dan ibnu Thibrizd serta ulama setelah beliau.
Beliau menyalin kitab, membaca, serta menyeleksi hadits. Mahir dengan Ilmu-ilmu Atsar dan Sunan. Beliau juga mengajar, berfatwa, mentafsirkan Qur’an, mengarang berbagai karangan yang bagus serta pernah dicaci maki karena memfatwakan sesuatu yang berbeda dengan ulama sekitarnya. Beliau adalah manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan dan dosa, namun demi Allah kedua mataku tak pernah menyaksikan orang seperti beliau dan matanya tidak pernah meyaksikan yang serupa dengannya. Dia adalah seorang Imam yang ilmu agamanya seperti samudera, cemerlang akalnya, cepat tanggap, encer otaknya, memiliki banyak kebaikan, dikenal dengan keberanian yang luar biasa lagi dermawan, menjauhkan diri dari syahwat terhadap makanan, pakaian, serta Jima’. Tidak ada kelezatan baginya selain menyebarkan Ilmu, mengkodifikasinya, serta mengamalkannya.
Abu al-Fath al-Ya’marî[6] ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan al-Hâfidz Abi al-Abbâs al-Dimyâthî, menyatakan : “Aku mendapati bahwa beliau memiliki banyak perbendaharaan ilmu. Beliau nyaris menghapal seluruh kitab-kitab sunan dan juga atsar, kalau dia berbicara tafsir, maka dialah pemegang panjinya , kalau dia berfatwa tentang fiqh, maka dia seolah paling menguasai fiqh, Kalau dia bicara tentang hadits,maka dia seolah pemilik ilmunya dan periwayatnya, atau ketika ia menyampaikan tentang aliran-aliran maka tidak ada lagi yang lebih luas dan lebih tinggi pembahasannya, Ibnu Taymiyah menguasai semua cabang ilmu. mata manusia tidak pernah melihat orang seperti dia dan matanya tidak pernah melihat orang yang menandinginya”.
Aku berkata: beliau dipenjara lebih dari sekali karena tipu muslihat musuh-musuhnya serta untuk membatasi lisan dan tinta beliau, namun beliau tidak mau rujuk dan berbalik kepada penasihatnya hingga ia wafat dalam keadaan terpidana di penjara Damaskus pada tanggal 20 Dzul Qa’dah tahun 728 hijriah.[7]
[1] Laqabnya [2] Kunyahnya
[3] Daerah kelahirannya
[4] Atau tahun 1263 Masehi
[5] Syihabuddîn adalah laqab untuk ayah beliau yang bernama Abdul Halim
[6] Ibnu Sayyid al-Nâs
[7] Perlu diketahui bahwa Kitab Ini merupakan daftar nama-nama guru beliau dan orang-orang telah beliau riwayatkan haditsnya dari kalangan Muhadditsin sebagaimana yang beliau jelaskan di Muqaddimah kitab Ini.
Dari sini bisa diambil kesimpulan bahwa Az Zahabi menggap Ibnu Taimiyah sebagai seorang Muhaddits dan merupakan gurunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar