Selasa, 29 April 2014

KEDUSTAAN TERHADAP SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB RAHIMAHULLAH




Tinjauan kritis dari Kitab Mutiara Cahaya Dalam Menolak paham Wahabi ( Durarus Saniyah Fir Raddi Alal Wahabiyyah karangan Ahmad Zaini Dahlan

Sudah menjadi sunnatullah bila dakwah tauhid dan para da’inya akan dimusuhi oleh para penentang. Alloh sudah tegaskan hal itu dalam firman-Nya:

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS. al-An’am: 112). Lihat juga surat al-Furqan ayat 31.

Di antara para da’i tauhid, bahkan merupakan tokohnya adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab . Tidak ada yang mengingkarinya kecuali orangorang yang berkumpul dalam satu gerbong penentang dakwah tauhid, dakwah para nabi. Lantaran itu beliau mendapat rintangan dan permusuhan bahkan tuduhan dusta seperti yang dialami para nabi, terutama nabi kita Muhammad Shalallallahu alihi wa sallam .

Salah satu tokoh musuh dakwah ,tauhid ini adalah Ahmad Zaini Dahlan, penulis kitab di muka. Sejatinya, kesesatan dan kedustaan kitab ini sudah sangat jelas, bagaikan matahari di siang bolong. Masalahnya, kitab tersebut dijadikan rujukan dan disebarkan, sehingga masyarakat tertipu. Mungkin setali tiga uang dengan penyesatan yang dilakukan Amerika dan Barat dengan propaganda Islam identik dengan terorisme. Ambil contoh buku l’tiqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah karya K.H. Siradjuddin Abbas, mulai hal. 309. Kyai ini menjadikan kitab diatas sebagai rujukan. Juga, buku Konsep Dasar Pengertian Ahlus Sunnah walJama’ah, Drs. K.H. Ach. Masduqi menjiplak tuduhan Siradjuddin Abbas. Terakhir, sebuah majalah Cahaya Nabawiy terbitan Ma’had Sunniyah Salafiyah Pasuruan, membuat judul yang hebat “Membongkar Kedok Wahabi”. Lagi-lagi rujukan yang dipakai adalah karya Dahlan seperti Fitnatul Wahhabiyyah, Daulah Utsmaniyyah, dan Khulashatul Kalam.

Kitab Dahlan tersebut telah diterjemahkan dengan judul Mutiara Bercahaya dalam Menolak Paham Wahabiterbitan PT. Garoeda Buana Indah Pasuruan.

Nampaknya terdapat benang merah antara para penentang itu yaitu mereka berada dalam satu grup yakni “NU / Tasawuf” . Dalam sejarahnya memang dikatakan, di antara motif yang melatari berdirinya organisasi NU/Tasawuf tersebut adalah untuk menghadang gerakan Wahabi.(2).

Ulasan berikut ini Iebih banyak menyoroti kedustaan kitab tersebut, karena apabila suatu kitab sarat dengan kedustaan otomatis jatuhlah nilai ilmiah dan kredibilitasnya dan serta merta tidak layak bahkan haram dijadikan referensi (3) Oleh karena itu pulalah Syaikh Muhammad Rasyid Ridha berkomentar, “Kitab (Dahlan) ini hanya berputar pada dua hal: kedustaan terhadap SyaikhMuhammad bin Abdul Wahhab dan kejahilan dengan menyalahkan Syaikh padahal beliau benar.”4

1) Menggunakan HaditsHadits Dhaif dan Palsu untuk Melegalkan Pendapatnva.

Kitab ini membahas banyak hal seperti ziarah kubur Rasulullah , tawassul dengan beliau, meminta syafa’at kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan mencari berkah dengan orang-orang shalih. Permasalahan tersebut pernah dimuat beserta bantahan syubhatnya, jadi tidak perlu diulas lagi.(5) Namun sebagai bukti saya sebutkan beberapa hadits yang dipakai dan dinyatakan shahih oleh Dahlan.

“Siapa yang menziarahi kuburku maka wajib mendapatkan syafa’atku “.

“ Siapa yang menziarahiku setelah matiku seakan-akan dia menziarahiku pada masa hidupku.

Siapa yang berhaji ke Baitullah namun tidak menziarahiku maka sungguh di telah menyepelekanku”.

Hadits pertama dan kedua munkar sedangkan yang ketiga palsu. (Periksa Talkhis Habir 3/902- 903 al-Hafizh lbnu Hajar, ash Sharimu Muhki fir Raddi ‘alas Subki mulai hal. 20 al-Hafizh Muhammad bin Abdul Hadi Nailul Authar 5/107 108 Imam Syaukani Irwa ul GhaIil 4/333-341 no. 1127 dan Silsilah 3 Ahaditsi Dha’ifah no. 47, keduanya oleh Syaikh al-Albani, Shiyanatul lnsan mulai hal. 49 Syaikh Muhammad Basyir as-Sahsawani).

Selain itu membolehkan berdo’a dan istighatsah kepada selain Alloh, seperti kepada para nabi dan orang-orang shalih yang telah meninggal. Memuat cerita cerita batil dan menyeret dalil sesuai selera nafsunya.

2. Membuat Kedustaan atas Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

a. Dahlan mengatakan, “Yang nampak dan keadaan Muhammad bin Abdul Wahhab bahwasanya dia mengaku sebagai nabi.” (hal. 50).

b. Katanya pula, “Dia juga menyuruh wanita untuk mencukur rambut para wanita pengikutnya.” (hal. 54, lihat Hadzihi Mafahimuna, Syaikh Shalih Alu Syaikh, hal. 6)

c. Katanya pula, “Dia (Muhammad bin Abdul Wahhab) berkhutbah di masjid-masjid dan berkata dalam setiap khutbahnya, ‘Barangsiapa bertawassul dengan Nabi saw dia adalah kafir.” (hal 96, terjemah).

d. Katanya, “Sulaiman bin Abdul ; Wahhab yang berilmu banyak, saudara Muhammad bin Abdul Wahhab adalah orang yang selalu mengingkari dengan ingkar yang sangat terhadap apa yang dia kerjakan dan perintahkan…. Pada suatu hari Sulaiman bertanya kepadanya, “Wahai Muhammad bin Abdul Wahhab, berapakah rukun Islam itu?” Dia menjawab, “Lima.” Lalu Sulaiman berkata kepadanya, “Akan tetapi kamu menjadikannya enam, rukun Islam yang keenam itu menurutmu ialah barangsiapa yang tidak menganutmu maka dia bukan orang Islam.” (hal. 96, terjemah)

e.Katanya lagi, “Ada orang bertanya, ‘Wahai Muhammad bin Abdul Wahhab, apakah agama yang didatangkan ini muttashil (tersambung) atau muntashil (terputus)?’ Dia menjawab, ‘Bahkan para guruku dan guru-guru mereka hingga enam ratus tahun sebelumnya, semuanya adalah musyrik.’ Laki-laki tadi bertanya, ‘Lalu dari siapakah kamu mengambilnya?’ Dia menjawab, ‘Dan wahyu ilham seperti Khidhir.” (hal. 97, terjemah).

f. Ada seorang muadzin buta yang bersuara bagus mengucapkan shalawat di atas menara padahal telah dilarang, maka Iangsung diperintahkan untuk dibunuh. Kata Muhammad bin Abdul Wahhab, “Perempuan perempuan yang berzina di rumah pelacuran adalah lebih sedikit dosanya daripada para muadzin yang melakukan adzan di menara-menara dengan membaca shalawat atas nabi.” (hal. 99)

g. Guru-gurunya memiliki firasat bahwa pada din Muhammad bin Abdul Wahhab ada tanda-tanda menjadi seorang pencela agama dan penyesat. (hal. 102) .

h. Menggolongkan Wahabi ke dalam kelompok Khawarij dengan memanipulasi hadits-hadits tentang Khawarij, dan masih banyak lagi.
Membongkar Kedustaan

Betapa murahnya kedustaan itu sehingga Dahlan sangat berani mengobralnya. Tidak takutkah dia akan siksa neraka?! Alloh berfirman:

“ Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. al-Ahzab: 58)

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam , bersabda:

“ Bagi orang yang mengklaim sesuatu harus mendatangkan bukti. (Shahih, HR. Baihaqi 10/252, dan asalnya terdapat pada Shahihain, dihasankan al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari)

Sekarang kita tanyakan kepada si penuduh ini, di kitab mana Syaikh mengatakan semua itu tadi, atau kapan ceramah itu terjadi dan siapa saksi anda?

ltulah sumber primer yang dapat dijadikan bukti, apakah tuduhan anda benar? Ternyata tidak ada referensi yang disebutkan. mi menandakan tuduhan anda dusta dan justru kalau disebutkan akan membongkar kedustaan anda yang parah ini. Sejatinya tanpa disebutkan pun sudah jelas sekali bagi orang yang diberi akal sehat dan hati yang bersih, bahwa tuduhan itu dusta. Mustahil Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan itu, karena beliau dikenal luas sebagai da’i bahkan tokoh terdepan pendakwah tauhid di jazirah pada masanya tanpa ada yang memungkiri dan kalangan ulama yang shalih.

Tidakkah Dahlan membaca karya-karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang sudah dikenal? Padahal dia sendiri tinggal di Makkah?! Dan tidak ada satu pun karya beliau yang membenarkan tuduhan anda.

Dengan demikian, untuk membongkar kedustaan mi tidak perlu terlalu bersusah payah. Tanpa dibongkar saja sudah nampak jelas kedustaannya.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri sudah tahu dan memahami benar tuduhan-tuduhan tersebut. Beliau hanya berucap, “ini kedustaan yang sangat besar.” ini dapat diketahui dan tulisan-tulisan beliau kepada para tokoh sezaman nya. OIeh karena Syaikh menjelaskan aqidahnya sekaligus membantah tuduhan dusta tadi.

Inilah risalah beliau kepada penduduk Qashim. Usai membaca basmalah beliau berkata,

“Aku mempersaksikan kepada Allah, para malaikat, dan kalian bahwa aku meyakini apa yang diyakini firqah najiyah (golongan yang selamat) Ahlus Sunnah wal Jama’ah— yaitu beriman kepada AIloh, para malaikat, kitab, para rasul-Nya, hari kebangkitan, dan takdir yang baik ataupun yang buruk. Termasuk iman kepada Alloh adalah mengimani sifat-sifat yang Alloh sifatkan pada Diri-Nya yang terdapat pada kitab-Nya dan yang disabdakan rasul-Nya tanpa mentahrif dan menta’thil. Bahkan aku meyakini kalau AlIoh tiada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya… Dan aku meyakini, aI-Qur’an adalah kalam AIloh, diturunkan bukan makhluk, dari-Nya berasal dan kepada-Nya akan kembali. Dia benar-benar berbicara dan menu runkan al-Qur’an ini kepada hamba, rasul, orang yang terpercaya mengemban wahyuNya, dan yang menjadi perantara antar-Nya dan para hamba-Nya. Hamba itu adalah nabi kita Muhammad… Aku meyakini semua yang dikhabarkan Nabi sesudah mati. Aku mengimani telaga nabi kita Muhammad… Aku mengimani syafa’at Nabi . Beliau adalah orang yang pertama kali memberi syafa’at dan yang diberi izin untuk memberi syafa’at. Tidak ada yang mengingkari syafa’at ini kecuali ahli bid’ah dan orang yang sesat. Tetapi syafa’at ml harus seizin dan ridha Alloh. Aku mengimani bahwa nabi kita Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir. Tidak sah keimanan seseorang sehingga mengimani risalah dan kenabiannya. Orang yang paling utama setelah Nabi adalah Abu Bakar ash-Shiddiq , lalu Umar al-Faruq , Utsman pemilik dua cahaya, dan Ali bin Abi Thalib * .

Aku tidak mempersaksikañ bagi seseorang masuk surga atau neraka kecuali telah dipersaksikan oleh Rasulullah . Aku tidak mengkafirkan seorang muslim pun karena dosanya dan aku keluarkan dan lingkup Islam… lnilah aqidah ringkas yang kupàparkan, karena pikiranku sedang sibuk, agar kalian dapat mengetahui apa yang ada pada diriku. Dan Alloh adalah saksi atas apa yang aku katakan.

Kemudian tidak samar bagi kalian, aku telah mendengar bahwa risalah Sulaiman bin Suhaim telah sampai kepada kalian. Sebagian orang yang mengaku memiliki ilmu di antara kalian telah membenarkan omongannya. Dan Alloh mengetahui orang tersebut telah banyak membuat-buat kedustaan atasku yang aku tidak mengatakannya dan kebanyakanya tidak terlintas sama sekali di pikiranku.

Di antara kedustaan itu, Aku dikatakan membuang kitab-kitab madzhab empat, aku mengatakan, manusia sejak enam ratus tahun tidak berada dalam suatu agama, aku mengklaim ijtihad, aku keluar dan taqlid, perbedaan pendapat di kalangan ulama adalah bencana, aku mengkafirkan orang yang bertawassul dengan orang-orang shalih, aku mengkafirkan Bushiri karena mengucapkan, ‘Wahai makhluk paling mulia…’, aku mengatakan, kalau aku mampu menghancurkan kubah yang ada di atas kubur Rasulullah niscaya aku hancurkan, andaikan aku memiliki kekuatan tentu tiang-tiang Ka’bah aku ganti dengan kayu, aku haramkan ziarah kubur Nabi, aku ingkari ziarah kubur orang tua, aku kafirkan orang bersumpah dengan selain Alloh, aku kafirkan lbnul Faridh dan lbnu Arabi, aku bakar kitab Dala’il Khairat dan Raudhu Riyahiin, dan aku ganti nàmañya menjadi Raudhusy Syayathiin.

Jawabku atas semua tuduhan tadi adalah Maha Suci Engkau Ya Alloh, ini adalah kedustaan yang besar. Dulu Muhammad juga dituduh mencela isa bin Mayam dan orang-orang shalih. Hati mereka penuh dengan membuat buat dusta dan ucapan dusta.”6

Tentang bantahan dan saudara Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri, yaitu Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab, kita katakan, “Apakah setiap orang yang menentang saudaranya lantas dia berada di atas kebenaran? Lalu sejak kapan Sulaiman ini dikenal sebagai orang yang kredibel Sehingga dijadikan hujjah, bukan Muhammad bin Abdul Wahhab? Kalau begitu, penyeilisihan Abu Jahal dan Abu Lahab terhadap Nabi , merupakan hujjah kebenaran dan beliau yang salah. Hujjah itu adalah bila pemikiran Syaikh Muhammad ini dicocokkan dengan aIQur’an dan Sunnah.”7

Terlebih Syaikh Sulaiman ini menyadari kesalahannya dan kembali kepada kebenaran sebagai nampak pada risalahnya kepada Hamd bin Muhammad atTuwaijiri dan Ahmad bin Muhammad, keduanya anak Utsman bin Syabanah.8

Syaikh Dahlan mengatakan kalau Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab termasuk Khawarij yang telah diperingatkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam , dalam hadits haditsnya. Dikarenakan pada hadits-hadits tersebut terdapat kata “Najd”, fitnah muncul dan timur, dan semacamnya.

Di antara hadits yang disebutkan yaitu:

Ya Alloh berkahilah Syam kami, Ya Alloh berkahilah Yaman kami. Para sahabat berkata, “Wahal Rasulullah, dan Najd kami. “Jawab beiiau, “Ya Alloh berkahilah Syam kami, Ya Alloh berkahilah Yaman kami.” Pada kali yang ketiga beliau bersabda, “Di sana terjadi kegoncangan dan fitnah dan di sana akan muncul tanduk setan.”

Lantas bagaimana penjelasan para ulama tentang hadits-hadits tersebut?

AI-Khathabi berkata, “Najd adalah arah timur, siapa yang ada di Madinah maka najd-nya adalah lembah Iraq dan daerah sekitarnya. ituiah arah timur Madinah. Asal makna kata najd adalah tanah yang meninggi. Berbeda dengan ghaur yaitu tanah yang rendah. Tihamah semuanya termasuk ghaur dan Makkah termasuk Tihamah.” Kata al-. Hafizh, “Semua tempat yang lebih tinggi dan sampingnya disebut najd dan yang rendah disebut ghaur.” Kata ai-Hafizh ibnu Hajar, “Dengan begitu diketahui kesalahan ad-Dawudi yang mengatakan, Najd itu daerah khusus. Tidak demikian, bahkan semua tempat yang Iebih tinggi dan sekitarnya dinamakan najd dan yang rendah dinamakan ghaur.” (Fathul Bari 14/ 546-547)

Pada bab Qatlu Khawarij (pembunuhan terhadap Khawárij).

aI-Hafizh menjelaskan bahwa Khawarij yang menentang Ali dan Mu’awiyah itu menetap di suatu tempat namanya di Harura’ dan di Nahrawan. (Fathul Ban 14/287- 295).

Pada akhir kitab Tauhid, setelah sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam “Akan muncul orang-orang dan arah timur’, alHafizh berkata, “Telah berlalu pada kitab Fitan bahwa mereka adalah Khawarij, penjelasan sebab kemunculan mereka, dan apa yang ada pada mereka. Tempat awal munculnya di Iraq. Dilihat dan Makkah tempat itu berada di wilayah timur.” (Fathul Bari 15/520 cet. Darul Fikr)

Imam Bukhari rohimahullah menuturkan, Basyir bin Umar bertanya kepada Sahi bin Hanif, “Apakah engkau mendengar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan tentang Khawarij?” Jawabnya, “Aku mendengar beliau mengatakannya sambil mengisyaratkan tangannya ke arah Iraq. Dan sana akan muncul suatu kaum yang membaca aI-Qur’an tetapi tidak melewati tenggorokan mereka. Mereka keluar dan agama bagaikan anak panah yang menembus sasaran.” (no. 6934)

Dan keterangan tadi jelas bahwa arah timur dan Najd yang dimaksud adalah Najd Iraq bukan Najd Saudi, seperti dituduhkan Dahlan. Nampak sekali kalau Syaikh Dahlan menafsirkan hadits sesuai selera hawa nafsunya.

Tidak cukup sampai di situ, diajuga berani membawakan suatu hadits walaupun tidak mengetahui siapa mukharrijnya (yang meriwayatkannya). (hal. 120).
Pengakuan Para Ulama



Banyak sekali ulama yang menyetujui dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan memuji beliau, di antaranya:

1. al-Aliamah Muhammad bin Ismail al-Amir ash-Shan’ani, pengarang kitab Subulus Salam. Beliau memuji Syaikh Muhammad dengan lantunan bait syair. Syair itu diawali dengan:

Salamku kepada orang Najd

dan penduduk Najd

Kendatipun salamku dan jauh tidak berguna

2. Syaikh Muhammad bin Ahmad alHit zhi, dalam bentuk syair.

3. Ai-Allamah Muhammad bin Ali asy-Syaukani, pengarang Nailul Authar, dalam bentuk syair.

4.Syaikh Husain bin Ghanam, ulama Ahsa’ pemilik kitab Raudhatul Afkar wal Atham.

5. Syaikh ‘lmran bin Au bin Ridhwan, dari Persia.

6.Al-Aliamah Sayyid Mahmud Syukri al-Alusi, ulama Iraq. Kata beliau, “Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan keluarga ilmu di Najd. Bapak beliau Syaikh Abdul Wahhab adalah orang alim dan faqih dalam madzhab Imam Ahmad. Kakek beliau juga orang alim dan faqih. Tetapi Syaikh Muhammad tidak mengikuti metode bapak dan kakeknya karena beliau sangat fanatik kepada sunnah dan banyak mengingkari para ulama yang menyelisihi kebenaran. Alhasil, beliau termasuk ulama yang memerintahkan kebaikan dan melarang kemunkaran.”

7. Amir Syakib Arselan dalam suatu kitabnya Tarikh Najd al-Hadits.

8. Syaikh Muhammad Hamid Fiqi,

ketua Jama’ah Ansharus Sunnah al Muhammadiyah Mesir, ulama alAzhar Mesir, dalam kitab Atsarud Dakwah al-Wahhabiyyah.

9.Sayyid Muhammad Rasyid Ridha.

10. SyaikhAz-Zirkili dalam kitab al. A’lamjuz 7.

11. dan masih banyak lagi. (Lihat kitab Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Aqidatuhu. as-Salafiyyah wa Da’watuhu al-ishlahiyyah wa Tsana’u Ulama ‘alaihi, Syaikh Ahmad bin Hajar bin MuhammadAlu Abu Buthami, Hakim Mahkamah Syar’iyah di Qathar, Emirat Arab, mulai hal. 80)

Syaikh ibnu Baz Rohimahullah ketika ditanya tentang orang yang membuat kedustaan terhadap Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, menjawab, “ini termasuk kejahilan orang yang jahil. Orang-orang yang memusuhi Syaikh ada dua macam.

Pertama, kelompok yang berada dalam kesyirikan. Mereka memusuhi Syaikh kerena ingin kembali ke dalam kesyirikan. Sebab Syaikh menyerukan kepada tauhid sedangkan mereka orang-orang musyrik yang sesat.

Kedua, orang-orang jahil yang tertipu juru dakwah kebatilan. Orang-orang jahil tersebut taqklid kepada orang jahil pula atau orang-orang yang dengki. Orang-orang musyrik memusuhi para rasul dan memerangi dakwah para rasul karena kejahilan dan kesesatan. Sebagian kelompok memusuhi para rasul dan risalah mereka karena kedengkian, keingkaran dan menuruti hawa nafsu. Kita memohon keselamatan kepada Allah dan hal itu. (Fatawa Syaikh ibnu Baz, 9/234).

Kesimpulannya, dalam kitab in Syaikh Dahlan memutarbalikkan fakta. Semua ini didasari kaidah kaidah kejahilan terhadap dakwah Wahhabiyah, bahkan kejahilan terhadap dakwah Sunniyah Salafiyyah.

Dia membolehkan do’a kepada selain Alloh, seperti para nabi dan orang-orang shalih yang telah mati. Boieh beristighatsah kepada mereka, bepergian menuju kubur

mereka dan berdo’a disisinya serta memohon kebutuhan kepada mereka. Kitab ini sarat dengan cerita cerita batil, berupa hikayat, syiar syair dan mimpi. Menggunakan dalil dalil yang shahih bukan pada tempatnya.(9)

Termasuk kelompok yang sengit memusuhi dakwah salafiyah adalah Hizbut Tahrir. Mereka menyebarkan tuduhan dusta kepada dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan menyebutkan kitab-kitab yang membantah dan mencela dakwah beliau. Mengapa saya katakan tuduhan mereka dusta, karena isi kitab yang mereka sebutkan sarat dengan kedustaan yang direkayasa. Perlu diketahui, firqah ini sejak didirikannya memang sangat memusuhi dakwah salafiyah. Namun yang sangat disesalkan, mengapa harus dengan kedustaañ. Mengapa tidak menempuh cara yang elegan, dialog secara ilmiah.

Taruhlah mereka tidak mengetahui isi kitab-kitab yang mereka cantumkan, jelas ini adalah musibah. Namun bagaimana mungkin mereka tidak mengetahui sedangkan selebaran itu berjudul “Kitab-Kitab Yang Membantah Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.” Sebenarnya mereka mengetahui kandungan kitab-kitab tersebut hanya saja karena mendukung dakwah mereka maka dijadikan sebagai amunisi untuk menyerang dakwah salafiyah ini. Tepat mengenai sasaran atau tidak itu urusan belakang. Benarlah apa yang dikatakan seorang penyair:

“ Jika kamu tidak mengetahul maka itu adalah musibah Tetapi jika kamu mengetahui maka musibahnya lebih dahsyat.”

Foot Note :

1. “Nama “Wahhabiyyah” itu salah karena nama beliau adalah Muhammad bin Abdul Wahhab. Semestinya nannya adalah “Muhammadiyyah. Dan sini nampak, penyandaran nama itu hanya untuk menakut-nakuti masyarakat dan dakwah tauhid, dakwah salaf, dakwah para nabi, dan membuat mereka benci kepada dakwah haq itu. Lihat kitab Manhaj Firqatin Najiyah, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, hal. 45.

(2) Lihat buku Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdhatul Ulama, hal. 15-56, Chairul Anam, Jatayu, Sala.

(3) Kitab Dahlan ini sudah banyak dibantah para ulama, di antaranya Syaikh Muhammad Basyir as-Sahsawani al-Hindi, ahli hadits India dalam kitab Shiyanatul Insan ‘an Waswastisy Syaikh Dahlan (Penjagaan Manusia dan Bisikan Syaikh Dahlan). Syaikh Shalih bin Muhammad asy-Syitri dalam kitab Ta’yiidul Malikil Mannaan fi Naqdhi Dhalalati Dahlan (Pertolongan Malik dan al-Mannaan (AlIoh Yang Maha Menguasai dan Maha Memberi) untuk membatalkan kesesatan Dahlan), SyaikhAhmad bin Ibrahim dalam kitab ar-Raddu ‘ala Ma Ja’a fi Khulashatil Kalam minat Tha’ni ‘ala! Wahhabiyyah wal iftira ‘I Dahlan. (Lihat Kutubun Hadzdzdara minha al-Ulama, Syaikh Masyhur Hasan Salman, 1/251-252)

(4) Muqaddimah beliau pada kitab Shiyanatul Insan, hal. 1 2.

(5) Periksa MajalahAL FURQON Edisi 3, 4, 10, 11 Tahun II 3,8 Tahun III 5, 8 Tahun IV.

(6) Lihat Durarus Sariyyah 1/28-31 dengan diringkas, seperti termuat dalam Tashhth Khatha’TarikhiHaulal Wahhabiyyah, DR.Muhammad Sad asy-Syuwai’i hal. 107-111.

(7) Lihat Mausu’atuAhijSunnah, SyaikhAbdur Rahman ad-Dimasyqiyah, hal. 1221.

(8) Seperti dituturkan Sykh Abul Lathif bin Abdur Rahman dalam Mishbahuzh Zhulam hal. 104-108, lihat juga Shiyanatul Insan, mulal hal.461.

(9) Kutubun Hadzdzdara minha al-Ulama, Syaikh Masyhur Hasan Salman, 1/251.

Sumber : Ditulis ulang dari Majalah Al Furqon Edisi 3 Tahun V/ Syawal 1426

Tidak ada komentar:

Posting Komentar