Belakangan ini kepekaan kita seperti nyaris hilang. Kecurigaan dan
sentiment terhadap segala hal yang berbau Arab Saudi membuat kita mudah
tergiring untuk mempercayai berita-berita negative berkaitan dengan
negara tersebut tanpa berusaha mencari tahu sumber berita dan
kebenarannya.
Beberapa hari lalu, kita dikejutkan sebuah berita konyol mengenai ditangkap dan dideportasinya 3 pria asal negara Uni Emirat Arab di Riyadh, Arab Saudi. Alasan penangkapannya adalah karena mereka dinilai terlalu ganteng oleh polisi syariah.
Pada awalnya saya pikir berita ini semacam olok-olok atau guyonan yang hanya akan muncul di 1-2 media yang biasanya punya sentiment negative terhadap Arab Saudi, khususnya dikaitkan dengan issue Wahabi. Tapi dugaan saya keliru. Beberapa televisi swasta dan media besar di tanah air maupun luar negeri ternyata ikut memberitakan berita yang sama, termasuk beberapa media Islam di tanah air.
Saya tidak habis pikir, apakah tidak ada umat Islam yang merasakan kejanggalan, keanehan dan ketidaklogisan dg berita tersebut ? Apakah sudah ada yang mencoba menelusuri sumber berita asli yang dijadikan rujukan utama media-media tersebut ? Atau jangan-jangan tanpa sadar otak kita sudah tersetting untuk begitu saja mempercayai dan menerima semua berita seaneh dan seburuk apapun yang berbau Arab Saudi dan meragukan berita positive yang berasal dari negara Timur Tengah tersebut, tanpa perlu mencari tau kebenarannya?
Yang jelas, dengan keberadaan berita itu, siapapun pasti akan menarik kesimpulan bahwa Polisi Syariah di Arab Saudi begitu bodoh dan dungunya dalam menjalankan tugas. Hanya gara-gara masalah ketampanan, orang bisa ditangkap dan diusir dari suatu wilayah seenaknya. Apalagi dg label“syariah” yg disandang polisi itu, seolah pembaca digiring untuk menarik kesimpulan bahwa tindakan itu merupakan bagian dari penerapan ajaran Islam. Kok sepertinya kurang kerjaan banget ya polisi syariah di Arab Saudi ? Memangnya tidak ada pekerjaan lain yang lebih penting daripada menilai ganteng atau tidaknya seseorang ? Kriterianya berdasarkan apa? Atau jangan-jangan tugas baru ini jadi salah satu job desk polisi syariah? Hehehe…
Bagi umat Islam yg mengerti tentang ajaran agamanya dan tidak keburu sentiment dengan segala hal berbau Arab, berita ini akan terasa sangat aneh dan tidak wajar. Tidak pernah ada hukum Islam yang berbicara tentang wajah laki-laki ganteng sebagai aurat bagi orang lain. Sehingga kalau kita peka, pasti akan tahu bahwa berita ini penuh kejanggalan. Kalaupun benar terjadi penangkapan terhadap 3 lelaki itu,pasti ada alasan lain yg lebih kuat dan logis yang menjadi penyebab mengapa mereka dianggap bersalah. Kalau hanya utk urusan wajah ganteng, siapapun yang pernah ke Saudi Arabia, pasti sependapat dengan saya bahwa pria Arab Saudi yang berwajah tampan jumlahnya sangat banyak sekali di sana. Ganteng-ganteng dan mirip bule. Enggak kalah deh bintang film Hollywood.
Kejanggalan dan ketidaklogisan inilah yang membuat saya mencoba untuk menelusuri dari mana sebenarnya sumber awal berita ini muncul.
Media dalam dan luar negeri yang mengangkat berita konyol itu, semua menyebutkan sumber berita yang sama, yang ujung-ujungnya mengarah ke katanya “sebuah media lokal berbahasa Arab”. Saya berusaha menelusuri apa nama “media local” berbahasa Arab itu.
Ternyata yang dimaksud media local itu bukan media local dalam arti sebenarnya. Media local tersebut adalah media berbahasa Arab yang tidak berada di wilayah Arab Saudi. Namanya Elaph.com ! http://en.wikipedia.org/wiki/Elaph
Dari hasil Googling di internet, saya temukan fakta bahwa Elaph ini adalah adalah sebuah surat kabar online berbahasa Arab yang berhaluan LIBERAL, bermarkas di kota London, Inggris. Bukan di Arab Saudi. Media ini adalah milik jurnalis liberal Othman Al-Omeir, yang memang sengaja memilih London sebagai basis dari medianya, agar bebas dari sensor pemerintahan Arab Saudi dan bisa menawarkan sudut pandang liberal kepada pembacanya dengan aman. Salah satu yang sangat membedakan suratkabar Elaph dengan surat kabar berbahasa Arab di Timur Tengah lainnya adalah media ini tak ragu menampilkan foto-foto perempuan berpakaian terbuka dan seksi, tak bedanya dengan foto-foto perempuan dengan pakaian yang menampakkan aurat yang mudah ditemui di media Barat.
Setelah menemukan fakta ini, pikiran saya tiba-tiba langsung terbuka. Terasa lebih segar. Lebih jernih dan terang benderang. Tentu saja bukan karena gambar perempuan Arab yang berpakaian terbuka di harian Elaph.com itu … hehehehe…
Walaupun belum tentu dugaan dan analisa saya 100 persen benar, paling tidak saya sudah bisa menemukanjawaban mengapa berita konyol macam begitu bisa muncul dari sebuah media berbahasa Arab. Dan mengapa pula berita itu bisa cepat disebarluaskan oleh media Barat, termasuk media Indonesia.
Saya merasa sepertinya memang ada sesuatu yang sengaja ditutupi atau tidak dilengkapi dari berita itu. Sebagai sebuah karya jurnalistik, semestinya ketidaklengkapan data seperti itu tidak boleh dilakukan. Terkesan ada upaya penggiringan opini agar pembaca menangkap kesan buruk dan bodoh terhadap polisi syariah di Arab Saudi, yang notabene selama ini konsisten dan tegas mengawal tegaknya aturan hukum Islam di sana. Selain itu dengan sering menyajikan issue-issue negative tentang Arab Saudi, tentunya akan sangat efektif untuk menciptakan kebencian warga dunia,termasuk umat Islam di Indonesia terhadap pemerintahan Arab Saudi yang seolah masih menganut hukum jahiliyah yang kejam dan terbelakang.
Anehnya lagi, beberapa hari lalu, seminggu setelah peristiwa itu mencuat, tiba-tiba beberapa jejaring sosial dan media di internet memunculkan foto sosok pria yang diduga menjadi salah satu orang tampan yang dideportasiitu. Pria “terlalu tampan” ini bernama Omar Borkan al-Gala. Ia adalah seorang fotografer fashion, aktor, dan penyair yang berdomisili di Dubai, Uni Emirat Arab.
Berita yang lagi-lagi belum jelas kebenarannya ini dimuat juga di beberapa media Indonesia. Detik.com misalnya, menulis beritanya dengan judul “Ini Dia Pria Abu Dhabi yang Diusir dari Arab Saudi karena Terlalu Ganteng ”. Sementara Kompas.Com mengangkat berita yang sama dengan judul yang lebih berhati-hati,karena memang belum pasti keakuratannya, berupa pertanyaan “ Inikah Pria Ganteng Yang Diusir Dideportasi Arab Saudi ?”
Kalau kita baca dengan teliti berita-berita tersebut, baik di media berbahasa Indonesia maupun Inggris, tidak ada satupun yang bisa menunjukkan bukti kuat bahwa actor itulah yang menjadi korban deportasi karena ketampanannya. Semuanya masih mengulang berita lama dari Elaph.Com dan dugaan yang diambil dari sumber yang tidak akurat. Akun Fans PageFacebook yang diduga milik Omar Borkanal-Gala pun tidak bisa dipastikan sebagai akun asli yang dikelola pria ini. Kalaupun itu asli, mengapa tak ditemukan bantahan atau penjelasan langsung dari pria ganteng ini tentang kasus yang dialaminya ? Aneh dan tidak logis. Yang ada hanya status berbahasa Inggris di Fans Pagenya di tanggal 21 April yang bertuliskan “this is what written in newspapers in over the world :) UAE men ordered to leave Saudi Arabia for being 'too handsome' Read More : http://bit.ly/ZBwe4V” Lucunya, link “readmore” tersebut tidak mengarah ke sumber kantor berita yang akurat, melainkan hanya ke sebuah situs blogspot ! That’s it. Begitu saja.
Tidak ada pembenaran, sanggahan ataupun penjelasan langsung dari dia terhadap berita yang sudah menghebohkan dunia ini.
Yang pasti, dengan media mengangkat tema berbau negative tentang Arab Saudi ini, khususnya yang berkaitan secara langsung maupun tidak dengan hukum Islam ini, sentiment dan komentar pedas berbau SARA seperti biasa langsung merebak di dunia maya.
Ada yg langsung menuduh polisi syariah Arab Saudi itulah yg otaknya ngeres, "klo otaknya selalu ngeres ya bgini ini, apa2 slalud ikait2kan dgn syahwat."
Hank Sebastian di Jakarta menulis : "Dasar Arab,,,aurat aja yg lo pikirin,,,, kelebihan fisik kan Tuhan juga yang kasih,,,BEGOO!"
Erico di Solo memaki dengan satu kata : “Koplak”
Nizam Azhar lebihkasar lagi, "aq sendiri tdk pernah menyukai semua..antek2...raja saudi...mampus saja..kapitalis pendusta..."
Acep Kustiawan : "dasar arab bahlul, gantengkan Allah swt yg bikin bkn kejahatan.."
Bambank Bolin : "Pemerintah ARAB SAUDI= TDK RASIONAL &KURANG KERJAAN."
MaulanaHadi · Denpasar, Bali, Indonesia: “Itulah dunia ARAB sok alim rajin ke mesjid solat bahkan sampai jidatnya hitam....itu semua bohong....dibalik itu suka main perempuan...suka minum2 keras +l onte2..., demi tuhan q punya teman arab seperti itu...”
Itu baru sebagian kecil olok-olok dan cacian. Masih banyak lagi hinaan yang jauh lebih keji yang terlontar dari pembaca di berbagai media di internet, baik di dalam maupun di luar negeri. Semuanya mengarah kepada tudingan betapa bodoh dan dungunya pemerintahan Saudi menerapkan aturan hukumnya.
Padahal kalau kita mau berpikir jernih, bagi sebuah negara yang notabene tiap tahun melayani jutaan tamu-tamu Allah dari seluruh dunia dalam pelaksanakan ibadah haji dan umrah, tuduhan seperti itu jelas sangat tidak masuk di nalar. Tiap tahun, terdapat puluhan, ratusan bahkan ribuan pria ganteng dari berbagai negara yang datang ke Arab Saudi , belum termasuk pria-pria ganteng dari Arab Saudi sendiri yang tidak kalah gantengnya dengan Omar Borkan al-Gala. Herannya, kok tidak pernah terdengar selama ini ada kejadian orang-orang ganteng itu ditahan dan dideportasi oleh pemerintah Saudi seperti yang terjadi di Riyadh ? Tidak pernah sekalipun.
Pertanyaannya, apakah memang reaksi kebencian kepada pemerintah Arab Saudi khususnya polisi syariah seperti itulah yang diharapkan bermunculan di media oleh Elaph.Com, sebagai satu-satunya sumber awal berita tentang kejadian konyol itu ? Atau memang begitulah kejadian yang sebenarnya di Riyadh, Arab Saudi ?
Entahlah.
Yang jelas, terlepas benar atau tidaknya analisa ini, saya cuma ingin mengingatkan kita semua termasuk diri saya sendiri, semoga kita bisa makin berhati-hati menyaring segala macam bentuk pemberitaan, terutama yang menyajikan sesuatuyang tidak masuk akal dan berpotensi menyebar kebencian. Jangan buru-buru terpancing menyebarluaskan berita yang masih belum jelas sumbernya. Cari tahu terlebih dahulu. Manfaatkan Google yang bisa membantu melacak sumber berita yang dipakai oleh media bersangkutan. Dan yang terpenting, tahan komentar yang tidak bermanfaat apalagi mengandung unsur ghibah, fitnah, saling menuduh dan menyakiti golongan atau kelompok lain, termasuk komentar-komentar yang berpotensi memecah belah persatuan dan kerukunan umat beragama.
NB.
Saya jadi ingat guyonan Jawa Timur beberapa tahun silam. Ketika seseorang datang terlambat dalam sebuah acara, temannya bertanya mengapa dia sampai terlambat. Apa jawab si teman yang terlambat ?
"Sorry, aku kenek cegatan wong ganteng nang ndalan." (Maaf, saya terkena razia orang tampan di jalan)
Hehehehe....
Beberapa hari lalu, kita dikejutkan sebuah berita konyol mengenai ditangkap dan dideportasinya 3 pria asal negara Uni Emirat Arab di Riyadh, Arab Saudi. Alasan penangkapannya adalah karena mereka dinilai terlalu ganteng oleh polisi syariah.
Pada awalnya saya pikir berita ini semacam olok-olok atau guyonan yang hanya akan muncul di 1-2 media yang biasanya punya sentiment negative terhadap Arab Saudi, khususnya dikaitkan dengan issue Wahabi. Tapi dugaan saya keliru. Beberapa televisi swasta dan media besar di tanah air maupun luar negeri ternyata ikut memberitakan berita yang sama, termasuk beberapa media Islam di tanah air.
Saya tidak habis pikir, apakah tidak ada umat Islam yang merasakan kejanggalan, keanehan dan ketidaklogisan dg berita tersebut ? Apakah sudah ada yang mencoba menelusuri sumber berita asli yang dijadikan rujukan utama media-media tersebut ? Atau jangan-jangan tanpa sadar otak kita sudah tersetting untuk begitu saja mempercayai dan menerima semua berita seaneh dan seburuk apapun yang berbau Arab Saudi dan meragukan berita positive yang berasal dari negara Timur Tengah tersebut, tanpa perlu mencari tau kebenarannya?
Yang jelas, dengan keberadaan berita itu, siapapun pasti akan menarik kesimpulan bahwa Polisi Syariah di Arab Saudi begitu bodoh dan dungunya dalam menjalankan tugas. Hanya gara-gara masalah ketampanan, orang bisa ditangkap dan diusir dari suatu wilayah seenaknya. Apalagi dg label“syariah” yg disandang polisi itu, seolah pembaca digiring untuk menarik kesimpulan bahwa tindakan itu merupakan bagian dari penerapan ajaran Islam. Kok sepertinya kurang kerjaan banget ya polisi syariah di Arab Saudi ? Memangnya tidak ada pekerjaan lain yang lebih penting daripada menilai ganteng atau tidaknya seseorang ? Kriterianya berdasarkan apa? Atau jangan-jangan tugas baru ini jadi salah satu job desk polisi syariah? Hehehe…
Bagi umat Islam yg mengerti tentang ajaran agamanya dan tidak keburu sentiment dengan segala hal berbau Arab, berita ini akan terasa sangat aneh dan tidak wajar. Tidak pernah ada hukum Islam yang berbicara tentang wajah laki-laki ganteng sebagai aurat bagi orang lain. Sehingga kalau kita peka, pasti akan tahu bahwa berita ini penuh kejanggalan. Kalaupun benar terjadi penangkapan terhadap 3 lelaki itu,pasti ada alasan lain yg lebih kuat dan logis yang menjadi penyebab mengapa mereka dianggap bersalah. Kalau hanya utk urusan wajah ganteng, siapapun yang pernah ke Saudi Arabia, pasti sependapat dengan saya bahwa pria Arab Saudi yang berwajah tampan jumlahnya sangat banyak sekali di sana. Ganteng-ganteng dan mirip bule. Enggak kalah deh bintang film Hollywood.
Kejanggalan dan ketidaklogisan inilah yang membuat saya mencoba untuk menelusuri dari mana sebenarnya sumber awal berita ini muncul.
Media dalam dan luar negeri yang mengangkat berita konyol itu, semua menyebutkan sumber berita yang sama, yang ujung-ujungnya mengarah ke katanya “sebuah media lokal berbahasa Arab”. Saya berusaha menelusuri apa nama “media local” berbahasa Arab itu.
Ternyata yang dimaksud media local itu bukan media local dalam arti sebenarnya. Media local tersebut adalah media berbahasa Arab yang tidak berada di wilayah Arab Saudi. Namanya Elaph.com ! http://en.wikipedia.org/wiki/Elaph
Dari hasil Googling di internet, saya temukan fakta bahwa Elaph ini adalah adalah sebuah surat kabar online berbahasa Arab yang berhaluan LIBERAL, bermarkas di kota London, Inggris. Bukan di Arab Saudi. Media ini adalah milik jurnalis liberal Othman Al-Omeir, yang memang sengaja memilih London sebagai basis dari medianya, agar bebas dari sensor pemerintahan Arab Saudi dan bisa menawarkan sudut pandang liberal kepada pembacanya dengan aman. Salah satu yang sangat membedakan suratkabar Elaph dengan surat kabar berbahasa Arab di Timur Tengah lainnya adalah media ini tak ragu menampilkan foto-foto perempuan berpakaian terbuka dan seksi, tak bedanya dengan foto-foto perempuan dengan pakaian yang menampakkan aurat yang mudah ditemui di media Barat.
Setelah menemukan fakta ini, pikiran saya tiba-tiba langsung terbuka. Terasa lebih segar. Lebih jernih dan terang benderang. Tentu saja bukan karena gambar perempuan Arab yang berpakaian terbuka di harian Elaph.com itu … hehehehe…
Walaupun belum tentu dugaan dan analisa saya 100 persen benar, paling tidak saya sudah bisa menemukanjawaban mengapa berita konyol macam begitu bisa muncul dari sebuah media berbahasa Arab. Dan mengapa pula berita itu bisa cepat disebarluaskan oleh media Barat, termasuk media Indonesia.
Saya merasa sepertinya memang ada sesuatu yang sengaja ditutupi atau tidak dilengkapi dari berita itu. Sebagai sebuah karya jurnalistik, semestinya ketidaklengkapan data seperti itu tidak boleh dilakukan. Terkesan ada upaya penggiringan opini agar pembaca menangkap kesan buruk dan bodoh terhadap polisi syariah di Arab Saudi, yang notabene selama ini konsisten dan tegas mengawal tegaknya aturan hukum Islam di sana. Selain itu dengan sering menyajikan issue-issue negative tentang Arab Saudi, tentunya akan sangat efektif untuk menciptakan kebencian warga dunia,termasuk umat Islam di Indonesia terhadap pemerintahan Arab Saudi yang seolah masih menganut hukum jahiliyah yang kejam dan terbelakang.
Anehnya lagi, beberapa hari lalu, seminggu setelah peristiwa itu mencuat, tiba-tiba beberapa jejaring sosial dan media di internet memunculkan foto sosok pria yang diduga menjadi salah satu orang tampan yang dideportasiitu. Pria “terlalu tampan” ini bernama Omar Borkan al-Gala. Ia adalah seorang fotografer fashion, aktor, dan penyair yang berdomisili di Dubai, Uni Emirat Arab.
Berita yang lagi-lagi belum jelas kebenarannya ini dimuat juga di beberapa media Indonesia. Detik.com misalnya, menulis beritanya dengan judul “Ini Dia Pria Abu Dhabi yang Diusir dari Arab Saudi karena Terlalu Ganteng ”. Sementara Kompas.Com mengangkat berita yang sama dengan judul yang lebih berhati-hati,karena memang belum pasti keakuratannya, berupa pertanyaan “ Inikah Pria Ganteng Yang Diusir Dideportasi Arab Saudi ?”
Kalau kita baca dengan teliti berita-berita tersebut, baik di media berbahasa Indonesia maupun Inggris, tidak ada satupun yang bisa menunjukkan bukti kuat bahwa actor itulah yang menjadi korban deportasi karena ketampanannya. Semuanya masih mengulang berita lama dari Elaph.Com dan dugaan yang diambil dari sumber yang tidak akurat. Akun Fans PageFacebook yang diduga milik Omar Borkanal-Gala pun tidak bisa dipastikan sebagai akun asli yang dikelola pria ini. Kalaupun itu asli, mengapa tak ditemukan bantahan atau penjelasan langsung dari pria ganteng ini tentang kasus yang dialaminya ? Aneh dan tidak logis. Yang ada hanya status berbahasa Inggris di Fans Pagenya di tanggal 21 April yang bertuliskan “this is what written in newspapers in over the world :) UAE men ordered to leave Saudi Arabia for being 'too handsome' Read More : http://bit.ly/ZBwe4V” Lucunya, link “readmore” tersebut tidak mengarah ke sumber kantor berita yang akurat, melainkan hanya ke sebuah situs blogspot ! That’s it. Begitu saja.
Tidak ada pembenaran, sanggahan ataupun penjelasan langsung dari dia terhadap berita yang sudah menghebohkan dunia ini.
Yang pasti, dengan media mengangkat tema berbau negative tentang Arab Saudi ini, khususnya yang berkaitan secara langsung maupun tidak dengan hukum Islam ini, sentiment dan komentar pedas berbau SARA seperti biasa langsung merebak di dunia maya.
Ada yg langsung menuduh polisi syariah Arab Saudi itulah yg otaknya ngeres, "klo otaknya selalu ngeres ya bgini ini, apa2 slalud ikait2kan dgn syahwat."
Hank Sebastian di Jakarta menulis : "Dasar Arab,,,aurat aja yg lo pikirin,,,, kelebihan fisik kan Tuhan juga yang kasih,,,BEGOO!"
Erico di Solo memaki dengan satu kata : “Koplak”
Nizam Azhar lebihkasar lagi, "aq sendiri tdk pernah menyukai semua..antek2...raja saudi...mampus saja..kapitalis pendusta..."
Acep Kustiawan : "dasar arab bahlul, gantengkan Allah swt yg bikin bkn kejahatan.."
Bambank Bolin : "Pemerintah ARAB SAUDI= TDK RASIONAL &KURANG KERJAAN."
MaulanaHadi · Denpasar, Bali, Indonesia: “Itulah dunia ARAB sok alim rajin ke mesjid solat bahkan sampai jidatnya hitam....itu semua bohong....dibalik itu suka main perempuan...suka minum2 keras +l onte2..., demi tuhan q punya teman arab seperti itu...”
Itu baru sebagian kecil olok-olok dan cacian. Masih banyak lagi hinaan yang jauh lebih keji yang terlontar dari pembaca di berbagai media di internet, baik di dalam maupun di luar negeri. Semuanya mengarah kepada tudingan betapa bodoh dan dungunya pemerintahan Saudi menerapkan aturan hukumnya.
Padahal kalau kita mau berpikir jernih, bagi sebuah negara yang notabene tiap tahun melayani jutaan tamu-tamu Allah dari seluruh dunia dalam pelaksanakan ibadah haji dan umrah, tuduhan seperti itu jelas sangat tidak masuk di nalar. Tiap tahun, terdapat puluhan, ratusan bahkan ribuan pria ganteng dari berbagai negara yang datang ke Arab Saudi , belum termasuk pria-pria ganteng dari Arab Saudi sendiri yang tidak kalah gantengnya dengan Omar Borkan al-Gala. Herannya, kok tidak pernah terdengar selama ini ada kejadian orang-orang ganteng itu ditahan dan dideportasi oleh pemerintah Saudi seperti yang terjadi di Riyadh ? Tidak pernah sekalipun.
Pertanyaannya, apakah memang reaksi kebencian kepada pemerintah Arab Saudi khususnya polisi syariah seperti itulah yang diharapkan bermunculan di media oleh Elaph.Com, sebagai satu-satunya sumber awal berita tentang kejadian konyol itu ? Atau memang begitulah kejadian yang sebenarnya di Riyadh, Arab Saudi ?
Entahlah.
Yang jelas, terlepas benar atau tidaknya analisa ini, saya cuma ingin mengingatkan kita semua termasuk diri saya sendiri, semoga kita bisa makin berhati-hati menyaring segala macam bentuk pemberitaan, terutama yang menyajikan sesuatuyang tidak masuk akal dan berpotensi menyebar kebencian. Jangan buru-buru terpancing menyebarluaskan berita yang masih belum jelas sumbernya. Cari tahu terlebih dahulu. Manfaatkan Google yang bisa membantu melacak sumber berita yang dipakai oleh media bersangkutan. Dan yang terpenting, tahan komentar yang tidak bermanfaat apalagi mengandung unsur ghibah, fitnah, saling menuduh dan menyakiti golongan atau kelompok lain, termasuk komentar-komentar yang berpotensi memecah belah persatuan dan kerukunan umat beragama.
NB.
Saya jadi ingat guyonan Jawa Timur beberapa tahun silam. Ketika seseorang datang terlambat dalam sebuah acara, temannya bertanya mengapa dia sampai terlambat. Apa jawab si teman yang terlambat ?
"Sorry, aku kenek cegatan wong ganteng nang ndalan." (Maaf, saya terkena razia orang tampan di jalan)
Hehehehe....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar