Kamis, 01 Mei 2014

Ketika Syaikh Ali Hasan Al Halabi Memenuhi Undangan Resmi Pemerintah Indonesia



Usaha pemerintah Indonesia untuk memberantas ajaran terorisme nampaknya mulai ada perubahan dalam hal trik dan cara. Setelah selama ini pemerintah menangani kasus terorisme  dengan kekerasan, kini ditempuh dengan jalur diskusi dari hati kehati.
Metode pemberantasan terorisme dengan cara nasehat dan diskusi ini telah terlebih dahulu dilakukan oleh pemerintah Arab Saudi, bahkan disana ada tim khusus yang beranggotakan para ulama yang sangat mumpuni dalam keilmuan.





Awal bulan ini, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Agama, Badan Penanggulangan Terorisme, dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementrian Hukum dan HAM mengundang tiga ulama yaitu Syaikh Ali Hasan Al Halabi asal Yordania, Syaikh Najih Ibrahim dan Syaikh Hisyam An Najjar asal Mesir. Ketiga ulama ini akan memberikan pencerahan dan meluruskan pemahaman terorisme yang dianut oleh pala pelaku teror.




"Kedatangan dua ulama dari Mesir dan Jordania itu, diharapkan bisa meluruskan kekeliruan penafsiran Islam yang dipahami narapidana teroris itu. Apalagi, dua ulama dari Mesir itu adalah mantan tokoh Jemaah Islamiyah yang sudah menghentikan metode kekerasan dalam  doktrinnya," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai, Sabtu (7/12), seperti dikutip Tribun News.




Mereka akan datang ke Lapas Nusakambangan dan Lapas Cipinang Jakarta untuk menemui dan memberikan nasihat kepada para narapidana kasus terorisme agar taubat dan kembali kepada ajaran yang benar. Ketiga ulama itu berada di Indonesia sejak Sabtu (7/12) kemarin hingga Sabtu pekan depan (14/12).




Rencananya, para ulama itu akan memberikan nasehat kepada  2 tokoh  yang berstatus sebagai narapidana terorisme yaitu Abu Bakar Ba’asyir dan Aman Abdurrahman.





Tanggapan Para Pembela  Aksi Terorisme

Kabar datangnya 3 ulama Timur Tengah itu membuat geger dan gerah para pembela ajaran terorisme. Berbagai upaya dan usaha pembentukan opini publik dilakukan untuk memberikan anggapan seolah-olah apa yang telah dilakukannya adalah benar.




Hujatan dan makian langsung diarahkan kepada pemerintah Indonesia sebagai pihak yang mengundang, dan berikutnya adalah kepada ulama yang diundang, terutama Syaikh Ali Hasan Al Halabi.




Syaikh Ali Hasan Al Halabi dianggap sebagai seorang ulama yang mematikan dan meredupkan Jihad di Indonesia. Hal ini terjadi karena selama ini, para pembela ajaran terorisme menganggap perbuatan pengrusakan, pengeboman fasilitas umum dan pembunuhan adalah jihad.




Tak ketinggalan, mereka juga menukil fatwa dari ulama yang tergabung di Lembaga Fatwa Arab Saudi yang pernah mengeluarkan fatwa tentang menyimpangnya salah satu karya Syaikh Ali Hasan Al Halabi. Tentu ini adalah upaya pembentukan opini agar seolah-olah Syaikh Ali Hasan Al Halabi adalah orang yang sesat, padahal, jika jujur, para pembela ajaran terorisme ini sangat keras sekali permusuhannya  kepada para ulama yang duduk dalam lembaga fatwa Arab Saudi.




Pembahasan tentang fatwa kepada Syaikh Ali Hasan Al Halabi bukan disini tempatnya, yang jelas sikap baik para ulama besar Arab Saudi kepada Syaikh Ali Hasan Al Halabi menunjukkan bahwa mereka saling memuji dan menghormati. Hal itu dibuktikan ketika Syaikh Ali Hasan Al Halabi mengisi daurah di Trawas Mojokerto pada bulan Juni lalu, langsung didatangi oleh Syaikh Sa’ad Asy Syatsri (anggota ulama besar Arab Saudi), yang saat itu berada di Indonesia, keduanya kemudian duduk berdampingan dan menyampaikan ceramah dihadapan peserta daurah.




Kenapa pemerintah Indonesia mengundang Syaikh ali Hasan Al Halabi?, jawabannya adalah karena beliau termasuk ulama yang memiliki banyak karya dalam menjelaskan kekeliruan ajaran terorisme, selain itu beliau juga termasuk murid senior ulama besar ahli hadits abad ini, Syaikh Muhamamd Nashiruddin Al Albani. Sedangkan Syaikh Najih Ibrahim dan Syaikh Hisyam An Najjar adalah ulama mantan petinggi Jamaah Islamiyah di Mesir.



Harapannya, semoga kedatangan para ulama ini membuahkan hasil yang maksimal. aamiin. (Budi Marta Saudin)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar