JAKARTA (gemaislam) - Dunia ini adalah tempat ujian,
terlebih lagi bagi kita yang hidup di akhir zaman. Dalam sebuah hadits dijelaskan
betapa sulit dan berat ujian bagi orang-orang yang hidup di akhir zaman, sampai
disebutkan oleh Nabi bahwa orang-orang yang istiqamah menjalankan syari’at Rabbul
‘alamin seperti menggenggam bara api.
Sufyan Ats-Tsauri yang hidup di abad ke 2 Hijriyah merasa
berada di dalam zaman keterasingan, tentu zaman ini yang berada di abad ke 15
hijriyah lebih asing lagi. Tetapi ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wassallam: “fa thuubaa lil ghurabaa.” Beruntunglah bagi orang-orang yang
asing.
Syaikh Ali Hasan Al Halabi memberikan nasihat tentang fitnah
atau ujian yang dihadapi oleh seorang muslim dalam acara tabligh akbar yang
diadakan di masjid Istiqlal pada Ahad (16/09) mulai pukul 09.00 s/d 12.00
WIB Dengan tema “Sikap Seorang Muslim Dalam Menghadapi Fitnah dan Solusinya.”
Dalam acara tersebut dihadiri oleh 120 ribu kaum muslimin. Mereka berasal dari
Jabodetabek, Jawa Barat, jawa tengah, Lampung, dan beberapa daerah lainnya.
Beliau mengatakan bahwa fitnah (ujian) terbesar ummat saat
ini yang perlu diwaspadai adalah bid’ah.
“Satu fitnah (ujian) besar yang perlu diwaspadai adalah
bid’ah, sebagaimana telah dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah (Al quran), sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Nabi, seburuk-buruk perkara (dalam urusan agama)
adalah sesuatu yang diada-adakan, setiap yang diada-adakan adalah sesat dan
setiap kesesatan adalah di neraka tempatnya,” jelas Syaikh Ali.
Kemudian beliau banyak menukil hadits-hadits yang
menjelaskan tercelanya bid’ah, seperti hadits yang di riwayatkan oleh Aisyah
dan Irbadh bin Sariyyah radhiyallahu ‘anhuma, serta menukil beberapa perkataan
ulama dari generasi salaf.
“Hasan bin Athiyah berkata bahwa tidaklah suatu kaum
melakukan kebid’ahan kecuali akan menghilangkan sunnah, yang akhirnya sunnah
akan mati sedangkan bid’ah tumbuh subur,” jelas Syaikh yang memiliki nama
kunyah Abul Harits.
Sebagian orang-orang bodoh, lanjut Syaikh Ali Hasan,
menafsirkan bid’ah dengan maksiat, padahal bid’ah dengan maksiat adalah
berbeda.
“Setiap bid’ah adalah maksiat tetapi tidak setiap maksiat
itu bid’ah,” papar Syaikh Ali Hasan.
Beliau pun memberikan contoh, seperti orang yang berzina,
maka dia telah berbuat maksiat tetapi tidak berbuat bid’ah. Hal ini berbeda
dengan orang yang melakukan amalan yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada
Allah tetapi dengan tanpa petunjuk atau contoh dari Nabi, maka ia berbuat
bid’ah.
Setiap bid’ah adalah sesat, tidak ada bid’ah yang baik, hal
ini telah dijelaskan oleh Rasulullah (sebagaimana telah dijelaskan tadi),
sahabat, dan para ulama dari generasi salaf.
“Seorang sahabat Nabi, Ibnu Umar mengatakan bahwa setiap
bid’ah adalah sesat meskipun manusia menganggapnya adalah kebaikan. Juga ada
perkataan imam Malik yang terkenal, bahwa siapa saja menganggap ada bid’ah yang
baik maka dia telah menuduh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah
mengkhianati risalah, karena sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman:
pada hari ini telah Ku sempurnakan bagimu agama-mu (QS Al Maidah: 3),” ujar
Syaikh Ali Hasan.
Masih kata Syaikh Ali Hasan, apakah ketika Rasulullah
mengatakan semua bid’ah itu sesat kemudian masih saja ada yang menganggap
bid’ah yang baik? Apakah ketika sahabat Ibnu Umar mengatakan semua bid’ah itu
sesat kemudian masih saja ada yang menganggap bid’ah yang baik? Apakah ketika
imam Malik mengatakan semua bid’ah itu sesat kemudian masih saja ada yang
menganggap bid’ah yang baik?.
Adapun orang-orang yang menganggap adanya bid’ah yang
baik/bid’ah hasanah itu berdasarkan pemahaman yang keliru dari perkataan Umar
bin Khatthab.
“Maksud dari perkataan Umar tentang sebaik-baik bid’ah
adalah ini (sholat tarawih berjamaah) adalah bukan bid’ah menurut istilah
syar’i, tetapi hanya pengertian bid’ah secara bahasa, karena pada hakekatnya
shalat tarawih berjamaah bukanlah bid’ah, karena Nabi dahulu pernah
melakukannya hanya saja Nabi khawatir hal itu dianggap wajib oleh para
sahabatnya maka shalat tarawih tidak dilanjutkan lagi oleh Nabi, kemudian di
zaman Umar dihidupkan kembali,” kata Syaikh Ali Hasan.
Alasan lain dari para pembela bid’ah hasanah adalah sebuah
hadits Nabi: “Siapa yang melakukan satu sunnah hasanah (sunnah yang baik) dalam
Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkan
sunnah tersebut setelahnya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun.“
“Hadits ini sangat jelas. Tidak ada kaitannya dengan
bid’ah hasanah. Teks haditsnya berbunyi sunnah yang baik, bukan bid’ah yang
baik, apalagi sebab turunnya hadits tersebut adalah tentang shadaqah,” papar
Syaikh Ali Hasan dengan semangat.
Kemudian fitnah (ujian) besar berikutnya adalah perpecahan.
Hal ini sangat tercela, karena banyak ayat-ayat yang menerangkan tercelanya
perpecahan.
“Nabi menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi telah terpecah
menjadi 71 golongan, Nashrani terpecah menjadi 72 golongan dan umatku
(Islam) akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu,
yaitu mereka yang aku (Nabi) dan para sahabatnya diatasnya,” ujar Syaikh Ali
Hasan.
Hadits tersebut, kata Syaikh Ali Hasan, menunjukkan akan
wajibnya mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya
dalam segala hal, jika ingin selamat.
Kemudian Syaikh Ali Hasan menutup pembahasan dengan sedikit
memaparkan bahaya fitnah Dajjal, fitnah Syubhat dan Syahwat.
“Diantara Fitnah Syubhat saat ini yang banyak dihembuskan
oleh ahli kesesatan adalah faham penyatuan agama, yang menganggap bahwa semua
agama sama, juga fitnah Syi’ah Rafidhah, ajaran mereka berbahaya, mengkafirkan
para sahabat Nabi, Ummul Mukminin dan mengklaim sebagai pecinta ahlul bait.
Waspadalah kepada Syi’ah!, karena mereka berbahaya bagi ummat dan bangsa. Jika
mereka memiliki kekuatan, mereka akan memberontak seperti yang terjadi di
Lebanon dan Irak,” kata Syaikh Ali.
Adapun fitnah syahwat adalah berupa dunia, Syaikh Ali
Menjelaskan, dunia yang fana, kaum muslimin terlena dengan dunia, dunia
yang terlaknat, kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kemudian acara di tutup dengan beberapa Tanya jawab dari
peserta tabligh akbar. Setelah sholat dzuhur berjamaah, peserta yang hadir satu
persatu meninggalkan masjid. (bms)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar