Jumat, 25 April 2014

PEMBELAAN SYAIKH MUHAMMAD HASSAN TERHADAP AL-‘ALLAMAH AL-MUHADDITS AL-ALBANI

دفاع الشيخ محمد حسان عن العلامة المحدث الألباني رحمه الله 

Transkrip bebas ucapan Syaikh Muhammad Hassân hafizhahullâhu :
Datang sebuah pertanyaan dari Yordania, yang menyesakkan dada dan menyedihkan jiwa, yaitu ada beberapa masyaikh yang menuduh Syaikh al-Albânî dengan tuduhan irjâ` (berpemahaman murji`ah), bahkan mencela dan menvonis syaikh al-Albânî dengan kesesatan. Saya berlindung kepada Allôh dan saya berlindung kepada Allôh! Kami memohon kepada Allôh Subhânahu agar melimpahkan rahmat-Nya kepada guru kami, Abû ‘Abdirrahman, asy-Syaikh al-Albânî, dengan rahmat-Nya yang luas, dan mengganjar beliau dengan sebaik-baik balasan atas (jerih payahnya) terhadap Islam dan kaum muslimin.

Namun ironinya, sungguh ironi! Banyak manusia yang berlomba-lomba untuk mencari ketenaran dan popularitas. Ketahuilah wahai saudaraku! Semoga Allôh memberikan taufik-Nya kepadaku dan Anda kepada keridhaan Allôh, dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang takut dan bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya takwa. Ketahuilah, bahwa darah para ulama itu beracun! Ketahuilah bahwa darah para ulama itu beracun!! Dan sudah menjadi hal yang lazim bagi Allôh bahwa Ia akan membongkar aib orang-orang yang gemar merendahkan orang lain, barangsiapa yang melepaskan kendali lisannya dengan mencela para ulama, niscaya Allôh akan menimpakan kematian bagi hatinya sebelum datang ajalnya.

Al-Albânî rahimahullâhu dicela kehormatannya, padahal beliau telah melakukan tajdîd (pembaharuan), memperbaharui agama ini. Saya katakan sebagaimana dikatakan para imam (ahlus sunnah), yaitu beliau melakukan tajdîd terhadap agama ini dengan keutamaan Allôh Tabâroka wa Ta’âlâ, yaitu memperbaharui ilmu hadits dan ilmu sunnah di zaman ini. Termasuk rahmat Allôh Azza wa Jalla, yaitu Allôh Tabâroka wa Ta’âlâ mengutus bagi umat ini setiap abad (100 tahun), orang yang memperbaharui agama ini. Ini adalah perkataan yang benar, yang saya beragama dengannya. Saya beragama dengannya dan saya jadikan sebagai bagian dari agama, yaitu bahwa Syaikh al-Albânî termasuk mereka (mujaddidîn) ini.

Bukanlah suatu keharusan bahwa Allôh hanya mengutus seorang mujaddid saja, dan tidaklah mengapa di suatu zaman berkumpul lebih dari seorang mujaddid dengan keutamaan Allôh Azza wa Jalla. Syaikh al-Albânî Rahimahullâhu Rahmatan Wâsi’ah termasuk orang yang Allôh Azza wa Jalla utus di zaman ini untuk melakukan pembaharuan agama ini, yang memperharui ilmu hadits. Iya! Bahkan saya katakan dengan sepenuh lisan saya, bahwa tidak ada seorang penuntut ilmu pun di muka bumi ini, baik ia seorang yang mencintai Syaikh al-Albânî atau menentangnya, melainkan ia pasti ber-istifâdah (mengambil faidah) dari buku-buku syaikh, dari ilmu beliau, dan dari jerih payah beliau. Tidak ada yang mengingkari keutamaan orang-orang yang memiliki keutamaan melainkan ia adalah orang yang tidak tahu diri, dan tidak ada orang yang mengetahui keutamaan ahlul fadhl (orang yang memiliki keutamaan) melainkan ia adalah orang yang juga memiliki keutamaan (ahlul fadhl). Syaikh al-Albânî termasuk orang yang memiliki keutamaan.

Ada sekelompok orang yang menentang kita yang menuduh syaikh al-Albânî adalah seorang murji`ah padahal beliau adalah seorang imam diantara imam-imam ahlus sunnah. Beliau adalah imam diantara imam-iman ahlus sunnah! Wahai saudaraku, jika Anda menginginkan untuk menghukumi secara obyektif terhadap al-‘Allâmah al-Albânî, maka bacalah manhaj (metodologi) syaikh secara keseluruhan (sempurna). Jangan berhenti hanya pada sebuah kalimat atau ucapan yang Anda memahaminya tidak sebagaimana yang dimaksudkan atau difahami Syaikh al-Albânî, atau Anda memahami ucapan atau ungkapan syaikh dengan pemahaman yang menyelisihi ushul, aqidah dan manhaj syaikh.

Sesungguhnya, manhaj Syaikh al-Albânî itu terang seterang matahari di pagi dan siang hari yang cahayanya terang benderang. Tidak boleh sedikitpun bagi para penuntut ilmu, siapa pun dia dan bagaimanapun tingkat keilmuannya, berhenti pada kalimat dan ucapan, yang difahami tidak sebagaimana difahami syaikh, yang ucapan tersebut dipotong dari ushul dan keseluruhan manhaj Syaikh. Padahal perkataan beliau yang lainnya begitu terang dan indahnya, dan komentar-komentar beliau begitu jelasnya, baik terhadap buku Aqîdah ath-Thohâwiyah ataupun selainnya, yang menetapkan bagaimana murninya aqidah syaikh dan beliau termasuk imam ahlus sunnah wal jama’ah yang sebenarnya di zaman ini, dengan keutamaan Allôh Azza wa Jalla.

Kemudian, perlu diketahui bahwa saya mengatakan hal ini, bukan untuk menetapkan sifat ishmah (ma’sum) bagi Syaikh al-Albânî, selama-lamanya tidak! Bahkan, saya pun tidak pernah menetapkan sifat ishmah bagi Abû Bakr ash-Shiddiq Radhiyallâhu ‘anhu. Hanya saja, kami berpendapat dan berkeyakinan bahwa al-Ishmah telah dikubur bersamaan dengan dimakamkannya al-Musthofa Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam. Apabila Anda berbeda pendapat dengan syaikh pada suatu permasalahan, maka kami menghormati dan menerimanya, ini tidak mengapa. Atau bahkan jika Anda berbeda pendapat dengan syaikh pada puluhan permasalahan, maka kami tetap menghormati dan menerimanya, tidak mengapa. 

Namun, jika Anda memperburuk citra syaikh, atau menuduh syaikh dengan tuduhan batil, atau menvonis syaikh sesat, maka ini merupakan cara yang hina. Inilah kesesatan yang nyata itu! Demi Allôh Yang Maha Agung, ini adalah kesesatan yang nyata! Ini adalah cara yang hina, dan cara yang buruk di dunia dan akhirat. Seorang ulama tidak boleh seorangpun melepaskan kendali untuk mencela kehormatannya, karena beliau (ulama) adalah pewaris Nabi Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam.
Adapula sekelompok orang yang menentang kita, mengatakan syaikh mutasâhil (orang yang mudah) di dalam menilai keshahihan sebuah hadits. Demi Allôh, kalian orang yang tidak faham dengan ucapan kalian sendiri, kalian tidak faham ushul (pokok) di dalam tajrih dan kaidah di dalam ta’dil. Seorang yang menghabiskan seluruh waktunya untuk memberikan pondasi di dalam kaidah-kaidah (ilmu hadits), namun begitu mudahnya mereka mencela syaikh sebagai orang yang mutasâhil di dalam menilai keshahihan sebuah hadits, bahkan menuduh beliau dengan kesesatan dan irjâ`, padahal beliau adalah seorang imam ahlus sunnah. Hal ini, demi Rabb pemilik Ka’bah, adalah sebuah kesesatan yang nyata!

Perselisihan dan perbedaan pendapat di dalam masalah ahkâm begitu banyaknya. Sekiranya setiap ada masalah ahkâm yang diperselisihkan oleh dua orang muslim menyebabkan mereka saling meng-hajr (memboikot), niscaya tidak akan tersisa di tengah-tengah kaum muslimin ini ukhuwah, tidak akan ada lagi ukhuwah. 

Jadi, tidaklah mengapa Anda berlainan pendapat dengan syaikh, baik di dalam masalah tashhîh (menilai shahih sebuah hadits), tahsîn (menilai hasan) ataupun tadh’îf (mendhaifkan), selama Anda memiliki dalil-dalilnya dan syawâhid (dalil penopang)-nya. Syaikh rahimahullâhu sendiri berapa kali beliau tarâju’ (berubah di dalam menilai sebuah hadits disebabkan adanya dalil-dalil baru), beliau menshahihkan hadits yang sebelumnya beliau hasankan atau mendha’ifkan hadits yang sebelumnya beliau hasankan. Hal ini menunjukkan bagaimana waro’-nya beliau, dan bagaimana bijak dan obyektifnya beliau. Tidaklah sebagaimana yang difahami sebagian orang bahwa beliau rahimahullâhu mutanâqidh (kontradiksi), tidak selamanya! Akan tetapi atas kebijaksanaan dan ilmu, dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum menyebabkanmu tidak berbuat adil. Bersikap adillah karena sikap adil itu lebih dekat dengan ketakwaan (al-Mâ`idah : 8).

Allôh Subhânahu berfirman :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS al-Isrâ` : 36)

Saya memohon kepada Allôh Jalla wa ‘Ala agar melimpahkan rahmatnya kepada Syaikh al-Albânî rahmat-Nya yang luas, dan memberkahi murid-murid beliau, menjadikan mereka seperti gurunya dan menjadikan eksistensi mereka bermanfaat bagi negeri dan umat di seluruh penjuru dunia, dan sesungguhnya Ia adalah penolong dan Maha Berkemampuan atasnya. Saya juga memohon kepada Allôh Azza wa Jalla untuk mengampuni saudara-saudara kita, dosa-dosa kita dan mereka…

[Selesai ditranskrip secara bebas oleh Al-Faqîr ila ‘Afwa Rabbihi Abû Salmâ al-Atsarî –semoga Allôh mengampuni kesalahan-kesalahannya-. Semoga Allôh merahmati al-Imâm al-Muhaddits 

Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî dan memberkahi murid-murid beliau, dan semoga Allôh 



membalas Syaikh Muhammad Hassân dengan pahala yang berlimpah]

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar