Kamis, 01 Mei 2014

120 ribu Orang Hadiri Tabligh Akbar di Istiqlal, Syaikh Ali Hasan Berpesan Agar Kaum Muslimin Jauhi Bid’ah dan Perpecahan



JAKARTA (gemaislam) - Dunia ini adalah tempat ujian, terlebih lagi bagi kita yang hidup di akhir zaman. Dalam sebuah hadits dijelaskan betapa sulit dan berat ujian bagi orang-orang yang hidup di akhir zaman, sampai disebutkan oleh Nabi bahwa orang-orang yang istiqamah menjalankan syari’at Rabbul ‘alamin seperti menggenggam bara api.

Sufyan Ats-Tsauri yang hidup di abad ke 2 Hijriyah merasa berada di dalam zaman keterasingan, tentu zaman ini yang berada di abad ke 15 hijriyah lebih asing lagi. Tetapi ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam: “fa thuubaa lil ghurabaa.” Beruntunglah bagi orang-orang yang asing.
Syaikh Ali Hasan Al Halabi memberikan nasihat tentang fitnah atau ujian yang dihadapi oleh seorang muslim dalam acara tabligh akbar yang diadakan di masjid Istiqlal pada Ahad (16/09)  mulai pukul 09.00 s/d 12.00 WIB Dengan tema “Sikap Seorang Muslim Dalam Menghadapi Fitnah dan Solusinya.” Dalam acara tersebut dihadiri oleh 120 ribu kaum muslimin. Mereka berasal dari Jabodetabek, Jawa Barat, jawa tengah, Lampung, dan beberapa daerah lainnya.

Beliau mengatakan bahwa fitnah (ujian) terbesar ummat saat ini yang perlu diwaspadai adalah bid’ah.
“Satu fitnah (ujian) besar yang perlu diwaspadai adalah bid’ah, sebagaimana telah dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah (Al quran), sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi, seburuk-buruk perkara (dalam urusan agama) adalah sesuatu yang diada-adakan, setiap yang diada-adakan adalah sesat dan setiap kesesatan adalah di neraka tempatnya,” jelas Syaikh Ali.

Kemudian beliau banyak menukil hadits-hadits yang menjelaskan tercelanya bid’ah, seperti hadits yang di riwayatkan oleh Aisyah dan Irbadh bin Sariyyah radhiyallahu ‘anhuma, serta menukil beberapa perkataan ulama dari generasi salaf.

“Hasan bin Athiyah berkata bahwa tidaklah suatu kaum melakukan kebid’ahan kecuali akan menghilangkan sunnah, yang akhirnya sunnah akan mati sedangkan bid’ah tumbuh subur,” jelas Syaikh yang memiliki nama kunyah Abul Harits.

Sebagian orang-orang bodoh, lanjut Syaikh Ali Hasan, menafsirkan bid’ah dengan maksiat, padahal bid’ah dengan maksiat adalah berbeda.

“Setiap bid’ah adalah maksiat tetapi tidak setiap maksiat itu bid’ah,” papar Syaikh Ali Hasan.
Beliau pun memberikan contoh, seperti orang yang berzina, maka dia telah berbuat maksiat tetapi tidak berbuat bid’ah. Hal ini berbeda dengan orang yang melakukan amalan yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah tetapi dengan tanpa petunjuk atau contoh dari Nabi, maka ia berbuat bid’ah.

Setiap bid’ah adalah sesat, tidak ada bid’ah yang baik, hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah (sebagaimana telah dijelaskan tadi), sahabat, dan para ulama dari generasi salaf.

“Seorang sahabat Nabi, Ibnu Umar mengatakan bahwa setiap bid’ah adalah sesat meskipun manusia menganggapnya adalah kebaikan. Juga ada perkataan imam Malik yang terkenal, bahwa siapa saja menganggap ada bid’ah yang baik maka dia telah menuduh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengkhianati risalah, karena sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman: pada hari ini telah Ku sempurnakan bagimu agama-mu (QS Al Maidah: 3),” ujar Syaikh Ali Hasan.

Masih kata Syaikh Ali Hasan, apakah ketika Rasulullah mengatakan semua bid’ah itu sesat kemudian masih saja ada yang menganggap bid’ah yang baik? Apakah ketika sahabat Ibnu Umar mengatakan semua bid’ah itu sesat kemudian masih saja ada yang menganggap bid’ah yang baik? Apakah ketika imam Malik mengatakan semua bid’ah itu sesat kemudian masih saja ada yang menganggap bid’ah yang baik?.

Adapun orang-orang yang menganggap adanya bid’ah yang baik/bid’ah hasanah itu berdasarkan pemahaman yang keliru dari perkataan Umar bin Khatthab.

“Maksud dari perkataan Umar tentang sebaik-baik bid’ah adalah ini (sholat tarawih berjamaah) adalah bukan bid’ah menurut istilah syar’i, tetapi hanya pengertian bid’ah secara bahasa, karena pada hakekatnya shalat tarawih berjamaah bukanlah bid’ah, karena Nabi dahulu pernah melakukannya hanya saja Nabi khawatir hal itu dianggap wajib oleh para sahabatnya maka shalat tarawih tidak dilanjutkan lagi oleh Nabi, kemudian di zaman Umar dihidupkan kembali,” kata Syaikh Ali Hasan.
Alasan lain dari para pembela bid’ah hasanah adalah sebuah hadits Nabi: “Siapa yang melakukan satu sunnah hasanah (sunnah yang baik) dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkan sunnah tersebut setelahnya tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun.“

“Hadits ini sangat  jelas. Tidak ada kaitannya dengan bid’ah hasanah. Teks haditsnya berbunyi sunnah yang baik, bukan bid’ah yang baik, apalagi sebab turunnya hadits tersebut adalah tentang shadaqah,” papar Syaikh Ali Hasan dengan semangat.

Kemudian fitnah (ujian) besar berikutnya adalah perpecahan. Hal ini sangat tercela, karena banyak ayat-ayat yang menerangkan tercelanya perpecahan.

“Nabi menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi telah terpecah menjadi 71 golongan, Nashrani terpecah menjadi 72 golongan dan umatku  (Islam) akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu, yaitu mereka yang aku (Nabi) dan para sahabatnya diatasnya,” ujar Syaikh Ali Hasan.

Hadits tersebut, kata Syaikh Ali Hasan, menunjukkan akan wajibnya mengikuti Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya dalam segala hal, jika ingin selamat.
Kemudian Syaikh Ali Hasan menutup pembahasan dengan sedikit memaparkan bahaya fitnah Dajjal, fitnah Syubhat dan Syahwat.

“Diantara Fitnah Syubhat saat ini yang banyak dihembuskan oleh ahli kesesatan adalah faham penyatuan agama, yang menganggap bahwa semua agama sama, juga fitnah Syi’ah Rafidhah, ajaran mereka berbahaya, mengkafirkan para sahabat Nabi, Ummul Mukminin dan mengklaim sebagai pecinta ahlul bait. Waspadalah kepada Syi’ah!, karena mereka berbahaya bagi ummat dan bangsa. Jika mereka memiliki kekuatan, mereka akan memberontak seperti yang terjadi di Lebanon dan Irak,” kata Syaikh Ali.

Adapun fitnah syahwat adalah berupa dunia, Syaikh Ali Menjelaskan,  dunia yang fana, kaum muslimin terlena dengan dunia, dunia yang terlaknat, kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kemudian acara di tutup dengan beberapa Tanya jawab dari peserta tabligh akbar. Setelah sholat dzuhur berjamaah, peserta yang hadir satu persatu meninggalkan masjid. (bms)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar