Jumat, 25 April 2014

BANYOLAN KAUM SYI'AH (bag 8) - Burung Pipit Ahlus Sunnah !!, & Belut Terkutuk Menjadi Haram Karena Menolak Keimamahan Syi'ah


Diantara banyolan kaum Syi'ah adalah kebencian mereka terhadap Ahlus Sunnah yang tidak terkontrol, sampai segala hal yang berkaitan dengan ahlus sunnah juga ikut dimusuhi dan dibenci. Diantara hewan yang terkena korban kebencian Syi'ah adalah seekor burung yang dicurigai mencintai ahlus sunnah (Abu Bakar dan Umar).

           Nikmatullah Al-Jazaairi menyampaikan sebuah riwayat dari Al-Baqir tentang proses penciptaan manusia dari thiin (tanah yang tercampur air), dimana Allah membedakan tanah-tanah yang digunakan untuk menciptakan manusia.

Al-Baaqir berkata :

"Diantara apa yang diciptakan oleh Allah adalah tanah yang baik, lalu Allah mengeluarkan dari air yang segar, tawar, dan jernih, lalu Allah menawarkan keimaman kami Ahlul Bait kepada tanah tersebut dan diterima oleh tanah tersebut. Maka Allahpun mengalirkan air yang segar tadi di atas tanah tersebut selama 7 hari, lalu Allah menutupi tanah tersebut dengan air secara menyeluruh. Setelah itu Allah mengangkat air dari tanah itu, lalu Allah mengambil sari dari thin (tanah yang telah tercampur air) tersebut lalu Allah menjadikannya thin untuk menciptakan para imam 'alaihim as-salaam. Lalu Allah mengambil dari sebagian thin tersebut untuk menciptakan syi'ah kita. Kalau seandainya Allah membiarkan thin kalian sebagaimana kondisinya sebagaimana Allah membiarkan thin kami maka kalian dan kami (para imam) merupakan satu kesatuan.

Aku berkata : Wahai cucu Rasulullah, apa yang dilakukan oleh Allah pada thin kami?.". Al-Baaqir berkata, "Aku kabarkan kepadamu wahai Abu Ibrahim. Setelah itu lalu Allah menciptakan tanah rawa yang buruk serta bau. Lalu Allah keluarkan darinya air yang asin. Lalu Allah menawarkan keimaman kita Ahlul bait kepada tanah itu, akan tetapi tanah tersebut tidak menerimanya. Maka Allahpun mengalirkan air asin itu ke atas tanah tersebut selam 7 hari hingga air asin tersebut telah meliputi seluruh tanah itu. Lalu Allah mengangkat air dari tanah itu dan Allah mengambil inti sari dari tanah tersebut lalu Allah ciptakan darinya para pembangkang dan para imam mereka. Lalu Allah mencampurkan dengan sedikit dari thin kalian. Kalau seandainya thin mereka dibiarkan tanpa dicampur dengan thin kalian maka mereka tidak akan mengucapkan syahadatain, mereka tidak akan sholat, berpuasa, membayar zakat, berhaji, tidak akan menunaikan amanah, serta mereka tidak akan menyerupai kalian dalam segi rupa. Dan tidak ada perkara yang paling dibenci oleh seorang mukmin lebih dari tatkala ia melihat rupa musuhnya seperti rupanya…" (Al-Anwaar An-Nu'maaniyah 1/207)

Lalu Al-Baaqir berkata

"Apa yang engkau lihat dari syi'ah kita ada yang berzina, melakukan homo seksual, meninggalkan sholat atau puasa atau haji atau jihad, atau berkhianat, atau melakukan salah satu dari dosa-dosa besar ini maka itu bersumber dari thin-nya kaum nashib (ahlus sunnah-pen) dan dari unsurnya yang telah dicampurkan padanya. Karena dari asal Nashib (ahlus sunnah), unsurnya, serta thin-nyalah terjadinya dosa-dosa, perbuatan-perbuatan keji, dan dosa-dosa besar.

Dan apa yang engkau lihat dari ahlus sunnah yang rajin sholat, berpuasa, membayar zakat, berhaji, berjihad, dan pintu-pintu kebaikan, maka itu bersumber dari thin-nya seorang mukmin (syi'ah), dan dari asal yang telah dicampurkan padanya, karena asal seorang mukmin, unsurnya, dan tanahnya dilakukan kebajiakn-kebajikan" (Al-Anwaar An-Nu'maniyah 1/207)

Lihatlah riwayat dongeng di atas, yang begitu menunjukkan pelecahan dan penghinaan terhadap ahlus sunnah yang terciptakan dari tanah yang kotor dan bau yang bercampur air asin yang tidak segar. Bahkan segala kebaikan yang dilakukan oleh Ahlus Sunnah bersumber dari campuran thin milik syi'ah. Sebaliknya seluruh kebusukan syi'ah bersumber dari thin-nya ahlus sunnah !!!

           Akan tetapi yang menjadi perhatian kita adalah, kenapa tanah-nya ahlus sunnah busuk dan buruk??. Sebabnya adalah tatkala tanah ahlus sunnah ditawarkan keimaman ahlul bait, ternyata tanah tersebut menolak. Akhirnya dosa tanah tersebut bersambung kepada ahlus sunnah !!!.

Tatkala Nikmatullah Al-Jazaairi mengomentari penolakan tanah Ahlus Sunnah terhadap keimamahan ahlul bait, beliau berkata :

"Perkataan Al-Baaqir : "Maka Allahpun menawarkan kepada tanah tersebut keimamahan kami ahlul bait…" menunjukkan bahwa Allah memberikan kepada benda mati semacam perasaan dan pemahaman….dan tanah yang tidak menerima keimamahan ahlul bait maka akan menjadi tanah yang asin dan bau, tidak ada tempat untuk memasukan kebaikan sama sekali. Dan keimamahan telah ditawarkan kepada ikan-ikan, ikan yang menerimanya maka akan menjadi ikan yang berkah dan halal untuk dimakan, adapun ikan yang tidak menerimanya maka jadi ikan yang buruk, haram untuk dimakan, tidak memakannya kecuali al-Mukholifun (ahlus sunnah) seperti belut dan yang semisalnya. Demikian pula burung-burung, karena sesungguhnya telah diriwayatkan bahwasanya ada sejenis burung kecil (burung pipit) yang mencintai si fulan dan fulan (Yaitu Abu Bakar dan Umar-pen), burung tersebut adalah sunni (ahlus sunnah) maka hendaknya dibunuh dengan cara apapun dan dibinasakan serta dimakan. Dan demikian pula bermodel-model makhluk, buah-buahan, manis dan pahit, dan sayur-sayuran" (Al-Anwaar An-Nu'maaniyah 1/211)



Lihatlah khurofat Syi'ah ini yang tiada tandingannya….!!!., sangat nampak khurofat syi'ah dari beberapa sisi :

Pertama : Allah menciptakan ahlus sunnah dari tanah yang buruk dan bau yang dicampurkan dengan air yang asin. Berbeda dengan syi'ah yang diciptakan dari tanah yang baik, subur, serta dicampur dengan air yang segar dan tawar serta jernih.

Sejak awal, tanah sumber penciptaan ahlus sunnah sudah diciptakan oleh Allah sebagai tanah yang buruk dan bau busuk, tentunya tatkala tanah tersebut ditawarkan oleh Allah dengan keimamahan ahlul bait maka otomatis tanah tersebut menolak, karena sudah diciptakan dalam kondisi buruk dan busuk !!.

Kedua : Semua kebaikan yang ada pada ahlus sunnah pada hakekatnya bersumber dari cuplikan tanahnya syi'ah yang tercampurkan ke tanah ahlus sunnah??!!.

Ketiga : Semua keburukan syi'ah (jika ada anggota syi'ah yang berzina, merampok, mencuri, dan dosa-dosa besar yang lainnya) maka semuanya bersumber dari campuran tanah ahlus sunnah yang buruk dan busuk !!!

Keempat : Allah menawarkan keimamahan ahlul bait kepada seluruh makhluk, tanah, ikan, buah-buahan, sayuran, dll. Jika makhluk tersebut menolak dan tidak beriman dengan keimamahan ahlul bait maka makhluk tersebut menjadi buruk atau menjadi haram. Diantaranya adalah belut yang terkutuk menjadi hewan yang buruk dan haram dimakan karena tidak menerima keimamahan…sehingga belut hanya dimakan oleh ahlus sunnah ??!!. Demikian juga buah-buahan kalau ada yang pahit maka akibat terkutuk karena menolak keimamahan ahlul bait??

Sungguh tidak ada khurofat yang lebih hebat daripada ini !!

Kelima : Ternyata burung pipit adalah hewan ahlus sunnah !!!. Hanya karena burung pipit tersebut cinta kepada Abu Bakar dan Umar??!!.

Ini menggambarkan kedunguan ulama syi'ah yang masyhur ini (Nikmatullah Al-Jazaairi).

-         Bagaimana dia bisa percaya kalau burung pipit mencintai Abu Bakar dan Umar??. Dari mana dia mendapatkan dongeng ini??

-         Bukankah burung pipit akan berkembang biak dan beranak pinak?. Kalau burung pipit yang mencintai Abu Bakar dan Umar hendaknya dibinasakan dan dibunuh serta dimakan, maka tentunya tidak semua burung pipit menjadi korban. Bisa saja ada burung-burung pipit yang lain yang beragama syi'ah dan mencintai Al-Khumaini dan Abu Lu'lu' Al-Majusi??

Ini menunjukkan betapa bencinya Syi'ah kepada Ahlus Sunnah !!. Bahkan hewan yang tidak berakal saja jika disinyalir mencintai ahlus sunnah maka dibinasakan??!!. Lantas bagaimana dengan ahlus sunnah itu sendiri??!!. Karenanya wajar jika Nikmatullah Al-Jazaairi menganggap Ahlus Sunnah lebih buruk daripada anjing !. Ia berkata :

"Adapun Nashibi (*ahlus sunnah)…., makna nashibi yang datang dalam riwayat-riwayat bahwasanya ia adalah najis, dan lebih buruk daripada seorang yahudi, nasharani, dan majusi, dan ia adalah kafir najis berdasarkan ijmak ulama imamiyah (syi'ah/rofidhoh)…, dan pendapat yang dipilih oleh mayoritas Ashaab (ulama syi'ah) bahwasanya yang dimaksud dengan nashibi adalah orang yang menegakan permusuhan kepada ahlu bait Muhammad dan nampak kebencian mereka sebagaimana yang ada pada khawarij…." (Al-Anwaar An-Nu'maaniyah 2/210)

Ia berkata juga:

"Dan telah diriwayatakan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya tanda orang-orang nashibi adalah mendahulukan selain Ali atas Ali…maksudnya yaitu mendahukulan selain Ali di atas Ali yaitu dengan cara meyakini hal tersebut dan memastikan…."

Ia berkata juga :

"Dalam riwayat-riwayaat bahwasanya Ali bin Yaqthin –ia adalah perdana mentri Harun Ar-Rosyiid- telah terkumpul dipenjaranya sekelompok mukholifin/penyelisih (*ahlus sunnah), dan Ali bin Yaqthiin adalah termasuk tokoh syi'ah. Maka iapun memerintahkan anak buahnya, maka merekapun merobohkan atap penjara agar menimpa orang-orang yang dipenjara tersebut (*yaitu ahlus sunnah) maka merekapun seluruhnya mati. Jumlah mereka sekitar 500 orang. Maka Ali bin Yaqthin ingin terbebaskan dari akibat urusan darah mereka, lalu iapun mengirim surat kepada al-Imam al-Kazhim 'alaihis salaam (*untuk bertanya kepadanya), maka Al-Kazhim menulis kepadanya jawaban suratnya : "Bahwasanya jika engkau mengirim surat kepadaku sebelum engkau membunuh mereka maka engkau tidak akan membayar apapun karena membunuh mereka, akan tetapi karena engkau tidak bertanya kepadaku maka hendaknya engkau membayar kaffaroh/denda, atas setiap lelaki yang engkau bunuh diantara mereka dengan seekor kambing, dan kambing lebih baik darinya". Lihatlah diyat/denda yang sangat rendahan ini, tidak sebanding dengan denda saudara bungsu mereka yaitu anjing pemburu, karena diyat/denda membunuh anjing pemburu adalah 20 dirham. Dan tidak pula sebanding dengan diyat/denda membunuh saudara sulung mereka yahudi atau majusi yaitu 800 dirham. Dan kondisi mereka (ahlus sunnah) di akhirat lebih rendah dan lebih najis"  (Demikian perkataan Ni'matullah al-Jazaarir dalam kitabnya Al-Anwaar An-Nu'maaniyah 2/212)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar