Oleh: Muhammad Rezki Hr
Sunnah memiliki kedudukan yang sangat
agung dalam Islam. Bagaimana tidak? Sunnah adalah penjelas dan penjabar
Al Qur’anul Kariim. Sunnah juga merupakan sumber hukum kedua dalam Islam
setelah Al Qur’an. Tanpa memahami sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam seseorang tidak akan bisa memahami dan mengamalkan Islam dengan
baik dan benar.
Pengertian Sunnah
Sunnah yang dimaksud bukanlah sunnah
menurut istilah fikih yang merupakan lawan dari makruh. Dalam fikih,
sunnah artinya sebuah amalan yang apabila dilakukan akan mendapatkan
pahala, apabila ditinggalkan tidak mendapatkan dosa. Akan tetapi sunnah
yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang bersumber dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik itu ucapan
beliau, perbuatan beliau, ataupun ketetapan beliau [atau yang biasa
dikenal dengan istilah hadits, ed]. Secara umum, manusia di dalam
menyikapi sunnah Nabi terbagi menjadi 3 golongan :
1. Golongan yang Mengagungkan Sunnah Nabi dengan benar
Golongan yang mengagungkan sunnah Nabi
dengan benar adalah golongan orang-orang yang mau mempelajari,
meneladani, dan mengamalkan sunnah beliau. Orang-orang dari golongan ini
sadar bahwa mereka telah bersyahadat : “Asyhadu Anna Muhammadarrasulullah”
(aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah) konsekuensinya
mereka harus mengagungkan sunnah Nabi. Mereka menempuh jalan yang benar
dalam mengagungkan sunnah Nabi. Jalan yang benar dalam mengagungkan
sunnah Nabi adalah dengan mempelajari, meneladani, dan mengamalkan
sunnah beliau.
Imam Al Qadhi ‘Iyadh Al Yahshubi
berkata, “Ketahuilah bahwa barangsiapa yang mengaku mencintai sesuatu,
maka dia akan mengutamakannya dan berusaha meneladaninya. Kalau dia
tidak melakukannya, maka berarti dia tidak dianggap benar dalam
kecintaanya dan dianggap hanya mengaku-ngaku saja tanpa bukti nyata.
Maka orang yang benar dalam pengakuan kecintaannya kepada (sunnah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang terdapat bukti kecintaan tersebut pada dirinya. Bukti kecintaan kepada (sunnah) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
utama adalah dengan meneladani beliau, mengamalkan sunnahnya, baik
perkataan maupun perbuatannya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi
larangannya, serta menghiasi diri dengan adab-adab yang beliau
contohkan, dalam keadaan susah maupun senang dan lapang maupun sempit.” (Asy Syifa bi Ta’riifi Huquuqil Mushthafa, dikutip dari www.muslim.or.id)
Golongan yang pertama ini adalah orang-orang yang faham betul dengan firman-firman Allah (yang artinya): “Dan
tidaklah pantas bagi seorang mukmin dan mukminah untuk memiliki pilihan
yang lain apabila Allah dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan.” (QS. Al-Ahzab:36). “Barang siapa mentaati Rasul, maka sungguh ia telah mentaati Allah.” (QS. An-Nisa:80). “Segala apa yang dibawa Rasul, maka ambillah. Dan segala apa yang dilarangnya, maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)
Diantara orang-orang yang termasuk ke dalam golongan ini adalah para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Anas bin Malik berkata : “Tidak ada seorang pun yang paling dicintai oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melebihi beliau (Nabi) shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi jika mereka melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tidak berdiri untuk menghormati beliau, karena mereka mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci perbuatan tersebut.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)
Dari perkataan Anas bin Malik tersebut
kita juga bisa mengetahui para sahabat adalah orang yang paling
mencintai dan mengagungkan sunnah Nabi. Dan mereka adalah orang yang
paling tahu bagaimana cara mengagungkan dan mencintai sunnah Nabi. Maka
sepatutnya kita menjadikan cara para sahabat sebagai contoh di dalam
kita mengagungkan sunnah Nabi.
2. Golongan yang Mengagungkan Sunnah Nabi dengan Cara yang Salah
Golongan yang kedua ini adalah
orang-orang yang tahu bahwasanya mengagungkan sunnah Nabi adalah sebuah
kewajiban namun mereka tidak mengetahui cara yang benar di dalam
mengagungkan sunnah Nabi. Mereka mengagungkan sunnah Nabi dengan
cara-cara yang tidak beliau ajarkan dan bahkan dilarang oleh syariat
islam. Mereka membuat acara-acara / perayaan-perayaan yang tidak
dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
juga tidak pernah dilakukan oleh para sahabat Nabi. Sehingga pada
hakikatnya apa yang mereka lakukan bukanlah mengagungkan sunnah beliau.
Diantara contoh perbuatan tidak benar
yang dilakukan oleh sebagian orang yang termasuk dalam golongan ini
adalah dengan melakukan perayaan Maulid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Niat mereka memang baik, yaitu bertujuan mengagungkan Nabi dan
sunnahnya. Akan tetapi caranya tidak benar, karena tidak ada
tuntunannya. Seandainya perayaan tersebut baik, pasti para sahabat telah
melakukannya karena para sahabatlah orang yang paling mencintai dan
mengagungkan beliau dan sunnahnya. Sedangkan para sahabat tidak pernah
melakukan acara / perayaan maulid nabi tersebut.
Contoh salah yang lain dalam
mengagungkan sunnah beliau adalah dengan memuji dan mensifati beliau
secara berlebihan, dengan menganggap beliau memiliki kemampuan tertentu
yang sebenarnya Allah tidak memberikan kemampuan tersebut kepadanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Janganlah
kalian memuji diriku secara berlebihan dan melampaui batas, sebagaimana
orang-orang Nashrani melampaui batas dalam memuji Nabi Isa bin Maryam,
karena sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba Allah, maka katakanlah :
(Muhammad) hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhori)
3. Golongan yang Meremehkan Sunnah Nabi
Golongan ketiga adalah orang-orang yang
meremehkan dan mengejek sunnah Nabi. Mereka menolak dan tidak mau
beramal dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan mengejek sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan mengejek orang-orang yang mengamalkannya. Inilah golongan yang
paling jelek. Banyak sekali kita temui orang-orang yang tidak mau
beramal dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, minum
sambil duduk misalnya, padahal minum sambil duduk adalah sunnah Nabi,
bahkan beliau melarang kita minum sambil berdiri. Orang yang tidak
setuju mengatakan, ketinggalan jaman, masak minum saja harus sambil
duduk. Ada juga orang mengejek sunnah Nabi dengan mengejek orang-orang
yang mengamalkannya. Misalnya, orang-orang yang memelihara jenggot
diejek seperti kambing, lelaki yang memakai pakaian yang tidak menutupi
mata kaki diejek kebanjiran, dan ejekan-ejekan lainnya yang pada
hakikatnya adalah mengejek sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Abu Abdillah Muhammad bin Ismalil
At-Taimy juga bercerita : “Aku pernah membaca dalam sebagian kisah,
bahwa pernah ada seorang ahlul bid’ah tatkala mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Apabilah
salah seorang di antara kamu bangun dari tidurnya, maka janganlah ia
mencelupkan tangannya ke dalam bejana sehingga ia mencucinya terlebih
dahulu, karena dia tidak mengetahui di mana tangannya bermalam.”
Maka ahli bid’ah tersebut berkata dengan nada mengejek : “Aku mengetahui di mana tanganku bermalam, yaitu di atas tempat tidur !!” Pada
suatu pagi, didapati orang tersebut bangun tidur dalam keadaan
tangannya telah masuk ke dalam duburnya sampai ke pergelangan tanganya (Ta’zhimus sunnah,
karya Abdul Qoyyum As-Suhaibani). Inilah sebagian hukuman yang
diberikan oleh Allah secara langsung kepada orang yang mengejek dan
meremehkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Penutup
Itulah tiga golongan manusia dalam menyikapi sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Diantara tiga golongan tersebut tentunya sikap yang benar adalah sikap
yang pertama, yaitu golongan yang mengagungkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan cara yang benar. Wajib mengagungkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena hal tersebut merupakan konsekuensi yang harus kita tunaikan ketika telah mengucapkan syahadat “Asyhadu anna muhammadar rasulullah” (Aku bersaksi bahwasanya muhammad adalah utusan Allah).
Jika kita tidak mengagungkan sunnah Nabi
maka syahadat kita tidak sempurna, sehingga mengagungkan sunnah Nabi
hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim. Dengan cara yang benar
maksudnya adalah harus sesuai dengan aturan syariat islam dan meneladani
apa yang dilakukan oleh para sahabat. Para sahabat Nabi adalah
orang-orang yang paling mencintai dan mengagungkan sunnah Nabi, sehingga
sepatutnya kita mengikuti jalan mereka dalam mengagungkan sunnah Nabi.
Adapun golongan kedua mereka
mengagungkan sunnah nabi dengan cara yang tidak benar, dengan cara yang
dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Sikap tersebut tentunya terlarang
karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa beramal dengan sebuah amalan yang tidak ada contohnya dari kami, maka amalan tersebut tertolak”
(HR Muslim). Sedangkan golongan ketiga yang tidak mau mengagungkan
sunnah Nabi dan mengejek sunnah beliau, maka sikap tersebut dilarang
keras dalam Islam, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang tidak menyukai sunnahku, dia bukanlah termasuk golonganku” (HR Bukhori dan Muslim).
Demikian pembahasan yang singkat ini. Semoga kita diberi kemudahan oleh Allah untuk bisa mengagungkan sunnah Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan cara yang benar, sebagaimana cara yang pernah ditempuh oleh para sahabat radhiyallahu’anhum ajma’in. [Muhammad Rezki Hr*]
* Penulis adalah mahasiswa UGM, menjadi
pengurus program bahasa arab Ma’had Umar Bin Khattab dan ikut membantu
ketakmiran di salah satu masjid di Pogung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar