Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah pernah berkata :
ثم
إن ( فقه الواقع ) الذي يقال عنه: إنه ( فقه الواقع ) يستند على إيش؟
يستند على الصحف والمجلات والإذاعات، وما أكثر الترويج في الصحف والمجلات
والإذاعات! فوسائل الإعلام اليوم لا يُمكن الاعتماد عليها، وربما يكون هناك
مخططات سابقة تغيّرت الأحوال حتى أصبحت هذه المخططات غير سليمة، وإذا
تأمّل العاقل فيما جرى من الأحداث خلال عشرين سنة تبيّن له أن جميع
التقديرات التي قُدِّرت أصبحت غير واقعية، لهذا نرى أن
إشغال الشباب عن التفقّه في دين الله عز وجل إلى التفقّه في الواقع
ومطاردة المجلات والصحف والإذاعات وما أشبه ذلك ... نرى أنه خطأ في المنهج
...
“Kemudian… sesungguhnya ‘fiqhul-waaqi’
yang mereka sebut itu, apa yang mereka jadikan sandaran padanya ?
(Apakah) menyandarkannya terhadap lembaran berita koran, majalah dan
siaran radio ? padahal kebanyakan berita yang beredar dalam koran,
majalah, dan siaran radio tidaklah benar. Berbagai media informasi saat
ini tidak bisa dijadikan sandaran. Boleh jadi berita-berita yang
tertulis di edisi sebelumnya telah berubah sehingga pada saat ini berita
tersebut sudah basi. Apabila orang-orang yang berakal memperhatikan
berbagai kejadian pada kurun
waktu duapuluh tahun terakhir ini, niscaya akan menjadi jelas baginya
bahwa seluruh prediksi yang mereka sebutkan tidak riil lagi. Dari sini
kami berpendapat bahwa menyibukkan/memalingkan para pemuda dari tafaqquh fii diinillah ‘azza wa jallaa (belajar ilmu agama Allah) kepada tafaqquh kepada waaqi’,
membolak-balik majalah, koran, mendengarkan siaran-siaran berita, dan
yang semisalnya…. maka itu adalah kesalahan dalam manhaj….” [Dari kaset
yang berjudul : Liqaa’ Abil-Hasan Al-Ma’ribiy ma’a Asy-Syaikh Ibni Baaz wa Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin].
Asy-Syaikh ‘Abdul-Malik Ramadlan Al-Jazaariy hafidhahullah berkata :
فلا
إله إلا الله! ما أعظم هذا المنهج وما أعدله وما أدقه! فاحرص على هذه
الدقة التي لست واجدها إلا عند السلفية، لأنها حققت منهج أهل الحديث
بجدارة، وليس مجرد انتساب لهم مع تأثّر بالغ بمناهج أخرى. وعلى هذا لا لوم
على السلفية إذا كانت لا ترفع رأساً بهذه الأخبار التي ملأت أدمغة الشباب
اليوم، ولا تطيب بها نفساً ولا تعوِّل عليها، مع التنبيه على أنه قد يستفاد
منها بعد تبيُّن صدقها من كذبها، وتُبنى عليها أحكام بالقرائن التي تحتفّ
بها، لكن تنبَّه
ـ أخي القاريء! ـ تنبَّه إلى قول الله تعالى: {وما يَعقِلُها إلا العالِمُون}، أي لا يقدر عليها إلا من جمع الله له بين التضلّع بعلم الكتاب والسنة حتى يصير مجتهداً، وبين قوة الفراسة وصدق التوسّم كما سبق بيانه
ـ أخي القاريء! ـ تنبَّه إلى قول الله تعالى: {وما يَعقِلُها إلا العالِمُون}، أي لا يقدر عليها إلا من جمع الله له بين التضلّع بعلم الكتاب والسنة حتى يصير مجتهداً، وبين قوة الفراسة وصدق التوسّم كما سبق بيانه
“Laa ilaha illallaah
!! Sungguh betapa agung, lurus, dan jelasnya manhaj ini ! Pegang
teguhlah kejelasan ini, karena engkau tidak akan mendapatinya kecuali
pada as-salafiyyah (manhaj salaf) karena ia menerapkan manhaj ahlul-hadits
yang sebenarnya. Bukan hanya sekedar pengakuan berintisab pada manhaj
salaf semata, namun terpengaruh dengan manhaj-manhaj yang lainnya. Oleh
karena itu, tidak ada cela bagi as-salafiyyah (salafiyyun)
apabila mereka tidak menengadahkan kepalanya (memperhatikan) terhadap
berita-berita yang telah memenuhi otak-otak para pemuda dewasa ini.
Mereka (salafiyyun) tidak senang/terhibur dengannya dan tidak pula
mempercayainya – walaupun kadangkala berita-berita tersebut bermanfaat
setelah dipilah antara yang benar dan yang dusta. Atas dasar itu maka
dibangunlah beberapa hukum berdasarkan qarinah-qarinah
(keterangan-keterangan) yang nampak. Akan tetapi berhati-hatilah –
wahai saudaraku para Pembaca – dengan mengingat firman Allah ta’ala : “dan tiada yang memahaminya kecuali orang yang berilmu”
(QS. Al-Ankabuut : 43). Yaitu tidak akan mampu memahami kecuali orang
yang telah Allah kumpulkan padanya pengetahuan tentang Al-Qur’an dan
As-Sunnah hingga ia menjadi seorang mujtahid (yang menghukumi berbagai waqi’ tersebut). Dan juga kekuatan firasat dan pandangan sebagaimana telah dijelaskan terdahulu” [Madaarikun-Nadhaar fis-Siyaasah – maktabah sahab].
Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadiy Al-Madkhaliy hafidhahullah berkata :
فمن
غلوّهم ومبالغاتهم التي لا عهد لأعلم علماء الإسلام بها تهويلهم بعلم
الواقع، وادعاؤهم وادعاء الصبيان منهم أنهم علماء الواقع، وتجنيدهم الشباب
لقراءة الصّحف والمجلاّت ومتابعة الإذاعة، وصرفهم بذلك عن حفظ الكتاب
والسّنة، والاشتغال بفقههما، وإشغالهم عن العلوم الشرعيّة
“Dan
termasuk sikap berlebih-lebihan mereka yang tidak pernah dikenal oleh
ulama Islam adalah intimidasi mereka yang mengatasnamakan ilmu waaqi’. Klaim mereka dan anak-anak mereka bahwa merekalah ulama waaqi’.
Mereka menginstruksikan para pemuda agar banyak membaca koran, majalah,
dan selalu mengikuti berita (radio dan televisi). Dengan hal itu mereka
memalingkan para pemuda dari hapalan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta
kesibukan dalam mempelajari keduanya dan ilmu-ilmu syari’ah lainnya” [Ahlus-Sunnah Hum Ath-Thaaifah Al-Manshuurah, hal. 76].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar