Minggu, 27 April 2014

::: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas..


Suatu hari saya mendengarkan radio dan ternyata sedang ada ceramah Ustadz Yazid. Judul ceramahnya adalah: "Sikap Ahlussunnah Terhadap Ahlul Bid'ah."

Tapi, separuh isi ceramahnya adalah ajakan dan himbauan dari beliau; agar kita menyayangi sesama muslim, tidak cepat memvonis saudara kita sendiri, lemah lembut dalam menasehati, dst.

Tersenyum lebar saya mendengarnya..

.

--

.

Suatu hari saya sedang hadir di majelis pengajian Ustadz Yazid. Di sesi tanya jawab, ada yang bertanya; bagaimana sikap kita terhadap muslim yang kurang shalih?

Cepat sekali Ustadz Yazid langsung menyergah, "ini biasanya nanti jadi mengkafirkan saudaranya sendiri. Tidak boleh!!"

Lalu beliau panjang lebar menasehati agar kita bersabar dan tetap lemah lembut dengan sesama muslim, dst, dst.

Dan lagi-lagi kembali saya nyengir lebar sekali..

.

---

.

Ketika bertemu dengan seorang kawan yang sedang kuliah di Jamiyyat di Madinah, mendapat beasiswa dari pemerintah Saudi, kami perkenalkan juga dia dengan Ustadz Yazid, yang ketika itu sedang makan malam di hotel tempat kami menginap.

Yang bersangkutan disambut ramah oleh beliau, ditanyakan keadaannya dan ditutup dengan nasihat, "Konsentrasi belajar, ya! Jangan kerja sambilan jadi tour guide, fokus ke kuliahnya, ya!"

Serempak pada tertawa orang-orang di sekitar beliau. Kami semua sudah tahu, bahwa lazim bagi mahasiswa di Saudi untuk bekerja sambilan, membimbing jama'ah haji dan umrah. Karena memang beasiswa mereka hanya sekitar 500 riyal/bulan, sedangkan biaya hidup di sana cukup tinggi.

Namun, Ustadz Yazid tetap tidak mau membenarkan. Kebiasaannya adalah berpegang teguh pada komitmen. Jika sudah menerima beasiswa, apalagi di paspornya ada tulisan "Not allowed to work.." Maka, ya tiada kompromi..

Untunglah yang bersangkutan memang tidak melakukan itu. Sambil tersipu-sipu malu, dia mengiyakan dan lalu berpamitan.

Mudah-mudahan ada satu pelajaran besar yang dia dapatkan di suatu malam di Kota Nabi itu..

.

---

.

Suatu hari kami mengunjungi rumah Ustadz Yazid, dengan tujuan bersilaturahmi. Cukup jauh dari lokasi kami, yaitu di Bogor.

Setiba di rumah beliau, saya tersenyum melihat bagaimana sederhana rumahnya. Untuk ulama sebesar beliau, mungkin orang akan mengira jauh lebih dari itu.

Makin takjub ketika masuk ke dalamnya. Bisa dikira perpustakaan.. Dimana-mana rak buku besar-besar dan penuh dengan buku yang tebal-tebal.

Kami disambut ramah dan hangat oleh beliau dan menikmati kunjungan tersebut.

.

---

.

Di sebuah ceramahnya di Madinah, beliau bercerita tentang usahanya berdakwah di mana saja.

Pernah suatu hari, selepas shalat di Masjid Haram, beliau melihat seorang askar/ polisi. Lalu, beliau sapa Sang Polisi... Diberi salam, ditanya kabarnya... dan lalu ditanya, apakah sudah shalat? Polisi tersebut menjawab, belum.

Ustadz Yazid lalu mengajak Sang Polisi, ayo mari shalat dulu, waktu shalat sudah masuk.

Berlari Si Polisi ke Masjid Haram, untuk menunaikan kewajibannya.

Tersenyum terharu saya, mendengar bagaimana pedulinya beliau kepada orang lain.

.

---

.

Saya sudah kenal dan hadir di majelis beliau sejak awal 90-an. Selain pengajian tradisional dan tarbiyyah, pengajian salafy yang dibawakan beliau juga saya hadiri. Menarik bagi saya, karena unsur rasionalitas dan logikanya yang kental (klaim ilmiah, dst)..

Sejak awal itu nampak jelas, bahwa perhatian beliau adalah umat Islam dan dakwah. Walaupun sudah mulai terkenal, beliau tetap hidup sangat sederhana. Dunia tidak menyilaukan beliau.

Berbagai ustadz lainnya, baik dari kelompok Salafy, tarbiyyah, tradisional, dst - banyak yang sudah bergelimang harta. Ada yang selalu gonta-ganti mobil, atau bahkan rumah. Ustadz Yazid malah suatu hari memanggil para ustadz Salafy dan lalu menghimbau mereka untuk berdakwah di daerahnya masing-masing. Sehingga umat di daerahpun jadi bisa mendapatkan dakwah. Jangan semua berkumpul di Jakarta.

Bagi para ustadz, Jakarta itu seperti gudang uang. Sekali ceramah, bisa dapat amplop berisi uang 1 atau 2 juta. Atau lebih.
Apalagi ramah-tamah setelahnya, kadang bisa dapat mobil baru..

Tapi bukan ini yang dicarinya. Beliau lihat sudah ada banyak ustadz di Jakarta dan kekurangan di daerah. Terenyuh hatinya melihat nasib umat di daerah. Maka, beliau mengeluarkan himbauan itu dan juga melaksanakannya sendiri.

Alhamdulillah, cukup banyak ustadz yang mengikuti himbauan beliau tersebut.

.

---

.

Seperti para ustadz lainnya, beliau juga manusia. Dan manusia adalah tempatnya salah dan khilaf.

Namun, berbeda dengan berbagai ustadz lainnya, komitmen beliau kepada umat sudah terbukti selama puluhan tahun. Dakwahnya ikhlas, lillaahi ta'ala, insya Allah. Bukan untuk mencari dunia.

Rasa sayangnya kepada umat juga sudah terbukti. Pikiran beliau adalah tentang dakwah dan umat, dirinya sendiri sudah cukup dengan hidup sederhana.

Semoga makin banyak ustadz yang peduli seperti ini.

.

---

.

| Copas: Status Harry Sufehmi pada Google +
| Lampiran : beberapa rekaman ceramah beliau selama di Tanah Suci.

https://www.dropbox.com/s/nahzad0i7oapp8z/Tazkiyatun_Nafs_bagian_1_-_ust._Yazid_bin_Abdul_Qadir_Jawas_at_Mecca.ogg

https://www.dropbox.com/s/5k5ys7axftgjyr8/Tazkiyatun%20Nafs%20bagian%202%20-%20ust%20Yazid%20bin%20Abdul%20Qadir%20Jawas.aac

https://www.dropbox.com/s/qwb3e9ytauxlzho/Tazkiyatun%20Nafs%20bagian%203%20-%20ust%20Yazid%20bin%20Abdul%20Qadir%20Jawas%20.ogg

https://www.dropbox.com/s/y3rgbbfosda8b7a/Ceramah%20di%20Mekkah%20-%20ust%20Yazid%20bin%20Abdul%20Qadir%20Jawas%20-%20bagian%201%20-%20dalam%20perjalanan%20ke%20Madinah.ogg

https://www.dropbox.com/s/294doy8c9ojof93/Ceramah%20di%20Madinah%20-%20ust%20Yazid%20bin%20Abdul%20Qadir%20Jawas%20-%20dalam%20perjalanan%20ke%20Airport%20Madinah%20.ogg
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar