Dalam
sebuah Diskusi dengan salah seorang anggota Hizbut Tahrir Ana bertanya
bahwa kenapa kalian mendiamkan pemberontakan di yaman yang hendak
memisahkan diri dari khilafah islamiyyah demikian pula
pemberontakan-pemberontakan lainnya dan hanya mengarahkan pedang
permusuhan kalian kepda dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang
kalian labeli dengan gelar Wahhabi?
Maka berikut jawaban dia -secara makna- “
a.
Bahwa kami tidak memepersoalkan pemberontakan di yaman sebab yang
melakukannya adalah syiah zaidiyyah adapun Muhammad bin Abdul Wahhab
mengaku ahlus sunnah.
b.
Kemudian Muhammad bin Abdul Wahhab telah keluar dari ketaaatan kepada
khilafah karena -taruhlah saat itu- Najd tidak dalam pengaruh khilafah
utsmaniyyah tapi menjadi kewajiban seorang muslim untuk berbaiat dan
taat ketika khilafah itu sudah berdiri. Dan bagaimana dengan dia
mencaplok Hijaz
Kemudian
dia membawakan contoh bahwa Sultan Banten dan Sultan Mataram telah
mengirim surat kepada Penguasa Utsmany agar mengakui kesultanan mereka.
Kemudian
dia membawakan hadits “barangsiapa yang keluar dari al jama’ah
sejengkal kemudian mati maka matinya adalah mati jahiliyyah”
c.
Kemudian dia membawakan hadits “Seseorang itu bersama teman dekatnya
maka lihat salah seorang dari kalian siapa yang jadi teman dekatnya” dan
kemudian dia menyebutkan bahwa teman dekat Wahhabi itu adalah Amerika
sedang Amerika itu teman dekat zionis jadi Wahhabi itu temannya zionis,
yakni sama-sama membenci tegaknya khilafah.
Maka berikut ini jawaban dari perkataan mereka di atas
Pertama : silahkan baca dua artikel berikut :
Siapakah Wahabi
Sejarah Najd dan Hubungannya dengan Daulah ‘Utsmaniah
Kedua Pembicaraan
kita saat ini adalah penyebab runtuhnya Daulah Utsmany bukan hanya
membahas tentang da’wah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, sehingga
seorang yang obyektif tentu akan menyebutkan sebab-sebab runtuhnya
Daulah Utsmany secara menyeluruh bukan hanya melimpahkan kesalahan
kepada satu pihak -kalaulah kita terima bahwa da’wah Syaikh adalah salah
satu sebab runtuhnya Daulah Utsmany-
kemudian cermati betul fakta berikut ini
-
Dinasti Utsmany telah melemah jauh sebelum munculnya da’wah syaikh
bahkan sebelum syaikh lahir,di tandai dengan perjanjian dengan rusia
tahun 1110 H (syaikh muhammad lahir tahun 1115)
-
Banyaknya gerakan separatis yang berniat memisahkan diri dari khilafah utsmany seperti yang terjadi di yaman oleh kaum syiah zaidiyyah
-
Pemerintahan saat itu telah disusupi oleh pihak-pihak asing yang makin melemahkan khilafah dan pemerintahnya.
-
Adanya gerakan Revolusi yang dikomandoi oleh Mustafa Kemal Pasha
Ketiga,
Jadi ketika telah dipahami bahwa banyak hal yang menjadi penyebab
runtuhnya Daulah Utsmany kemudian ada yang hanya mengarahkan pedang
permusuhannya kepada satu pihak -kalaupun kita terima bahwa da’wah
syaikh jadi sebab runtuhnya utsmany dan akan datang bahwa itu tidak
benar,- maka pertanyaannya ada apa dan kenapa? ini adalah keanehan pertama,
jawaban dia sebagaimana di atas bahwa karena mereka Syiah jadi mereka tidak perlu di bahas dan ini adalah keanehan kedua,
terus kalau Syiah kenapa? bukankah justru karena mereka adalah syiah
maka permusuhan kalian harusnya lebih besar sebab di samping andil
mereka ikut meruntuhkan daulah utsmany juga karena lisan-lisan mereka
yang kotor dan hitamnya hati-hati mereka terhadap keutamaan dan
kemuliaan sahabat, apakah Daulah Utsmany lebih layak untuk kalian bela
dari pada mertua-mertua, menantu dan para penolong Rasulullah. Begitu
hebat permusuhan kalian terhadap da’wah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
yang bukan hanya menda’wahkan tegaknya tauhid tapi juga bangkit membela
kehormatan sahabat dengan membeberkan kesalahan dan kesesatan syiah
bahkan beliau menulis satu risalah khusus yang membantah syiah, sungguh
ini sebuah perkara yang sangat aneh dan ajaib. Jika kalian mengarahkan
pistol kepada da’wah syaikh Muhammad maka harusnya terhadap Syiah kalian
mengarahkan meriam dan senapan mesin, tapi yang terjadi adalah
sebaliknya, bukan celaan atau tuduhan yang syiah dapatkan dari
(tokoh-tokoh) Hizbut Tahrir akan tetapi pujian dan pembelaan dan tawaran
kerja sama.
Salah seorang tokoh Hizbut Tahrir yang bernama Muhammad1
ketika dia mencaci maki Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, pada saat
yang sama dia memuji tokoh besar Syi’ah Rafidhah, Al-Khumaini, dengan
pernyataannya: “Sesungguhnya dia (Al-Khumaini, pent) adalah seorang pemimpin bersejarah yang agung dan jenius…”
Dia juga memanggil Syiah sebagai saudara dan mencela sahabat Mu’awiyyah bin Abu Sufyan dengan
dengan
statemennya yang dia ucapkan dalam sebuah selebaran resmi yang
dikeluarkan CDLR dari London pada hari Kamis 22 Syawwal 1415 H / 23
Maret 1995 M berkata -setelah mencela Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
dan Syaikh bin Baz – “ Ketiga : berkaitanm dengan Mu’awiyah bi Abu Sufyan, saya telah menyebutkan dalam jawaban saya terhadap pertan nyaan salah seorang saudara kami dari Syiah yang hadir bahwa saya memandang Mu’awiyyah seorang perampas. Dan saya yakin dia pasti menerima balasan dari Allah di hari kiamat atas kejahatan yang telah dilakukannya.”
Demikianlah
keadaan Hizbut Tahrir dan teman mereka Syiah Raafidhah, dan kita tahu
bagaimana besarnya permusuhan Syiah Raafidah terhadap Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab dan da’wah beliau. Jadi hadits “Seseorang itu bersama teman dekatnya maka lihat salah seorang dari kalian siapa yang jadi teman dekatnya”
sangat cocok diterapkan terhadap Hizbut Tahrir dan Syiah dengan bahu
membahunya mereka memerangi da’wah tauhid syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab.
Keempat,
bahwasanya yang pertama kali menggunakan Istilah Wahhabi dengan tujuan
menjelekkan da’wah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah musuh-musuh
islam dari kalangan kaum kuffar dari kalangan orientalis khususnya
inggris.
Dr. Nâshir Tuwaim mengatakan :
استخدم المستشرقون السابقون مصطلح ( الوهابية ) أو مصطلح ( الوهابي ) أو ( الوهابيون ) في مؤلفاتهم ومقالاتهم للدلالة على حركة الشيخ محمد بن عبد الوهاب ومن انتمى إليها ، بل إن بعضهم جعله في عنوان كتابه مثل : بوركهارت وبرايدجس وكوبر ، أو في عنوان مقالته مثل : ولفرد
بلنت ، ومارجليوث ، وصمويل زويمر ، وتوماس باتريك هيوس ، وصمويلي ، وجورج
رنتز ، مع اعتراف بعضهم بأن هذه التسمية أطلقت عليها من أعدائها ، وأن
المصطلح ليس بمستخدم عند أتباع الشيخ محمد بن عبد الوهاب
“Kaum
Orientalis terdahulu, menggunakan istilah ‘Wahhâbiyyah, atau istilah
Wahhâbî, atau Wahhâbis’ di dalam tulisan-tulisan dan makalah-makalah
mereka untuk menyandarkan (menisbatkan) istilah ini kepada gerakan dan
yang berintima’ kepadanya. Bahkan Beberapa diantara mereka menjadikan istilah ini sebagai judul buku mereka, semisal Burckhardt, Brydges dan Cooper, atau sebagai judul makalah-makalah mereka, seperti Wilfred Blunt, Margoliouth, Samuel Zwemer, Thomas Patrick Hughes, Samalley dan George Rentz.
(Mereka melakukan hal) bersamaan dengan pahamnya mereka bahwa penamaan
(wahhabi) ini disandarkan kepada mereka oleh musuh-musuh (syaikh
Muhammad dan pengikutnya) padahal istilah ini tidak dipakai (dikenal)
oleh para pengikut Syaikh Muhammad Ibn ‘Abdul Wahhâb.
……
أما توماس باتريك هيوس فقد ذكر أن ( الوهابية ) فرقة إصلاحية مسلمة أسسها محمد بن عبد الوهاب ، وأن ”
Muhammadans ” ” أعداءهم لا يريدون تسميتهم بالمحمديين
المسلمين ” ، ولذا ميزوهم باسم أبي الشيخ ، وسموهم بالوهابيين
-
AdapunThomas Patrick Hughes telah menyebutkan bahwa “Wahhâbiyyah” adalah gerakan perbaikan Islâm yang didirikan oleh Muhammad Ibn ‘Abdul Wahhâb, Dan sesungguhnya musuh-musuh mereka tidak mau menamakan mereka “Muhammadiyyah” (Muhammadans), malahan, mereka menyandarkannya ke nama ayah Syaikh dan merekapun menyebutnya ‘Wahhâbî’,… [Thomas Patrick Huges, Dictionary of Islam, hal. 59].….
-
ويشير جورج رنتز في مقالة أخرى إلى أن مصطلح ( الوهابية ) اسم دعوة إصلاحية حديثة في الجزيرة العربية ، وأنه مصطلح يتجنبه أتباع دعوة الشيخ محمد بن عبد الوهاب ؛ لأنهم يرونه مصطلحا أطلقه أعداء الدعوة ، للإيهام بأنها فرقة جديدة خارج حظيرة أهل السنة .
Dan
diisyartakan oleh George Rentz di artikelnya yang lain bahwa istilah
(Wahhabi) adalah nama Da’wah Pembaharuan di Semenanjung Arab, dan bahwa
istilah ditolak oleh pengikut da’wah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab,
karena mereka melihat bahwa istilah (wahhabi) ini diluncurkan oleh musuh
da’wah dengan tujuan menipu (kaum muslimin dengan menggambarkan) bahwa
sesungguhnya da’wah (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab) adalah kelompok
baru yang keluar dari ruang lingkup Ahlus Sunnah.
[Lihat: Nâshir ibn Ibrâhîm ibn ‘Abdullâh Tuwaim, Asy-Syaikh Muhammad ibn ‘Abd`ul Wahhâb: Hayâtuhu wa Da’watuhu fi`r Ru`yâ al-Istisyrâqiyya: Dirôsah Naqdîyyah (Riyadh:
Kementerian Urusan Keislaman, Pusat Penelitian dan Studi Islam,
1423/2003) hal. 86-7. Buku ini juga dapat dilihat secara online di http://islamport.com/d/3/amm/1/100/2213.html] .
Jadi
yang memberi nama pertama kali adalah musuh-musuh da’wah tauhid yakni
dari kaum orientalis kuffar dan dalam hal ini, Syi’ah, Sufiyyah, IM, HT
telah berkolaborasi dengan mereka dalam melabeli da’wah Syaikh dengan
gelar Wahhabi, padahal kalau mau jujur harusnya pengikutnya di namakan
“Muhammady” sebab nama beliau adalah Muhammad. Jadi “al mar’uma’a dini
khalilih – seseorang itu bersama agama teman dekatnya”
Kelima. Bahwasanya
Daulah Utsmany ternyata tidak mengakui atau memasukkan dalam najd
wilayah kekuasaan mereka -sebagaimana penjelasannya dalam artikel Sejarah Najd dan Hubungannya dengan Daulah ‘Utsmaniah2- tapi bersamaan dengan itu ternyata raja saudi pun pernah mengirim surat kepada Sulthan atau penguasa Utsmany
Abdullah bin Su’ud menulis surat yang berisi pujian kepada Sultan Mahmud al-Ghozi sebagai berikut :“Dengan
nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.. Segala puji
hanyalah milik Alloh yang menjadikan bagi penyakit akut ada obatnya,
yang mencegah dan menangkis niat buruk musuh-musuh (agama) dengan
perdamaian dan perbaikan, yang mana kedua hal ini merupakan penghalang
terjadinya kekacauan yang membinasakan. Sholawat dan Salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada makhluk yang paling mulia dan yang paling
suci, Muhammad penutup para nabi, yang menyampaikan sebaik-baik berita.
Wa ba’d, Saya thowaf mengelilingi Ka’bah, yang merupakan cita-cita
seorang hamba, yang mana (Ka’bah ini) merupakan ambang pintu negeri kami
yang merupakan poros tujuan setiap daerah yang ada, yang merupakan ruh
dari jasad alam semesta sebagai tempat berlezat-lezat orang-orang Hijaz
dan Badui, yang menjadi tempat transit bagi orang-orang yang melakukan
perjalanan baik pada sore maupun pagi hari, (wahai) orang yang memberi
arahan, manusia yang menjadi pengelihatan bagi mereka, yang mana orang
yang gelisah dapat tertidur pulas di bawah naungannya, yang mana orang
yang berakal dan bijaksana kembali di bawah pengayomannya, yang mana
akhlaknya lebih halus daripada hembusan semilir angin di pagi hari, dan
karisma yang menarik para pelayar untuk datang, (wahai) sultan dua
daratan dan raja dua samudera, yang muncul pandangannya dari tempat yang
tinggi, (wahai) Sultan putera dari Sultan, Tuan kami Sultan Mahmud
al-Ghozi, Saya menghaturkan permintaan saya dengan permohonan yang amat
sangat, yaitu apabila hambamu ini dari kaum muslimin, (memohon dirimu
agar) tiada henti-hentinya memenuhi syarat-syarat Islam, yaitu
meninggikan kalimat syahadat, menegakkan sholat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan dan pergi haji ke Baitullah al-Haram, serta
mencegah dari kezhaliman…”
Lihat : ad-Daulatu as-Su’udiyah al’Uula karya sejarawan Syaikh Abdurrahim bin Abdurrahim, hal. 393-393, sebagaimana di dalam kitab Fushul min Siyasatis Syar’iyyah
Keenam,
Adapun masalah peperangan dengan negeri-negeri hijaz maka itu adalah
serangan balasan setelah sebelumnya Dir’iyyah di serang duluan oleh
mereka. Silahkan baca kisah lengkapnya dalam sebuah ensiklopedi sejarah berjudul “Mausu’ah Muqotil Min Ash-Shohro” dan bisa diakses secara online di web resminya http://www.moqatel.com
sebagian fakta secara yang terdapat dalam ensiklopedi tersebut telah dipaparkan oleh Al Ustadz Sofyan Chalid Ruray -hafizhahullah- dalam buku beliau yang berjudul Salafi Antara Tuduhan dan Kenyataan buku yang merupakan bantahan dan untuk membongkar kedustaan-kedustaan Idahram dalam buku gelapnya yang berjudul Sejarah Berdarah Sekte Salafyi Wahhabi
beragam kedustaan dia kumpulkan di dalam bukunya tersebut yang oleh
sebagian orang menjadikannya rujukan. Sungguh sangat patut dikasihani
ketika mereka menjadikan kedustaan sebagai dasar pijakan mereka.
Ketujuh, adapun
tuduhannya bahwa Wahhabi berteman dekat dengan Amerika dan Zionis maka
sungguh sekali lagi mereka membangunnya di atas pijakan yang rapuh dan
tanpa bukti. Mereka hanya melihat bahwa ketika Saudi bermu’amalah dengan
Amerika maka merekapun berteriak, lihatlah pertemanan mereka dengan
syetan Amerika, hal ini akibat jauhnya mereka dari ilmu fiqih dan
penjelasan para ulama seputar hukum mu’amalah dan isti’anah dengan kaum
kafir. Hal ini telah dibantah dengan jelas oleh Al Ustadz Luqman
Ba’abduh dalam buku beliau Mereka Adalah Teroris.Tapi
demikianlah, bukan ahli bid’ah namanya kalau tidak punya pembelaan
meskipun dengan mencari-cari dalil yang bisa dipelintir kesana kemari.
Wallahu A’lam
dari berbagai sumber, di antaranya :
-
Salafi Antara Tuduhan dan Kenyataan, Al Ustadz Sofyan Chalid Ruray, penerbit Toobagus Publishing Cet Ke2 Ramadhan 1432 H
-
Mereka Adalah Teroris, Al Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh, Pustaka Qaulan Sadida Cetakan ke 2, Dzulqa’dah 1426 H
-
Majalah Asy Syariah Vol. II /No. 22/1427 H
1Sayang
sekali Al-Mis’ari yang telah mengumumkan kebenciannya terhadap daulah
tauhid serta ulamanya dan merasa gerah hidup di tengah-tengah muslimin,
justru rela dan merasa tentram tinggal di negeri kufur dengan
perlindungan hukum dari mereka. Ada pembelaan dari mereka bahwa Muhammad
Mis’ari bukanlah syabab HT dan ada juga yang bilang kalau dia keluar
dari HT pada tahun 1990. insya-Allah akan datang penjelasannya
2Penelitian
pembagian daerah-daerah kekuasaan Daulah ‘Utsma-niyyah, dari sebuah
cacatan resmi Turki yang berjudul: Qawanin Ali ‘Utsman Durr Madhamin
Daftar Diwan (Undang-undang Dinasti ‘Utsmani yang dikandung oleh catatan
sipil negeri tersebut) karya Yamin ‘Ali Afnadi, seorang penanggung
jawab resmi catatan sipil Al-Khaqani pada tahun 1018 H, bertepatan
dengan tahun 1690 M. Catatan tersebut disebarkan Sathi’ Al-Hashri
melalui buku Negara-negara Arab dan Daulah ‘Utsmaniyyah.
Melalui catatan resmi tersebut, diketahui dengan
jelas bahwasanya sejak awal abad ke-11 H, Daulah ‘Utsmaniyyah terbagi
menjadi 32 propinsi, 14 di antaranya adalah propinsi-propinsi Arab. Dan
daerah Najd tidak termasuk dalam 14 bagian tersebut, kecuali hanya
wilayah Al-Ahsa`, itupun jika kita menganggap Al-Ahsa` merupakan bagian
dari Najd. (lihat kitab Al-Biladul ‘Arabiyyah wa Ad-Daulah
Al-‘Utsmaniyyah, karya Sathi’ Al-Hashri hal. 230-240; dan Intisyaru
Da’wati Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Kharija Al-Jazirah
Al-’Arabiyyah, karya Muhammad Kamal Jam’ah, hal. 13)
Sehingga atas dasar penjelasan di atas, sangat tidak
benar jika pergerakan dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab t
merupakan gerakan pemberontakan terhadap penguasa yang sah pada waktu
itu. Karena Najd berada di luar daerah teritorial Daulah ‘Utsmaniyyah.
Namun yang ada adalah upaya pembenahan dan penataan
kembali daerah Najd dan negeri-negeri yang di bawah naungannya, yang
sebelumnya telah dipenuhi berbagai macam keterpurukan, baik dalam bidang
keagamaan yang mayoritas umat dan negeri-negeri di Najd telah melakukan
praktek-praktek kesyirikan, bid’ah dan khurafat, maupun dalam bidang
sosial politik dan keamanan yang dipenuhi dengan pembunuhan, penindasan,
dan saling menyerang satu terhadap yang lainnya.
Dengan pergerakan dakwah tauhid Asy-Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab t, Najd berubah menjadi sebuah kekuatan besar yang
mengkhawatirkan musuh-musuh tauhid, baik dari kalangan penjajah ataupun
dari kalangan ahlul batil, baik tashawwuf ataupun kaum Syi’ah Rafidhah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar