JAKARTA (gemaislam) – Syaikh Ali Hasan Al Halabi
memenuhi undangan pemerintah Indonesia untuk memberi nasihat kepada para
narapidana kasus terorisme. Tujuan utama diundangnya ulama asal Yordania itu
agar pemahaman-pemahaman menyimpang yang dianut oleh pengusung ideologi
terorisme bisa hilang dan diharapkan segera bertaubat.
Alhamdulillah, setelah Syaikh Ali Hasan Al Halabi
mengunjungi Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan dan Cipinang, sebagian besar
napi terorisme antusias mendengar dan mau menerima nasihat murid senior Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al Albani itu. Hal ini beliau ungkap dan jelaskan saat
berbincang dengan pembawa acara TV One di acara Apa Kabar Indonesia Malam pada
Sabtu (14/12) kemarin. Berikut ini transkrip wawancara lengkapnya:
Bagaimana reaksi anda ketika sudah bertemu
dengan para napi teroris di Indonesia?
Mereka sebenarnya sangat mencintai agama Islam. Ada yang
baik hatinya, tapi pemahaman mereka yang harus diluruskan, dan mereka belum
memahami hukum jihad dengan benar, maka jalan dialog ini Insya Allah akan
berguna.
Ulasan apa yang dibahas kepada teroris napi ini yang
Syaikh anggap tidak sesuai dengan makna jihad yang sesungguhnya?
Ada 3 pertanyaan penting yang diajukan kepada mereka:
Pertama: Apakah Rosul pernah melakukan kekerasan ataupun
jihad pada masa di Makkah?
Kedua: Apakah sesudah hijrah ke Madinah Rosul pernah
menyerang seseorang sebelum berdakwah kepada mereka?
Ketiga: Apakah Rosul dalam dua periode tersebut pernah
melakukan aksi tipu muslihat dalam menyerang?
Penjelasan atas tiga pertanyaan ini adalah jawaban yang pas
dan benar yang membahas mengenai jihad. Pada masa Makkah tidak ada jihad dan
perang. Karena kondisi pada saat itu masih sangat lemah, tidak ada kekuatan.
Kaum muslimin saat ini juga sangat lemah, terlebih lagi mereka warga sipil
sangat lemah. Perlu di tambahkan, nabi tidak pernah berjihad sebelum menyampakan
dakwah.
Sementara kaum radikal melakukan aksi-aksi yang mereka
namakan jihad tanpa di dahului dakwah secara damai. Ini bertentangan dengan
sunnah dan manhaj nabi shollallahu ‘alaihi wasallam. Selama hidupnya nabi tidak
pernah melakukan tipu muslihat, kecuali dalam peperangan. Sementara kaum
radikal mengambil tipu muslihat tersebut pada aksi-aksi mereka.
Bagaima tanggapan mereka para napi kepada anda? Apakah
terjadi perdebatan?
Mereka ada 3 kelompok, level terendah adalah mereka yang
paling arogan. Tetapi mayoritasnya dapat menerima apa yang saya sampaikan.
Ada lagi kelompok yang ragu-ragu, dan terlihat khawatir. Khawatir karena tidak
memiliki keahlian dan bergantung kepada pemimpinnya.
Apakah ada kemauan untuk berubah atau penyesalan dari
para napi?
Kalaupun ada perubahan hanya Allah yang mengetahuinya,
tetapi kami dapat merasakan bahwa mayoritas mereka dapat menerima kebenaran.
Banyak dari mereka yang memberikan pendapat, berdiskusi dan saya telah
memberikan jawaban-jawaban. Bahkan terjadi diskusi yang panjang dan alot.
Tetapi kesimpulannya diterima dan Ketika kesimpulan itu dikemukakan mereka
umumnya terdaim. Pertemuan selama 2 sampai 3 jam tidak cukup dan
diperlukan pertemuan-pertemuan kedepannya.
Saat ini ada sejumlah kelompok muda yang
bertransformasi jadi kelompok teroris, menurut Syaikh apa yang
menjadi kelompok-kelompok ini bisa berkembang khususnya di Indonesia?
Memang benar bahwa kita harus melakukan
pencegahan-pencegahan sebelum melakukan aksi-aksi, karena pada umumnya watak
negara Indonesia adalah sangat baik, mereka sangat mencintai agama islam,
mereka para teroris mengeksploitasi sifat bangsa Indonesia itu. Mereka berusaha
meyakinkan warga bahwa faham yang mereka bawa adalah faham yang benar. Cara
yang digunakan umumnya mereka adalah cara yang menyentuh emosi.
Syaikh mengatakan harus ada pencegahan-pencegahan
khusus di negara Asia seperti Indonesia, seperti apa terapi tersebut?
Yang terpenting adalah berdialog dengan para pemimpin
mereka, disamping itu adalah menerjemahkan buku-buku dari negara-negara Arab
untuk mengkounter pemahaman mereka, menulisakan atau mengupload tulisan
tersebut ke internet. Perlu diberi peluang yang banyak kepada ulama agar dapat
menjejelaskan bahwa pemahaman-pemahaman ini sangat berbahaya bagi umat, dan
bahwa aksi mereka bukan jihad sama sekali.
Sejumlah pihak menilai bahwa aksi terorisme ini bisa
dikaitkan dengan Salafi jihadi? Apakah bisa dikaitkan?
Salafiyah artinya pemahaman sebagaimana yang dipahami
salafushalih, salafi bukan partai dan bukan organisasi. Salafi adalah ajakan
dakwah yang mengaitkan antara kaum muslimin dengan para ulama, yang
dasar-dasarnyanya sangat memperhatikan keamanan dan ketentraman. Dasarnya juga
adalah mengajarkan pemahaman yang benar kepada sesama manusia. Menerima
pemahaman tanpa fanatik pada salah satu mahzab. Aksi-aksi atas nama jihad dan
atas namaSalafiyah itu adalah bukan salafiyah.
Jadi sangat bertolak belakang?
Benar bahwa aksi-aksi kekerasan itu sangat bertentangan
dengan salafiyah, karena salafiyah berdasarkan dengan keimanaan dan keamanan.
Apa pesan damai untuk Indonesia agar terhindar dari
aksi terorisme?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar