Oleh: Abu Mundzir
Pada edisi 41 hal. 44-50 telah kami muat artikel yang
berkenaan dengan biografi singkat Syaikh Ali Hasan al-Halabi, dan pada edisi
kali ini sekali lagi kami muat untuk para pembaca artikel yang berkaitan dengan
Syaikh Ali Hasan dengan judul “Sekali Lagi Tentang Ali al-Halabi”.
I. Sekilas tentang Syaikh Ali Hasan al-Halabi
Beliau dilahirkan di kota Zarqo, Yordania pada 29 Jumadil
Tsani 1380 H (1960 M). Nama beliau adalah Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid
al-Yafi al-Halabi al-Atsari. Al-Yafi nisbat pada tempat asal beliau (Jaffa, di
barat daya Palestina). Al-Halabi nisbat beliau kepada Aleppo, Syria. Al-Urduni
nisbat pada tempat keluarganya berhijrah, Yordania. Dan al-Atsari menunjukkan
manhaj beliau sebagai pengikut Atsar.
Beliau mulai mencari ilmu ketika berusia 20 tahun lebih
sedikit. Guru beliau yang paling masyhur adalah ulama besar, ahli Hadits,
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani , kemudian ulama ahli sastra, Syaikh
Abdul Wadud az-Zarori , dan ulama lainnya.
Beliau memiliki ijazah (pengakuan) dalam bidang agama secara
umum dan hadits secara khususnya, dari beberapa ulama seperti Syaikh Badi`uddin
as-Sindi, Syaikh Muhammad asy-Syanqithi dan lainnya.
II. Syaikh Ali dan Syaikh al-Albani
Syaikh Ali al-Halabi merupakan pentahqiq (peneliti), ahli
Hadits dan beliau termasuk murid dan sahabat Syaikh al-Albani, bahkan termasuk
murid dan sahabat khusus. Beliau banyak bermulazamah (duduk belajar) terhadap
ulama, imam besar dalam ilmu dan dakwah ini yaitu Syaikh al-Albani.
Syaikh Ali mendampingi al-Imam al-Albani dalam sebagian
safarnya dan banyak mendampingi pada saat mukimnya, menghadiri majelis-majelis
beliau baik yang bersifat khusus maupun yang bersifat umum, mengikuti
pertemuan-pertemuan ilmiah yang banyak nan beraneka ragam, dan itu berjalan
dalam kurun waktu yang sangat lama sekali tidak kurang dari 1/4 abad. Dengan
demikian Syaikh Ali sangat banyak mendapatkn manfaat dari jawaban-jawaban,
pelajaran-pelajaran dan ilmu-ilmu yang beraneka ragam dari Syaikh al-Albani,
yang hal ini hampir tidak didapat oleh yang lainnya.
Syaikh Ali banyak membantu Imam al-Albani menyiapkan banyak
karya-karyanya untuk diterbitkan, baik terkait dengan Hadits maupun lainnya,
menyiapkan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya, bermulazamah di akhir-akhir hidup
Imam Albani di rumahnya dan di perustakaannya.
Hubungan keduanya sangatlah erat, sehingga dengan banyak
pertemuan-pertemuan Syaikh Ali bertambah dalam dan kuat ilmunya dan dapat
menimba ilmu dari mata air salaf yaitu Imam al-Albani, mengambil metode ahli
Hadits dalam belajar, memahami, menuntut ilmu dan pengamalan. Setelah itu,
disebarluaskanlah ilmu yang banyak dan beraneka ragam yang telah didapat
tersebut dalam bentuk buku-buku yang banyak, yang membahas dakwah, dan juga
banyak menulis makalah-makalah berharga terkait dengan manhaj yang dimuat dalam
majalah, surat kabar dan yang lainnya. Semua itu pada masa hidup Imam Albani.
Dengan kerendahan hati ketika menulis, Syaikh Ali
menyodorkan karya-karyanya kepada Syaikhnya dan gurunya (yaitu Imam Albani)
untuk dimuroja’ah (membacanya kembali), dan Imam Albani pun membaca kembali
sebagian karyanya dan bahkan Imam Albani pun ridho untuk ditulis namanya di
samping nama muridnya.
III. Pujian Syaikh al-Albani kepada Syaikh Ali Hasan
al-Halabi
Syaikh Albani benar-benar mengetahui karya-karya muridnya
ini, yang berada di atas manhaj yang benar dan hujjah yang kuat, sehingga
banyak memujinya dan mengarahkan para pembaca bukunya untuk membaca dan menelaah
karya-karyanya. Imam Albani mengatakan tentangnya, “Dia (Syaikh Ali) termasuk
saudara kita yang kuat dalam ilmu ini yaitu ilmu Hadits.” (Lihat as-Silsilah
as-Shohihah: 2/720, as-Silsilah ad-Dho’ifah: 1/7, as-Silsilah as-Shohihah:
7/354-371 dan Su’al wa Jawab Haula Fiqil Waqi’: 26, karya Imam al-Albani)
Dan Syaikh Albani mensifati Syaikh Ali dengan “sahabat kita
yang mulia” dalam kitab Arrodul Mufhim: 79, mensifati bantahan-bantahan Syaikh
Ali dengan sebutan “bantahan yang berharga”, sebagaimana disebutkan dalam
Adabuz Zifaf: 7-8, menyebutkan dalam as-Silsilah as-Shohihah: 7/947 tentang
Ibnu Hajar ketika membawakan Hadits dalam kitabnya Atroful Musnad: ”Telah
memberikan faidah kepadaku saudara Ali Hasan melalui telepon, jazahullohu
khoiron“ dan mengatakan dalam as-silsiah as-Shohihah: 6/8: “Demikian pula
saudara Ali al-Halabi, sungguh saya telah mendapatkan komentar-komentarnya yang
ditulis pada kitab asli yang masih saya tulis dengan tanganku…”
Dan Syaikh Albani memanggil Syaikh Ali di awal kitab ar-Roudhoh
Nadiah: 1/4 dengan sebutan ”Anak kami, sahabat kami, saudara Abul Harits” dan
memanggilnya juga ”.. kepada sahabat kami dan tilmidz (murid) kami yang muda
Ali al-Halabi…” demikian yang tertulis dalam kitab Hukmi Tariki as-Sholat: 45.
Bahkan tatkala muncul fitnah Abu Ruhayyim yang berbuat
dzolim dan menuduh Syaikh Ali al-Halabi tentang akidahnya, maka Syaikh Albani
mengatakan kepada Abu Ruhoyyim: “Apabila akidahmu seperti akidahnya 3 syaikh
yang kamu bela yaitu Bin Baz, Ibnu Utsaimin dan al-Albani, padahal akidah
saudara Ali seperti mereka. Dan apabila akidahmu berbeda dengan akidahnya
saudara Ali maka saya siap duduk denganmu (untuk berdiskusi, pent).” Hal ini
telah disebutkan oleh Syaikh Azmi al-Jawabiroh dalam risalahnya yang hal itu
dipersaksikan juga oleh 2 saudara yang mulia Lafi asy-Syatorot dan Kamil
al-Qoshshosh, itu terjadi pada tanggal 20 Robiul Awwal 1422H, dan Syaikh Azmi
al-Jawabiroh menukil ucapan imam Albani, beliau mengatakan “saudara al-Halabi
sebanding seribu satu Abu Ruhayyim”.
Syaikh Abdul Aziz as-Sadhan menukil dari Syaikh al-Albani
bahwa Syaikh Albani menjuluki Syaikh Ali sebagai “pemilik pena yang berjalan
dan seorang ustadz yang produktif”. Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab
al-Imam al-Albani Durusun al-Mawaqif wa al-Ibar, hal. 170.
Disebutkan juga dalam risalah yang berjudul Sofahat Baidho’
min Hayati al-Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani, hal. 52 bersumber dari
sebagian cucu Syaikh al-Albani, bahwasanya Syaikh al-Albani mengatakan: “Dua
orang yang paling menguasai ilmu hadits sekarang adalah Ali al-Halabi dan Abu
Ishaq al-Khuwaini.”
Syaikh yang mulia Abu Abdillah Azad pernah mendengar Syaikh
al-Albani di rumah saudara Abdurrohim di Yordania bahwa beliau pernah ditanya
tentang suatu hadits, tapi beliau tidak ingat dan tidak hapal derajatnya,
beliau mengisyaratkan kepada Syaikh Ali ”Tanyakan al-Hafidz Ali al-Halabi”,
maka kami pun menanyakan kepadanya pada saat Syaikh al-Albani ada di situ dan
Syaikh Ali menjawab, ”Hadits itu shohih”, kemudian beliau berdiri dan masuk ke
maktabah saudara Abdurrohim dan mengeluarkan hadits dari Shohih al-Jami’.”
Abu Abdillah Azat juga pernah mengatakan, aku juga pernah
bertanya pada Syaikh al-Albani ketika beliau hendak safar ke emirat, “Siapa
yang paling layak kami tanya setelah Anda wahai Syaikh?” Maka beliau menjawab,
“Bertanyalah kepada Ali al-Halabi karena dia paling dekat dengan sunnah.”
Ini menunjukkan banyaknya pujian Syaikh al-Albani kepada
muridnya yaitu Syaikh Ali al-Halabi dan kitab-kitabnya seraya mensifati dengan
panggilan saudara, murid, syaikh, sahabat, dan lain sebagainya dari
panggilan-panggilan penghormatan yang itu menunjukkan keistimewaannya dalam
berbagai macam ilmu, dan syaikh Ali banyak ikut serta dalam berbagai macam
tugas dan proyek ilmiah baik itu dalam masalah fikih, hadits, manhaj, sehingga
tidak heran ketika syaikh Ali paling banyak disebutkan dalam kitab-kitab Syaikh
Albani.
IV. Perkataan Para Ulama Terhadap Syaikh Ali Hasan
Sesungguhnya dalam hidup, yang namanya pujian itu perkara
yang biasa terjadi. Dan pujian kalau datang dari orang jahil maka kurang
berarti, berbeda apabila pujian itu bersumber dari para ulama dan rekomendasi
dari mereka, maka ini mengandung arti dan bertambah berarti lagi apabila datang
fitnah dan tuduhan yang tidak-tidak di arahkan kepada seseorang. Oleh karena
itu berikut ini kami nukilkan pujian para ulama kepada Syaikh Ali Hasan dan
rekomendasi yang diarahkan kepadanya, untuk menghilangkan kedzoliman:
1. Pujian Syaikh Bin Baz.
Beliau mengatakan dalam memberikan taqridz terhadap kitab
Syaikh Ali yang membantah Dr. al-Askar: Saya memandang agar bantahan ini
disebarkan karena mengandung faidah yang besar dan untuk menghilangkan
kerancuan. Mudah-mudahan Alloh membalas Anda dengan balasan yang baik, dan saya
telah memerintahkan untuk menyebarkanya di majalah al-Buhuts al-Islamiyah
karena faidah yang dikandungnya.
Dan beliau Syaikh Bin Baz juga mengatakan tentang kitab yang
sama: Dari Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz yang ditujukan kepada saudara yang
mulia, shohibul fadhilah Syaikh Ali bin Hasan bin Abdul Hamid al-Halabi
-waffaqohulloh lima fihi ridhohu-, salaamun ‘alaikum warohmatulloh wabarokatuh,
amma ba’du, surat Anda telah sampai kepadaku pada tanggal 25/11/1418H
mudah-mudahan Alloh senantiasa memberikan hidayah dan petunjuk. Saya telah
menelaah kitab bantahan Anda terhadap kitab Dr. Abdul Aziz al-Askar (tentang
diri yang mulia as-Syaikh al-‘Allamah Muhammad Nashiruddin al-Albani), saya
menilai bahwa bantahan Anda adalah bantahan yang sangat berharga, membawa
berkah lagi sangat memuaskan. Dan sungguh Anda telah menggunakan gaya bahasa
yang bagus, dan Alloh telah memberikan taufiq kepadamu untuk bersikap lembut
terhadap orang yang Anda bantah, saya meminta kepada Alloh agar melipatgandakan
pahala…”
2. Pujian Syaikh Ibnu al-‘Utsaimin.
Berkata Ahmad bin Ismail as-syaukani, telah menceritakan
kepadaku Abdulloh Qomaruddin al-Bakistani as-Salafi, beliau berkata, “As-Syaikh
al-Imam Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin pernah ditanya tentang berbagai macam
pertanyaan di musim haji tahun (1420 H) dan beliau menjawabnya, kemudian dalam
sebagian pertanyaan beliau mengisyaratkan kepada Syaikh Ali sambil mengatakan,
“Tanyakanlah kepada al-Bahr (lautan, istilah untuk orang yang banyak ilmunya)”.
Maka Syaikh Ali mengatakan, “Saya kira ini bercanda, saya bukan al-Bahr (lautan)
dan tidak pula an-Nahr (sungai) tidak pula lainnya, nastaghfirulloh dan kita
mengharap husnul khotimah (akhir kehidupan yang baik)”, kemudian berdo’a
seperti do’a yang diucapkan Abu Bakar ash-Shiddiq tatkala mendapat pujian: “Ya
Alloh jangan kau siksa saya sebab apa yang yang mereka ucapkan, dan ampunilah
saya terhadap apa yang tidak mereka ketahui dan jadikanlah saya lebih baik dari
apa yang mereka duga”. Dan masih ada pujian al-Imam Ibnu ‘Utsaimin terhadap
Syaikh Ali di kesempatan-kesempatan lainnya.
3. Pujian Syaikh ahli Hadits madinah, al-Allamah Hammad bin
Muhammad al- Anshori
Beliau memuji Syaikh Ali dan kehebatannya dalam bidang
hadits sebagaimana dinukil oleh anaknya yang bernama Abdul Awwal bin Hammad
al-Anshori dalam kitabnya al-Majmu’ fi Tarjamati al-Muhaddits as-Syaikh Hammad
al-Anshori (2/598) dari bapaknya berkata, “Saya menduga bahwa Ali Hasan Abdul
Hamid yang akan mengantikan Syaikh al-Albani.”
4. Syaikh Sholih bin Abdul Aziz Alu Syaikh, menteri urusan
agama, bimbingan dan wakaf, Kerajaan Arab Saudi.
Beliau punya hubungan yang sangat baik dengan Syaikh Ali
sejak 20 tahunan, bahkan setelah datang fatwa lajnah, beliau pun mengundangnya
dengan undangan resmi untuk menghadiri acara an-Nadwah al-Ilmiyah al-Qur’aniyah
di Madinah tanggal 11 Jumadil Akhir 1421 H.
Ketika Syaikh Sholih Alu Syaikh menulis kitab Hadzihi
Mafahiimuna… mengirimkan kepada Syaikh Ali dan mengatakan tentang hadiahnya:
Kepada saudara yang baik, peneliti yang jeli, pemilik akal yang cemerlang dan
pandangan yang tajam, Ali Hasan Abdul Hamid, mudah-mudahan Alloh senantiasa
memberikan kekuatan untuk meninggikan bendera Sunnah sesuai petunjuk salaf…
Begitu pula ketika menulis kitab at-Takmil Lima Fata
Tahrijuhu min Irwa’ al-Gholil dan memberikan hadiah dan pujian dengan sebutan-sebutan
penghormatan mirip di atas.
5. Pujian Syaikh Abdulloh al-Ubailan ditanya tentang celaan
yang di arahkan kepada Syaikh Ali Hasan disebabkan menulis kitab Manhaj
as-Salaf as-Sholih maka beliau menjawab, ”Saudara kita asy-Syaikh al-Allamah
Ali adalah termasuk pembesar penyeru kepada dakwah salaf di Yordania dan
negara-negara Syam, wala nuzakki allalloh ahada. Saya berharap perselisian
antara kedua belah pihak adalah masuk dalam perselisihan dalam lingkup ijtihad
Ahlus Sunnah, dan perkaya ini wajar terjadi, karena para salaf juga berselisih
dalam hal yang lebih besar dari ini akan tetapi tidak saling mencela antara
satu dengan yang lainnya…” kemudian Syaikh Ubailan menyebutkan ucapan Syaikhul
Islam….”
6. Dan Syaikh ahli Hadits Abdul Muhsin al-Abbad baru-baru
ini di tanya tentang Syaikh Ali, yaitu pada tanggal 28 Nopember 2010 (21 Dzul
Hijjah 1431), beliau menjawab, ”Saya mengetahui, beliau di atas sunnah,
ambillah ilmu darinya.”
7. Begitu pula Syaikh al-Ubaikan pada tanggal 3 Januai 2011
pernah ditanya seseorang dari Iraq tentang Syaikh Ali Hasan dan seorang ulama
dari Iraq, beliau menjawab, ”Kami tidak mengetahui tentang Syaikh kecuali
kebaikan.”
Dan masih banyak pujian para ulama baik yang masih hidup
maupun yang telah meninggal dunia tentang Syaikh Ali di antaranya: Syaikh
al-Muhadits Muqbil al-Wadi’i, Syaikh Sa’ad al-Husyoyyin, (al-Mustasyar ad-Dini
Saudi di Yordania,) Syaikh Husain bin Abdul Aziz Ali Syaikh, (Imam dan khotib
serta pengajar di masjid Nabawi, serta Hakim di Mahkamah Kubro), Syaikh Washiulloh
Abbas, Syaikh Ibrohim ar-Ruhaili, ahli tafsir Muhammad Nasif ar-Rifa’i,
as-Syaikh Hamd as-Syitwi, Syaikh Muhammad bin Syaikh Ali bin Adam al-Itsyuni,
Syaikh Abdul Karim Khudair, Syaikh Abdul Malik ar-Romadhoni al-Jazairi dll.
Termasuk salah seorang guru Syaikh Robi’ al-Madkholi yang berrnama Syaikh Abdul
Wahab bin Marzuq al-Banna sangat memuji Syaikh Ali, beliau mengatakan,
”Perumpamaan al-Halabi kepada al-Albani adalah seperti Ibnul Qoyyim kepada Ibnu
Taimiyah.” Sebagaimana yang telah didengar Syaikh Abdulloh Baibani al-A’shimi.
Inilah sebagian kemuliaan Syaikh Ali, ilmu, manhaj dan
akidahnya. Dan kami dalam menyebutkan ini bukan berarti kami mengajak berbuat
ghuluw (berlebih-lebihan) dan mengkultuskan serta menganggapnya ma’sum,
sekali-kali tidak, akan tetapi ini semua agar kita mengetahui dan
menghormati
para ulama sebagaimana sabda Rosululloh:
لَيْسَ
مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ
كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
“Bukanlah termasuk golonganku orang yang tidak memuliakan
yang tua, menyayangi yang muda dan mengenal hak orang alim di antara kami.” (HR
Ahmad)
Wa shollollohu ‘ala nabiyina muhammad wa ‘ala ‘alihi wa
shohbihi wa sallam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar