Rabu, 30 April 2014

KESESATAN AGAMA SEKTE SESAT SYIAH BAGIAN 5

KELOMPOK TAKFIRI BERNAMA SYIAH

 

 Takfiri berasal dari kata kaffara-yukaffiru, yang berarti menganggap seseorang sebagai kafir, murtad atau keluar dari agama Islam.

Kegiatan memvonis seseorang sebagai kafir itulah takfir. Dan pelaku yang sering melakukan ini disebut dalam bahasa indonesia sebagai takfiri.
Dalam rilis fatwa MUI tahun 2007 tentang 10 Kriteria Aliran Sesat. Salah satu poinnya berbunyi, “Mengkafirkan sesama muslim hanya karena bukan kelompoknya.”
Seringkali kita dapati kelompok Syiah sering melemparkan tuduhan takfiri kepada kelompok tertentu untuk menutupi dirinya bahwa sebenarnya merekalah yang takfiri. Selanjutnya mari kita telaah sumber-sumber primer dari Kitab-kitab ulama Syiah yang muktabar tentang ideologi takfir itu yang menganggap hanya merekalah yang suci.
Selain Syiah, Seluruh Manusia adalah Anak Pelacur
Dari Abu Ja’far beliau berkata kepada Abu Hamzah, “Demi Allah wahai Abu Hamzah, sesungguhnya seluruh manusia adalah anak pelacur kecuali Syiah kita.”
(al-Raudhah min al-Kafi, al-Kulaini, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Cet. 5, 1375 H, Juz 8, hal. 285)
Penduduk Makkah adalah orang kafir, Penduduk Madinah Lebih Najis dari Penduduk Makkah
Dari Sama’ah dari Abu Bashir, dari salah seorang dari keduanya berkata, “Sesungguhnya penduduk Makkah kafir kepada Allah secara terang-terangan. Dan penduduk Madinah lebih najis dari penduduk Makkah, lebih najis dari mereka 70 kali lipat.”
(al-Ushul min al-Kafi, al-Kulaini, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, Cet. Ke 3, 1388 H, Juz 3, hal. 410)
Imamah Pokok Agama, Yang Mengingkarinya Kafir
“Ada perbedaan antara orang yang kufur terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya dengan yang kufur terhadap para Imam alaihis salam. Dengan kepastian bahwa al-Imamah bagian dari pokok agama sesuai dengan keterangan ayat-ayat dan riwayat yang jelas yang menunjukkan itu secara ‘ainul yaqin (sangat pasti).”
“Pertama: Anda telah ketahui bahwa yang menyelisihi itu Kafir, tidak ada bagiannya dalam agama Islam sedikitpun sebagaimana yang telah kami jelaskan pada kitab kami al-Syihab al-Syaqib.”
(al-Hada’iq al-Nadhirah fi Ahkam al-‘Itrah al-Thahirah, Yusuf al-Bahrani, Dar al-Adhwa’, Beirut, hal. 136)
Mengingkari Satu Saja Imam Syiah Sudah Kafir, Sesat dan Kekal di Neraka
al-Majlisi berkata, “Ketahuilah, lafaz Syirik dan Kufur disandarkan pada orang yang tidak meyakini Imamah Amir al-Mukminin dan para Imam dari anak-anaknya dan  melebihkan orang lain atas mereka menunjukkan bahwa mereka kafir dan kekal di neraka.”
“al-Syaikh al-Mufid berkata dalam kitabnya al-Masa’il, golongan Imamiyah telah sepakat bahwa siapa yang mengingkari Imamah salah seorang dari para Imam dan menolak dari apa yang Allah wajibkan padanya berupa ketaatan maka dia telah kafir, sesat dan berhak untuk kekal di neraka.”
(Bihar al-Anwar, al-Majlisi, Mu’assasah Dar al-Wafa’ wa Ihya’ al-Turats al-‘Araby, Beirut, Cet. Ke 3, 1403 H, Juz 23, hal. 390)
Orang Nashibi Halal Darahnya, Bunuh Mereka
Dari Dawud bin Farqad, ia berkata, Saya bertanya kepada Abu Abdillah alaihis salam, Bagaimana pendapatmu mengenai membunuh Nashibi?, ia menjawab, “Halal darahnya. Tapi saya khawatirkan kamu, kalau bisa timpakan tembok padanya atau menenggelamkannya di air, supaya kamu tidak disaksikan, maka lakukanlah.” Saya bertanya lagi, Lalu bagaimana pendapatmu mengenai hartanya, beliau menjawab, “Ambillah sebisamu.”
(‘Ilal al-Syara’i’, al-Shaduq, Mansyuraat Mu’assasah al-A’lamy, Beirut, Cet. Pertama, 1408 H, hal. 326)
Nashibi itu Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Muh. Tijani al-Samawi berkata, “Cukuplah pengertian ini bahwa mazhab nashibi itu adalah mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah.”
(al-Syi’ah Hum Ahl al-Sunnah, Muhammad al-Tijani, Mu’assasah al-Fajr, London, Cet. Ke 10, 1423 H, hal. 161)

Doktrin ini Lalu Dibawa Ke Indonesia
Ideologi para pedahulu Syiah di atas tidak berbeda dengan ideologi Syiah masa kini. Doktrin itu dibawa mentah-mentah dan apa adanya. Yaitu doktrin Takfiri, mengkafirkan golongan lain dan menganggap hanya merekalah yang Islam atau hanya merekalah yang suci.
Para Sahabat Murtad Sepeninggal Nabi
 http://2.bp.blogspot.com/-WEN4KhLZ6sU/UOvinfEPPOI/AAAAAAAACcE/gY177Vbx7tw/s1600/At-Tanwir+Ad-Dhall+3+001.jpg
Setelah menukil hadis Haudh di atas dan tanpa menjelaskannya sesuai dengan Syarh para Ulama Muhadditsin, Jalaluddin Rakhmat yang merupakan Ketua Dewan Syuro IJABI ini menyimpulkan sendiri maksud hadis di atas, “Rasulullah sangat sedih, bahwa sahabatnya akan murtad sepeninggal dia.”
(Buletin al-Tanwir, Nomor: 298, Edisi Khusus Asyura: 27 Desember 2009/10 Muharram 1431 H, IJABI Jawa Barat, IJABI Sulsel dan Yayasan Muthahhari, “Bersama al-Husein: Hidupkan Kembali Sunnah Nabawiyyah.” Hal. 4)
Yang Tidak Mengenal Imam (Syiah) Mati Jahiliyah, Mati Di Luar Islam
 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6-f2xPQK-wRZKJ6lfILG4NwXy4-WP8onw3nyLSKKwDSoV13FWH7UI9c5yzSmf6MPV6gJP1GlgnsqDP3C0TRn4KUk8hByu32LLq9-eI-gONemT-XenmO4_rezlNrAN_lgm8hVdvMgAhMpk/s1600/Ahlus+Sunnah+Kafir.jpg
Begitu juga dengan Emilia Renita Az. Istri Jalaluddin Rakhmat ini menukil hadis dari kitab Ahlus Sunnah mengenai orang yang tidak berbai’at kepada seorang Khalifah lalu mati, maka ia mati dalam keadaan Jahiliyah. (Ahlus Sunnah saat ini bukan tidak mengakui keshahihan hadis shahih Muslim ini, atau tidak mau berbai’at kepada Khalifah, namun karena Khalifah yang mengayomi seluruh kaum Muslimin saat ini belumlah ada.)
Dalam buku 40 Masalah Syiah-nya di atas, Imam yang dimaksudkannya tentu Imam Syiah. Yang tidak mengenal Imam Syiah mati jahiliyah. Lalu ia simpulkan bahwa, “Mati jahiliyah itu mati di luar Islam.”
(40 Masalah Syiah, Emilia Renita Az, Editor: Jalaluddin Rakhmat, Cet. Ke 2, Oktober 2009, IJABI bekerjasama dengan The Jalal Center, hal. 98)
Karena itu, alangkah piciknya jika mereka masih saja memakai jargon seperti, “Syiah sekarang sudah beda, tidak seperti dulu lagi” dan masih membabi-buta menuduh kelompok tertentu sebagai takfiri.
(Muh. Istiqamah/lppimakassar.com)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar