ini adalah terjemahan dari petikan pembelaan Syaikh DR. Mahmud bin
Abdurrazaq bin Abdurrazaq bin Ali Ar Ridwany terhadap Al Imam Al Albani
serta murid-muridnya terutama Syaikh Ali Al Halaby & Syaikh Masyhur
Hasan Alu Salman dari tuduhan irja'. Sengaja tidak saya terjemahkan
secara lengkap (sekitar setengah saja) mengingat panjangnya perkataan
beliau dan saya hanya mencukupkan dengan yang saya anggap penting saja.
Bagi yang berkehendak menelaah perkataan beliau secara lengkap silahkan kunjungi link berikut ; http://www.youtube.com/watch?v=s-I6oh1df7A
Atau transkripnya di sini ; http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=37348.
Berikut redaksi perkataan beliau :
Soal : Kami mendengar bahwa chanel Al Bashirah akan menyiarkan pengajian Syaikh Masyhur
Syaikh DR. Mahmud Abdurrazaq Ar Ridwany : Benar
Soal : Syaikh Ali Al Halaby juga
Syaikh Mahmud : Iya benar kita akan mengusahakannya.
Soal : Padahal sudah diketahui bersama bahwa Syaikh Ali Al Halaby
tertuduh dengan faham irja’ serta memuji Ahli Bid’ah semisal Muhammad
Hassan.
Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Na’udubillah dari perkataan ini, la haula wala quwwata illa billah.
Pertama : Berkaitan dengan Syaikh Ali terutama yang ada sangkut pautnya
dengan masalah ini serta apa yang didengungkan seputar tuduhan irja’ :
Pertama ketika seorang peunutut ilmu kecil datang menghembuskan was-was
terhadap seorang Al ‘Allamah seperti Syaikh Ali Al Halaby yang memiliki
kitab lebih dari 60 judul baik berupa karangan maupun tahqiqan (bahkan
setelah Syaikh Ali Abu Haniyyah dalam kitab tuhfatu tolibil aby
menghitung karya ilmiyyah Syaikh Ali Al halaby jumlahnya ternyata lebih
dari 204 judul, dan ini terjadi sekitar th 2011 adapaun sekarang wallahu
a’lam-pent), ia datang berbicara terhadap seorang yang ‘alim dengan
keutamaan seperti ini ???
Kemudian Syaikh Ali Al Halaby ini adalah manusia yang paling utama di
madrasah Imam Al Albani, apakah kalian ingin menjatuhkan martabat
madrasah imam Al Albani dengan cara menjatuhkan martabat para ulama’ di
madrasah tersebut ???
Kalian ingin menjatuhkan martabat Syaikh Masyhur yang memiliki karya
tulis yang sangat banyak sekali, serta ingin menjatuhkan Syaikh Ali Al
Halaby dengan perkataan seperti ini, kemudian apa sebabnya ???
Baiklah, aku dikarenakan masalah ini, duduk mencari membahas apa-apa
yang berkaitan dengan Syaikh Ali Al Halaby . Aku mencari aqidah lelaki
ini , apakah memang benar Syaikh Ali Al Halaby mengatakan pemahaman
irja’. (Syaikh Mahmud Ar Ridwany adalah seorang Doktor spesialis aqidah
alumni Unversitas Islam Madinah-pent).
Mereka berbicara masalah irja’. Apabila masalah iman adalah masalah yang
belum tentu jelas di sisi para ahli ilmu, sampai disana memungkinkan
ada “konsekwensi omongan” yang bisa kalian ambil dari setiap ulama’ yang
berbicara dalam masalah ini sebagaimana yang akan kita lihat. (Padahal
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan dalam majmu’ Fatawa 20/217 :
“Yang benar ; madzhabnya manusia bukan dianggap madzhabnya jika ia tidak
multazim dengannya, dan jika ia mengingkari madzhab tersebut maka
penisbatan madzhab tersebut kepadanya adalah merupakan kedustaan”.-Pent)
Lantas bagaimana engkau menuduh orang semisal Asy Syaikh Al ‘Allamah Ali
Al Halaby sebagai orang yang menganut faham irja’ ??? kemudian irja’
mana yang engkau maksudkan, irja jahmiyyah ataukah irja’ fuqoha’ ataukah
perkataan irja’ yang engkau fahami sedangkan itu tidak dimaksudkan oleh
Syaikh Ali Al Halaby ???
Sekarang kita bicara permasalahan irja’ terlebih dahulu.
Kami mencari di internet aqidah Syaikh Ali Al Halaby. Saya terus terang
yang mencari langsung, saya duduk mencari aqidah Syaikh Ali hanya ada
saya dan diri saya padahal disana ada tuduhan terhadap beliau. Dan
biarkan kami memberikan hak Syaikh Ali, Al ‘Allamah Asy Syaikh Ali Al
Halaby inilah yang pantas diberikan bagi beliau serta ilmu beliau.
Kami mendapati bahwa sebab dari munculnya tuduhan ini adalah keluarnya
fatwa dari Lajnah Daa’imah terhadap kitab beliau, kitab ini adalah At
Tahdzir Min Fitnatit Takfir.
Dan saya membaca perkataan Syaikh Ali Al Halaby saya juga membaca fatwa
Lanah Daa’imah. Akan tetapi, kalian marilah melihat bersamaku dengan
sederhana apa yang menjadi aqidah Syaikh Ali Al Halaby –kita tidak akan
membicarakan dengan rinci perkataan beliau, akan tetapi hanya apa yang
saya ambil dari internet-.
Di dalam sebuah makalah yang mana Syaikh Ali Al Halaby berbicara di
dalamnya tentang masalah iman & irja’ yang terbaru. Tentu saja
mereka sejak dulu berusaha menjatuhkan madrasah Syaikh Al Albani dengan
cara menjatuhkan Syaikh Ali Al Halaby & Syaikh Masyhur Hasan Salman
& para ahli ilmu di sana.
Beliau Syaikh Ali mengatakan, “Aku heran sekali terhadap sebagian
manusia yang masih saja membicarakan tuduhan irja’ ini padahal telah
berlalu bertahun-tahun yang lalu”.
Beliau Syaikh Ali telah menulis kitab Tanbihat Mutawa’imah & Ar Rad
Al Burhani untuk menepis tuduhan kala itu. Kemudian beliau melanjutkan :
“Telah menghubungi aku belum berlalu 24 jam pada waktu dhuha hari ini
kamis 3 rabi’ul awwal 1431H seorang ‘alim yang kami cintai &
memiliki keutamaan, beliau termasuk taman-taman negri dua kota suci.
Beliau –semoga Allah memberkahi ilmu serta amal beliau- meminta dariku
supaya aku menulis aqidahku yang gamblang tentang masalah iman pada
secarik kertas dengan tanpa bertele-tele dan tanpa menyertakan
cabang-cabangnya sebagai bentuk bantahan terhadap sebagian pencela di
sisi beliau, maka aku sangat berbahagia –semoga Allah membalas bagi
beliau dengan sebaik-baik balasan-. Maka aku mengatakan –dan Allah-lah
tempat berlindung-“.
Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Dengarkan oleh kalian, kalian telah
mempelajari permasalahan iman dengan sangat mendetail sekali dan dengan
materi yang sangat rinci yang telah kita bicarakan. Materi ini telah
menjelaskan pada kita dengan rinci permasalahan irja’, permasalahan
khawarij, permasalahan aqidah ahlus sunnah wal jama’ah dalam iman,
serta pokok iman dan pembatalnya dan juga jenis-jenis kekufuran.
Hukumilah oleh kalian sendiri perkataan Syaikh Ali Al Halaby beliau
mengatakan :
“Aku katakan –dan hanya Allah tempat berlindung- dalam rangka menjawab pertanyaan pertama & kedua”
Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Yaitu pihak kedua yang meminta dari beliau
agar menuliskan aqidah beliau dalam masalah iman dengan ringkas. Karena
masalah iman jika kalian bicarakan dengan menukil perkataan ibnu
Taimiyyah, Ibnu Qayyim Al jauziyyah atau yang lainnya. Maka pembicaraan
akan menjadi sangat panjang, dan akan menimbulkan konsekwensi omongan
yang kalian fahami dari pihak yang berbicara, padahal dia tidak
memaksudkannya. Inipun bisa terjadi terhadap Ibnu Taimiyyah sekalipun,
maksudnya ada konsekwensi pembicaraan Ibnu Taimiyyah yang membutuhkan
penjelasan. Dan kami telah menjelaskan hal ini dalam kitab
“Minnaturrahman”.
Syaikh Ali Al Halaby mengatakan, “Aku meyakini dengan hak dan secara meyakinkan”.
Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Lihatlah perkataan lelaki ini, murji’ ??? Al
‘Allamah Asy Syaikh Ali Al Halaby apakah perkataan ini dikatakan oleh
kalian sebagai perkataan irja’ ??? dan aku sedang mengajak bicara para
penuntut ilmu yang mempelajari masalah iman dengan sangat rinci.
Syaikh Ali Al Halaby mengatakan, “Sesungguhnya aku meyakini dengan hak
dan terperinci berdasarkan ilmu dan penelitian berdasarkan pembahasan
& muraja’ah bahwa :
1- “Iman adalah perkataan, amalan, serta keyakinan”.
Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Kalau begitu apa maksudnya, keyakinan dalam
hati, perkataan dengan lisan, serta amalan dengan anggota badan.
Syaikh Ali Al Halaby, “Dan bahwasanya amal merupakan asas di dalam iman”.
2- “Bahwasanya iman itu bertambah dan berkurang”.
3- “Dan bahwasanya iman itu memiliki tingkatan ada yang menjadi wajib, rukun serta mustahab’.
4- “Dan aku tidak menggunakan lafadz “Syarat”.
Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Maksud beliau, apakah amal itu merupakan
syarat sahnya iman ataukah syarat sempurnanya iman, saya tidak
menggunakan istilah ini selama-lamanya.
Syaikh Ali Al halaby, “Saya tidak menggunakan lafadz syarat sah atau
syarat kesempurnaan, tidak pula menggunakan istilah jinsul amal, tidak
pula menggunakan lafadz Aslun ataupun Far’un atupun lafadz-lafadz baru
lainnya dan juga istilah-istilah baru lainnya yang menyebabkan
terjadinya perpecahan di kalangan ahlis sunnah serta menggembirakan
ahlil ahwa’ dari kalangan khawarij serta cecunguk-cecunguknya”.
Syaikh Mahmud Ar Rdwany : Apa pendapat kalian dengan perkataan beliau
ini ??? Beliau tidak mengatakan syarat sah maupun syarat kesempurnaan
iman. Ini adalah aqidah ahlus sunnah wal jama’ah, karena siapa saja yang
menggunakan istilah syarat sah & syarat kesempurnaan mereka adalah
orang-orang yang sesat dari kalangan murji’ah ahli kalam. Yang
menggunakan istilah ini adalah penganut ilmu kalam yang mewajibkan
sesuatu.
Ketika mereka mengatakan pada kalian syarat sah & syarat
kesempurnaan, jadi kamu mengeluarkan amal dari cakupan iman. Barang
siapa mengatakan pada kamu syarat sah & syarat kesempurnaan serta
menggunakan lafadz-lafadz seperti ini maka ia telah salah besar. (karena
syarat menurut istilah usul bukan termasuk bagian dari masyruth seperti
wudhu misalnya bukan bagian dari shalat. Maka jika menggunakan istilah
amal merupakan syarat sahnya iman atau syarat sempurnanya iman berarti
telah mengeluarkan amal dari cakupan iman-pent).
Yang mempelajari kitab “Minnaturrahman” yang mempelajari permasalahan
iman dengan rinci. Orang yang mengatakan pada kamu : saya tidak
menggunakan lafadz syarat sah, syarat kesempurnaan, tidak pula lafadz
jinsul amal tidak pula cabang. Dan dia mengatakan pada kalian ; Iman itu
memiliki pokok yang akan menyebabkan kafir jika ditinggalkan &
memiliki cabang yng tidak menyebabkan kafir jika ditinggalkan . . . dan
pembagian iman menjadi pokok & cabang, pembagian agama menjadi pokok
& cabang, dan permasalahan jinsul amal, syarat sah, syarat
kesempurnaan, semua istilah-istilah ini,
Ini dia Syaikh Ali mengatakan dengan jelas : “Aku tidak mengatakannya
dan tidak menggunakan istilah-istilah baru ini. Akan tetapi aku
mengatakan Amal merupakan asas di dalam iman serta rukun diantara
rukun-rukun iman”.
Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Bagaimana kita mengatakan ini irja’ ? Beliau
kemudian mengulangi perkataan yang sama yang dikatakan oleh Syaikhul
islam Ibnu Taimiyyah serta nukilan yang sangat banyak dari Syaikhul
islam.
Ini sudah mencukupi, beliau menyatakan kepada engkau terang-terangan.
Kalaupun seandainya beliau mengatakan sebuah perkataan yang engkau
fahami/ambil dari perkataan beliau sebuah konsekwensi yang terbersit di
benakmu bahwa beliau mengatakan perkataan irja’.
Konsekwensi ini bagian dari perkataan manusia biasa (jika memang benar
bisa dijadikan konsekwensi) dan bukan merupakan konsekwensi kecuali jika
Syaikh Ali Al Halaby menetapkannya. Padahal Syaikh Ali Al Halaby tidak
mengakui konsekwensi yang engkau fahami itu.
Jika demikian bagaimana bisa engkau memasukannya dalam ranah irja’ ???
Namun marilah bersama kita lihat fatwa Lajnah Daa’imah. Kalian adalah
para penuntut ilmu, kalian akan dengan cepat menyingkap perkataan yang
ditanyakan oleh si penanya dan menyingkap kesalahan yang dilakukan oleh
si penanya terhadap Lajnah Daa’imah. Si penanya mengatakan :
(Sebagian penanya bertanya tentang dua kitab At Tahdzir min Fitnatil
Ghuluuw Fit Takfir dan kitab Shaihatu Nadzir oleh Ali Hasan Al Halaby
dan bahwasanya kedua kitab tersebut menyeru kepada madzhab irja’ yang
mana amal bukan merupakan syarat sah dari iman).
Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Apa pendapat kalian wahai syabab/wahai para
pemuda ? Aib itu ada pada si penanya sendiri. Sepantasnya penanya ini
untuk dicela serta dibantah. Hendaknya mereka mengatakan pada si penanya
ini ; siapa yang mengatakan bukan syarat sah atau syarat kesempurnaan,
ini lafadz-lafadz yang baru yang bid’ah.
Kalian menginginkan agar Syaikh mengatakan lafadz-lafadz bid’ah untuk
kemudian kalian salahkan ? kezaliman macam apa ini ? Oleh karena itu
kesalahan datang dari si penanya dan juga pada persetujuan dari Lajnah
Daa’imah terhadap penanya seperti ini dengan tanpa ada pengingkaran
terhadap masalah (syarat sah) serta (syarat kesempurnaan).
Dan mengingat bahwa Lajnah Daa’imah di Saudi Arabia adalah Lajnah yang
terpercaya, dan aqidahnya adalah aqidah ahlis sunnah sehingga manusia
menyangkan bahwa Lajnah Daa’imah ini ma’sum dari kesalahan. Padahal
Syaikh Ibnu Utsaimin menyalahkan Lajnah Daa’imah & banyak sekali
Masyayikh di kerajaan Saudi Arabia menyalahkan Lajnah Daa’imah atas
fatwanya terhadap Syaikh Ali Al Halaby.
Sampaipun seandainya ada seseorang bertanya kepadaku tentang pertanyaan
ini dia mengatakan ; Syaikh Ali Al Halaby menyerukan bahwa amal bukan
merupakan syarat sahnya iman ?
Perkataan ini benar, karena Syaikh Ali Al Halaby mengatakan ; “Amal
merupakan asas di dalam iman serta salah satu rukun dari rukun-rukun
iman”. (Karena syarat bukan bagian dari sesuatu, sedangkan rukun bagian
dari sesuatu, oleh karenanya ketika kita mengatakan amal adalah syarat
iman, maka berarti kita mengeluarkan amal dari cakupan iman hal ini
berbeda jika kita mengatakan amal merupakan rukun dari rukun-rukun
iman-pent).
Ini jawaban pertama yang seharusnya dikatakan oleh Lajnah Daa’imah. Maka
barangsiapa mencela Syaikh Ali Al Halaby disebabkan kata-kata “Amal
bukan merupakan syarat sah iman”, Syaikh Ali tidak mengeluarkan amal
dari cakupan iman sama sekali. Akan tetapi amal itu –sebagaimana yang
kita lihat dari perkataan Syaikh Ali- merupakan bagian dari iman.
Setelah itu, masalah yang dibicarakan oleh Lajnah Daa’imah/lanjutan teks
pertanyaan pada fatwa Lajnah Daa’imah (Kemudian Ali Al Halaby
menisbatkan hal tersebut kepada ahlis sunnah bahwasanya amal bukan
merupakan syarat sah iman).
Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Seolah-olah madzhab ahlis sunnah itu menetapkan bahwa amal merupakan syarat sah iman ha ha ha , , ,
(Dan Ali Al Halaby membangun kedua kitabnya dengan nukilan-nukilan dari Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah yang telah dimanipulasi).
Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Lalu ia menuduh lelaki ini (Syaikh Ali) telah
memanipulasi perkataan Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah. Padahal aqidah
Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa amal merupakan rukun di
dalam iman, dan beliau tidak menggunakan lafadz syarat sah maupun syarat
kesempurnaan. Karena istilah syarat sah maupun syarat kesempurnaan
merupakan madzhab irja’.
Maka si penanyalah yang seharusnya dituduh irja’ bukan Syaikh Ali Al Halaby !
Oleh karenanya yang seringkali melariskan hal ini adalah penuntut ilmu
kecil dikarenakan kesalahan yang terjadi pada Lajnah Daa’imah, demikian
pula dilariskan oleh orang-orang yang bertujuan hendak menghancurkan
madrasah Syaikh Al Albani.
Asy Syaikh Al Albani tidak diketahui seorangpun yang mampu memerangi
beliau atau menghabisi beliau. Mengingat kekuatan ilmu beliau lebih
besar dari negri-negri . . . lebih besar dari ilmu yang dihasilkan oleh
negri-negri.
Dan aku katakan dengan tanpa berlebihan bahwa kesungguhan & jasa
Syaikh Al Albani di dalam mentahqiq hadis-hadis rasul serta membelanya
lebih utama dari universitas Al Azhar secara keseluruhan. Aku tidak
berlebihan bahkan aku katakan lebih utama dari kesungguhan yang
dikerahkan di kerajaan Saudi Arabia, bahkan di seluruh negri-negri
seluruhnya.
Orang seperti Syaikh Al Albani bagaimana engkau akan menhancurkannya ?
dengan cara menghancurkan murid-murid di madrasahnya ! Karena setelah
Syaikh Al Albani wafat tentu madrasahnya masih terus berlanjut melalui
murid-muridnya yang telah beliau didik dan mereka telah menghasilkan
karya-karya ilmiyyah yang sangat banyak.
Maka menjatuhkan madrasah Syaikh Al Albani di dalam meneruskan tongkat
estafet untuk membela hadis-hadis nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
berarti menjatuhkan sunnah rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
serta memalingkan manusia dari madrasah Syaikh Al Albani dikarenakan
kesalahan yang terjadi pada sebagaian para ulama yang berfatwa di Lajnah
Daa’imah.
Dialihbahasakan secara bebas oleh abul aswad al bayaty
Bayat, 26 shafar 1434H/9 januari 2013M
Di ambil dari catatan Ustadz Abul Aswad Al Bayaty
Tidak ada komentar:
Posting Komentar