Senin, 29 September 2014

Hinanya Kematian Mustafa Kamal Atatürk

Ngeri, Cara Kematian Tokoh Sekuler...!!!




 Ngeri, Cara Kematian Tokoh Sekuler

  • Kulit di tubuh badannya rusak dengan cepat dan díganggu pula oleh penyakit gatal-gatal.

  • Di akhir-akhir hayatnya yaitu ketika menderita sakratulmaut, anehnya beliau takut sekali berada di istananya dan tubuhnya merasa panas maka ia ingin dibawa ke tengah laut dengan kapalnya. Bila penyakitnya bertambah krisis, beliau tidak dapat menahan diri daripada menjerit. Jeritan itu semakin kuat (hingga kedengaran di sekeliling istana), Beliau berteriak kesakitan dalam sakratulmautnya dengan penuh azab di tengah-tengah laut.

  • Mayat Attaturk tidak pernah dikebumikan.  Tiada tanah yang layak untuk menjadi kuburnya.

  • Begitulah cara Allah memberikan azab untuk para penentangNya di dunia ini
Inilah makam Mustafa Kemal Ataturk yang hanya dikebumikan dicelah timbunan batu marmer karena jasadnya tidak diterima bumi Allah./ redzuan-ridz


Sesaat setelah Kemal Attaturk menggantung tiga puluh ulama dan mengawasi gerakan perlawanan dari kubu Muslim, ia katakan, “Ketahuilah, saya dapat membuat negara Turki menjadi negara demokrasi bila saya dapat hidup lima belas tahun lagi. Tetapi jika saya mati sekarang , itu akan memerlukan waktu tiga generasi.”


Begitulah Kamal Attaturk , selalu berlaku angkuh di atas tindakan kekejaman dan anti Agama , seorang yang dikenal sebagai pencetus  Sekular Turki , penghancur kekhalifahan Turki .
Tahukah anda , bagaimana siksaan Allah pada akhir masanya?


Kezoliman dan pengkhianatan Kamal Attaturk hancurkan umat Islam di Turki sangat begitu kejam. Sekiranya Kamal Attaturk ini lahir di zaman adanya Rasul pada saat ketika wahyu masih turun, bisa jadi namanya akan diabadikan seperti Firaun, Namrud dan Abu Lahab.
Cara kematian yang Allah telah datangkan kepada mereka yang zalim itu teramat tragis sekali. Kematian merekapun teramat unik . Contohnya Namrud, mati karena sakit kepala  akibat dimasuki oleh seekor nyamuk melalui telinganya. Setiap kali ia menjerit, doktor pribadinya memerintahkan dipukul kepalanya untuk mengurangi kesakitannya. Setelah lama bergelut dengan sakratul maut, akhirnya beliau mati dalam keadaan tersiksa dan terhina. Begitu juga dengan Firaun yang mati lemas di dalam laut.


Jadi, tidaklah  heran kalau Kamal Attaturk juga menerima pembalasan yang setimpal dengan pembalasan yang diterima oleh Namrud dan Firaun.


Menurut sejarah dalam buku-buku biografinya, yang ditulis  oleh para pendukungnya, kematian Kemal dikarenakan akibat over dosis  minuman keras. Ditambah lagi dengan berbagai penyakit  seperti penyakit kelamin, malaria , sakit ginjal dan lever.


Beliau meninggal dunia pada 10 November 1938 , Kulit di tubuh badannya rusak dengan cepat dan díganggu pula oleh penyakit gatal-gatal. Doktor-doktor sudah memberi bermacam-macam salep untuk diusap pada kakinya yang sudah banyak luka-luka karena tergaruk oleh kukunya. Walaupun begitu beliau masih sangat angkuh. Di akhir-akhir hayatnya yaitu ketika menderita sakratulmaut, anehnya beliau takut sekali berada di istananya dan tubuhnya merasa panas maka ia ingin dibawa ke tengah laut dengan kapalnya. Bila penyakitnya bertambah krisis, beliau tidak dapat menahan diri daripada menjerit. Jeritan itu semakin kuat (hingga kedengaran di sekeliling istana), Beliau berteriak kesakitan dalam sakratulmautnya dengan penuh azab di tengah-tengah laut

Pada 29 September 1938 Kamal Ataturk mengalami koma selama 48 jam. Pada 9 November, beliau mengalami koma kali kedua. Dan sewaktu itulah air dalam perutnya disedot keluar. Beliau kemudiannya tidak sadarkan diri selama 36 jam dan akhirnya  meninggal dunia.


Cara kematiannya begitu menghinakan sekali. Begitu pula setelah kematiannya. Mayatnya TIDAK dimandikan, tidak dikafankan, tidak disembahyangkan dan tidak dikebumikan dengan segera seperti yang dituntut oleh ajaran Islam. Tetapi sebaliknya, mayatnya diawetkan dan diletakkan di ruang takhta di Istana Dolmabahce selama 9 hari 9 malam.


Setelah 9 hari, barulah mayatnya disembahyangkan, itupun setelah didesak oleh seorang adik perempuannya. Kemudian mayatnya telah dipindahkan ke Ankara dan dipertontonkan di hadapan Grand National Assembly Building. Pada 21 November, dipindahkan pula ke sebuah tempat sementara di Museum Etnografi di Ankara yang berdekatan  gedung parlemen
Lima belas tahun kemudian yaitu pada tahun 1953, barulah mayatnya diletakkan di sebuah bukit di Ankara. Mayat Attaturk tidak pernah dikebumikan.  Tiada tanah yang layak untuk menjadi kuburnya.


Begitulah cara Allah memberikan azab untuk para penentangNya di dunia ini…Semoga para penzalim (yang masih diberikan kehidupan oleh Allah SWT) terhadap umat Islam dapat segera bertaubat dan berubah menjadi pendukung dan pembela Din Islam ini…aamiin ya Robbal Alamin. (ikh/may) eramuslim.com, 2 Desember 2012 19:16 WIB
***

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا [النساء : 93]

93. Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS An-Nisaa’: 93).


(nahimunkar.com)

 


 


Inilah Sosok Pengkhianat Islam, Mustafa Kemal Pasha





Maryam Jameelah

Penulis buku "Islam and Modernism"

Sejarah Hidup dan Karyanya


Musthafa Kemal lahir pada tahun 1881 di sebuah kawasan miskin di Salonika, Turki. Ayahnya, Ali Riza, adalah seorang bekas pegawai rendahan di kantor pemerintah. Setelah mengalami dua kali kegagalan dalam bisnisnya, Ali Riza tenggelam dalam dunia hitam, menjadi peminum sebagai kompensasi kesedihannya.

Hingga akhirnya ia mati akibat penyakit tuberkulosis saat Musthafa masih berumur tujuh tahun.

Ibu Musthafa, Zubaida –seorang wanita yang buta huruf– menjadi ibu sekaligus kepala rumah tangga. Berbeda dengan suaminya, Zubaida adalah seorang muslim yang taat. Sebagaimana wanita-wanita Turki pada masa itu, seluruh hidupnya difokuskan untuk masa depan anak laki-lakinya yang tertua, Musthafa. Karena ketaatannya kepada Islam, ia mengharapkan Musthafa menjadi ulama yang faqih.

Namun ternyata Musthafa mempunyai pendirian yang berbeda. Musthafa tumbuh menjadi remaja pemberontak. Ia melawan segala bentuk peraturan, serta bersikap kasar dan kurang ajar kepada gurunya. Di depan para siswa yang lain, ia menunjukkan sifat yang sangat arogan dan suka menyendiri. Ia tidak mau bermain bersama teman-temannya, sehingga tumbuh menjadi pribadi yang tidak disukai teman-temannya. Bila merasa diganggu, ia tak segan-segan menggunakan kekerasan untuk melawan.

Suatu kali, karena sikap kasar dan kurang ajar Musthafa, gurunya menjadi gelap mata dan memukuli Musthafa sedemikian keras hingga melukai perasaannya. Musthafa lari dari sekolah dan tidak mau kembali. Meski ibunya berusaha keras membujuk agar kembali ke sekolah, Musthafa sama sekali menolaknya. Zaubaida merasa putus asa, sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukan. Akhirnya, datang usulan dari salah seorang pamannya agar memasukkan Musthafa ke sekolah militer di Salonika. Usulan ini berdasarkan pertimbangan bahwa Zubaida tidak perlu mengeluarkan biaya pendidikan –karena sekolah militer itu dibiayai oleh negara; lalu apabila Musthafa bisa menunjukkan prestasi yang bagus, ia bisa menjadi seorang perwira; dan kalaupun tidak ia tetap akan menjadi seorang prajurit. Singkat kata, apa pun yang akan terjadi, kehidupan Musthafa tetap terjamin.

Meskipun Zaubaida tidak sepakat dengan usul tersebut, namun ia tidak bisa menghalangi Musthafa –yang pada saat itu masih berusia 12 tahun– meminta salah seorang kenalan ayahnya untuk membantunya masuk ke sekolah militer. Musthafa mengikuti seleksi dan lulus menjadi seorang kadet. Di sekolah militer inilah, Musthafa menemukan dunianya. Dia mampu menunjukkan prestasi akademik yang bagus, sehingga salah seorang pengajar memberinya julukan “Kemal” yang berarti “kesempurnaan”. Karena kepandaiannya dalam bidang matematika dan pengetahuan kemiliteran, Musthafa dipromosikan sebagai staf pengajar. Di posisi ini, Musthafa mempunyai kesempatan mempertunjukkan kekuasaannya. Setelah berhasil mendapatkan nilai tertinggi dalam ujian akhir, Musthafa lulus dengan gelar kehormatan pada bulan Januari 1905 dengan pangkat Kapten.

Pada saat itu, Musthafa bergabung dengan suatu perkumpulan mahasiswa nasionalis yang fanatik, yang dikenal dengan nama Vatan atau “Tanah Air”. Para anggota Vatan menganggap diri mereka kelompok yang revolusioner. Mereka sangat menentang pemerintahan Sultan Hamid II, yang memberangus segala pemikiran “liberal” yang merongrong pemerintahan Islam. Kelompok ini tak jemu-jemunya menyalahkan Islam yang dianggap sebagai penyebab keterbelakangan Turki dan terus menerus menyebarkan kebencian terhadap syariat yang dianggap kolot, serta menjadikan ajaran-ajaran sufi sebagai bahan tertawaan. Para anggota Vatan bersumpah akan melengserkan Sultan dan menggantinya dengan sistem pemerintahan ala Barat lengkap dengan konstitusi dan parlemen, menghancurkan otoritas para ulama, menghapuskan purdah (jilbab) dan kerudung, serta mendeklarasikan kesetaraan yang mutlak antara laki-laki dan perempuan. Tidak lama bergabung, Musthafa menjadi pimpinan kelompok itu.

Kesempatan bagi Musthafa Kemal untuk memperluas pengaruh akhirnya datang. Begitu Sultan Abdul Hamid II diturunkan oleh Partai Turki Muda pada tahun 1908, Komite Persatuan dan Kemajuan mengundangnya untuk bergabung bersama. Namun, sebagai pendatang baru, ia diwajibkan untuk melaksanakan sejumlah perintah dari pimpinan organisasi, sedangkan sifat dasarnya menuntut agar dialah yang menjadi pemimpin. Akibatnya, Musthafa merasa gelisah dan tidak puas. Ia sama sekali tidak menghargai anggota-anggota lainnya, yang dianggap sebagai penghalang keinginannya. Ia sangat membenci Perdana Menteri Pangeran Said Halim Pasha (1865 – 1921) dan Menteri Perang, Anwar Pasha (1882 – 1922), yang seringkali menentang pendapat-pendapatnya.

Selama sepuluh tahun berikutnya, ia kembali menekuni bidang kemiliteran sebagaimana sebelumnya. Perlahan-lahan, berkat kepribadiannya yang keras dan kecerdasannya, ia merengkuh semakin banyak kekuasaan politik. Ia menghabiskan malam-malamnya dengan mengadakan rapat-rapat rahasia untuk merencanakan kudeta, yang diharapkan dapat menghasilkan kekuasaan absolut baginya.

Kesempatan mulai terbuka, ketika pada akhir Perang Dunia I ia memimpin pasukan pertahanan Turki melawan Pasukan Sekutu Eropa yang ingin memecah belah kekuatan “The Sickman of Europe” dan menghancurkannya dengan cepat. Dengan usaha-usahanya merintangi penjajahan Sekutu dan membangkitkan semangat rakyat untuk berjuang sampai mati demi tanah airnya, Musthafa menjadi pahlawan nasional. Pada saat Yunani berhasil dikalahkan dan Turki memperoleh kemenangan, rakyat Turki mabuk kemenangan dan memuja Musthafa Kemal sebagai Sang Penyelamat. Rakyat Turki memberinya gelar al-Ghazi, yang berarti “Pembela Kebenaran”.

Berbagai pengakuan dari para diplomat asing semakin meneguhkan kedudukan Musthafa sebagai pahlawan Turki melawan Penjajah Barat. Di depan para politisi Arab, Musthafa berkata, “Saya tidak percaya dengan federasi negara-negara Islam maupun liga bangsa Turki di bawah kekuasaan Soviet. Tujuan saya satu-satunya adalah melindungi kemerdekaan Turki dalam batas-batas alaminya, bukan membangkitkan ke-Khilafahan Utsmaniyah atau ke-Khilafahan lain. Jauh dari segala mimpi dan bayangan-bayangan! Mereka (ke-Khilafahan) telah banyak merugikan kita di masa yang lalu!”

Kepada delegasi komunis yang meminta dukungannya, Musthafa Kemal dengan jelas menyatakan, “Tidak ada penindas atau yang tertindas. Yang ada hanyalah mereka yang membiarkan diri mereka ditindas. Bangsa Turki bukan termasuk bangsa seperti itu. Bangsa Turki dapat mengurus dirinya sendiri. Biarkan bangsa lain mengurus diri mereka sendiri. Kami punya satu prinsip, yaitu melihat segala permasalahan dari kacamata bangsa Turki dan melindungi kepentingan nasional Turki.”

Musthafa Kemal menyatakan keinginannya untuk membangun Turki dalam batas-batas alamiahnya menjadi suatu bangsa yang kecil namun kompak, sejahtera, dan modern, yang dihormati oleh negara-negara lain di dunia. Ia begitu yakin dirinya –dan hanya dirinya– yang mampu mewujudkan cita-cita tersebut. Ia pernah menyatakan, “Saya adalah Turki! Menghancurkan saya sama artinya dengan menghancurkan Turki!”

Tidak lama setelah berkuasa, Musthafa menyatakan dengan tegas bahwa ia akan menghancurkan seluruh puing reruntuhan Islam dalam kehidupan bangsa Turki. Hanya dengan mengeliminasi segala sesuatu yang berbau Islam, Turki bisa memperoleh “kemajuan” menjadi bangsa yang dihormati dan modern. Tanpa rasa takut dan ragu, ia menyerang Islam dan pilar-pilar Islam:

“Selama hampir lima ratus tahun, hukum dan teori-teori ulama Arab serta tafsir para pemalas dan tiada guna telah menentukan hukum perdata dan pidana Turki. Mereka menetapkan konstitusi, rincian aturan hidup orang Turki, makanannya, waktu-waktu bangun dan tidurnya, bentuk busananya, rutinitas isteri yang melahirkan anak-anak mereka, apa yang dipelajari di sekolahnya, adat istiadatnya, pemikiran-pemikirannya, bahkan sampai perilaku mereka yang paling pribadi. Islam –teologi Arab yang immoral itu– adalah benda mati. Bisa saja Islam cocok untuk suku-suku di padang pasir. Tetapi Islam tidak bermanfaat untuk negara yang modern dan maju. Wahyu Tuhan, katanya! Tidak ada itu wahyu Tuhan! Islam hanyalah rantai yang digunakan para ulama dan penguasa tiran untuk membelenggu rakyat. Penguasa yang membutuhkan agama adalah orang yang lemah. Orang yang lemah tidak boleh berkuasa!”

Ketika Abdul Majid diangkat sebagai Khalifah, Musthafa Kemal Pasha menolak melakukan upacara tradisi yang biasa dilakukan. Ketika Dewan menemuinya untuk membahas hal itu, Musthafa memotong pembicaraan, “Khalifah tidak memiliki kekuasaan atau kedudukan apa pun, kecuali sebagai figur seremonial saja.” Ketika Abdul Majid menulis petisi untuk meminta kenaikan biaya operasionalnya, Musthafa menjawab, “Khalifah, kantor anda tidak lebih adalah peninggalan sejarah. Tidak ada dasar hukum yang melandasinya. Sungguh tidak sopan anda berani menulis surat kepada sekretaris saya!”

Pada tanggal 3 Maret 1924, Musthafa mengajukan Undang-undang untuk menghapuskan Khalifah selamanya dan mendirikan negara sekuler Turki. Namun demikian, sebelum UU tersebut diperkenalkan, ia telah berusaha membungkam suara-suara penentangnya dengan memberikan ancaman hukuman mati bagi orang-orang yang mengritik segala tindakannya.

“Apa pun konsekuensinya, negara republik harus ditegakkan…Khilafah Utsmaniyah adalah bentuk negara yang tidak masuk akal atas dasar pondasi agama yang rusak. Khalifah dan keluarga Utsmani lainnya harus diusir. Peradilan dan hukum-hukum agama yang kolot harus diganti dengan hukum sipil modern. Sekolah agama harus dijadikan sekolah negeri yang sekuler. Negara dan agama harus dipisahkan. Republik Turki harus menjadi negara yang sekuler.”

Akhirnya, Undang-undang berhasil disahkan tanpa perdebatan dan Khalifah beserta keluarganya harus diasingkan ke Swiss. Rezim baru pun menetapkan:

“Pembukaan Konstitusi (baru) Turki menyatakan kebulatan tekad untuk melaksanakan reformasi bangsa Turki, sedangkan Pasal 153 melarang segala bentuk upaya yang menghalangi proses reformasi tersebut. Dinyatakan bahwa, ‘Tidak ada ketentuan dalam konstitusi ini yang menganggap tidak sah berbagai undang-undang berikut ini yang bertujuan membangkitkan bangsa Turki menuju peradaban masa kini, serta untuk menjaga karakter sekuler negara yang telah ditetapkan konstitusi melalui pemilihan umum:

1.    Undang-undang tentang penyatuan (dan sekulerisasi) pendidikan pada tanggal 3 Maret 1924.

2.    Undang-undang tentang penutup kepala, pada tanggal 25 November 1925.

3.    Undang-undang tentang penutupan biara dan kuburan para darwis, penghapusan kantor penjaga makam, dan peraturan tentang penghapusan dan pelarangan gelar-gelar tertentu pada tanggal 30 November 1925.

4.    Peraturan sipil tentang pernikahan pada tanggal 17 Februari 1926.

5.    Undang-undang tentang pengambilan angka internasional pada tanggal 20 Mei 1928.

6.    Undang-undang tentang pengambilan dan penerapan alfabet (latin) Turki serta pelarangan tulisan Arab, pada tanggal 1 November 1928.

7.    Undang-undang tentang penghapusan gelar-gelar dan sebutan seperti Efendi, Bey, atau Pasha pada 26 November 1934.

8.    Undang-undang tentang larangan memakai busana tradisional pada 3 Desember 1934.

Segala bentuk pengingkaran terhadap gerakan Ataturkisme tidak dimungkinkan dan tidak dapat dipahami oleh masyarakat. Tidak dimungkinkan karena konstitusi melarangnya, dan tidak dapat dipahami karena orang-orang Turki, baik tua maupun muda, telah menerima segala konsekuensi reformasi, dan westernisasi tetap menjadi kata-kata ajaib yang menjanjikan kehidupan yang lebih sejahtera.”

Pada masa reformasi tersebut, Musthafa Kemal mengawini seorang wanita cantik dengan latar belakang pendidikan Eropa bernama Latifa. Pada masa perjuangan Turki, Latifa didorong oleh Musthafa untuk mengenakan pakaian seperti laki-laki dan menuntut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Namun, ketika ia bersikap tegas dan bersikeras minta diperlakukan dan dihormati sebagaimana mestinya seorang isteri, Musthafa dengan kasar segera menceraikan dan mengusirnya. Setelah bercerai dari Latifa, ia menjadi lelaki yang tak tahu malu dan tak mengenal batas. Musthafa menjadi peminum berat dan tidak bisa lepas dari minuman keras. Sejumlah lelaki muda yang tampan menjadi objek pemuas syahwatnya. Demikian pula para istri dan anak perempuan dari para pendukungnya menjadi korban agresivitas nafsunya. Hingga tak lama kemudian penyakit kelamin menggerogoti kesehatannya.

Ketika menggambarkan kepribadiannya, H.G. Armstrong –pengarang The Grey Wolf– menulis:

“Musthafa selalu menjadi seorang penyendiri, soliter, dan suka bekerja sendirian. Tak seorang pun yang dipercayainya. Dia tidak ingin mendengar pendapat yang bertentangan dengan keinginannya. Dia tidak segan mencemooh orang lain yang berani menentang pendapatnya. Dia menilai setiap tindakan hanya berdasarkan kepentingan pribadinya. Ia juga sangat pencemburu. Seorang yang cerdas dan memiliki kemampuan dipandang sebagai bahaya yang harus segera disingkirkan. Musthafa suka mencela kemampuan orang lain, dan biasa mencemarkan nama baik dan mencemooh tindakan orang lain dengan ganas, sekalipun terhadap para pengikutnya sendiri. Ia jarang mengucapkan kata-kata yang manis, dan kalaupun diucapkan pasti dilakukan secara sinis. Dia tidak pernah mempercayai siapa pun dan tidak mempunyai seorang pun teman dekat. Teman-temannya hanyalah beberapa orang fasik yang biasa minum bersama, menjadi kaki tangannya, dan setia mendengarkan kesombongannya. Semua orang yang terhormat, yang pernah bekerjasama dengannya pada masa perjuangan kemerdekaan, telah berubah memusuhinya.”

Sebagaimana para diktator yang enggan memiliki lawan, Musthafa Kemal selalu menggunakan kesempatan untuk menghancurkan lawan-lawan politiknya.

“Polisi rahasia bekerja secara efektif. Melalui penyiksaan, pemukulan, atau cara apa pun yang dikehendaki, polisi harus mendapatkan bukti yang cukup memberatkan untuk menangkapi para pemimpin kelompok oposisi. Pengadilan otonom diterapkan kepada mereka, sehingga tanpa prosedur atau bukti yang kuat pengadilan bisa menjatuhkan hukuman gantung kepada mereka.

Surat permohonan hukuman mati dikirimkan kepada Musthafa Kemal di rumahnya di Khan Kaya untuk mendapatkan tanda tangan persetujuan. Salah satu surat permohonan hukuman mati diperuntukkan bagi Arif, yang setelah berdebat dengan Musthafa Kemal kemudian bergabung dengan kelompok oposisi. Arif, sebelumnya adalah pengikut loyal Musthafa, yang bahu-membahu pada masa perjuangan kemerdekaan. Arif adalah satu-satunya teman yang pernah menjadi tempat Musthafa mengungkapkan isi hatinya. Diriwayatkan bahwa ketika surat permohonan hukuman mati bagi Arif itu disampaikan kepadanya, air muka Musthafa sama sekali tidak berubah. Dia tidak memberikan catatan-catatan yang meringankan atau kelihatan ragu-ragu. Saat itu, ia tengah merokok. Kemudian dia meletakkan rokoknya ke asbak, dan menandatangani surat permohonan hukuman mati itu sebagaimana ia menandatangani surat-surat rutin lainnya yang datang setiap hari . . .

Musthafa ingin membuat segalanya berjalan dengan sempurna. Pada malam itu juga, ia mengadakan pesta dansa di Khan Kaya. Setiap orang harus datang –para hakim, anggota kabinet, para duta besar, menteri luar negeri, para bangsawan, dan semua perempuan cantik. Singkatnya, seluruh Ankara harus ikut merayakannya……

Pesta dansa itu dimulai dalam suasana muram. Dengan busana malam buatan seorang penjahit London yang sangat necis, al-Ghazi berdiri di sudut, tengah bercakap-cakap dengan seorang diplomat. Para tamu menatapnya penuh perhatian. Sebelum ia mendapatkan mood-nya untuk mulai berdansa, para tamu harus mengatur langkahnya dengan hati-hati serta bercakap-cakap dengan suara yang rendah. Amat berbahaya menunjukkan sikap suka-cita, sementara ia tengah dalam suasana hati yang murung. Namun malam itu al-Ghazi sedang bersemangat. Dirinya tidak sedang menjalankan tugas-tugas kenegaraan. Malam itu adalah malam untuk bergembira.

“Kita harus bersuka cita! Kita harus hidup, harus hidup!” teriaknya, sambil merengkuh seorang wanita asing dan segera berdansa dengannya.

Para tamu mengikutinya. Mereka berdansa –bila tidak, al-Ghazi akan memaksanya. Al- Ghazi sedang berada dalam suasana hati yang paling baik; berdansa berkeliling bersama pasangan-pasangannya dengan langkah-langkah yang panjang dan memberi minum kepada mereka pada saat-saat jeda.

Empat mil jauhnya dari Ankara, sebuah lapangan besar diterangi dengan cahaya putih yang berasal dari selusin lampu listrik. Di sekelilingnya dan di jalan-jalan berkerumun para warga masyarakat. Di bawah siraman cahaya lampu, tegak berdiri sebelas tonggak kayu yang besar tepat dibawah tembok penjara. Di bawah masing-masing tonggak kayu, berdiri seseorang dengan tangan terikat ke belakang dan seutas tali melingkar di batang lehernya. Merekalah para musuh politik Musthafa Kemal yang siap menerima kematiannya.

Di tengah keheningan, secara bergiliran para terpidana diberi kesempatan untuk menyampaikan sesuatu kepada masyarakat. Ada yang berpuisi, ada yang berdoa, ada pula yang menangis mengiba sembari berteriak bahwa ia adalah warga Turki yang setia.

Di Khan Kaya, hampir seluruh tamu telah pulang. Ruangan tersebut pengap dengan asap rokok, bau minuman keras, dan bau busuk nafas orang yang mabuk. Lantainya kotor dengan abu rokok, sedangkan kartu judi dan uang bertebaran di meja-meja.

Musthafa Kemal berjalan melintasi ruangan dan memandang keluar jendela. Wajahnya dingin dan berwarna kelabu; matanya yang pucat tidak menyiratkan ekspresi apa pun. Dia tidak menunjukkan keletihan, sedangkan jasnya tetap rapi seperti sediakala. Komisaris Polisi melaporkan bahwa eksekusi telah berakhir. Tubuh-tubuh di tiang gantungan perlahan menjadi kaku. Akhirnya, ia menjadi pemenang. Musuh-musuhnya terusir, hancur, atau mati.”

Sementara itu, gemuruh kaum oposisi Turki mulai menderu. Gemuruh itu akhirnya meledak pada tahun 1926, ketika suku-suku Kurdi di pegunungan melancarkan pemberontakan bersenjata melawan rezim Kemalis. Musthafa tidak membuang-buang waktu. Seluruh suku Kurdistan di Turki dibinasakan dengan cara yang bengis, desa-desa dibakar, ternak dan hasil panen dihancurkan, perempuan dan anak-anak diperkosa dan dibantai. Empat puluh enam kepala suku Kurdi digantung di depan umum. Yang terakhir adalah Syaikh Said, sang pemimpin suku Kurdi. Sebelum dieksekusi, ia mengatakan kepada eksekutornya, “Saya tidak punya kebencian kepada anda. Anda dan atasan anda, Musthafa Kemal, membenci Tuhan! Kami harus menyelesaikan tanggung jawab kami di hadapan Tuhan pada Hari Pembalasan.”

Sekarang Musthafa Kemal menjadi diktator absolut. Rakyat Turki harus menerima reformasi anti-Islam, seperti larangan mengenakan fez/tarbus (kopiah Turki) dan sorban, wajib mengenakan busana Eropa, wajib menggunakan aksara Latin, kalender Kristen, dan menjadikan hari Ahad sebagai hari libur. Semua itu ditetapkan di bawah ancaman pedang. Ribuan ulama dan para pengikutnya rela mengorbankan jiwa mereka daripada menerima kehancuran segala sesuatu yang mereka sucikan. Tidak berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa penerimaan rakyat Turki terhadap reformasi ala Musthafa Kemal hanyalah khayalan belaka. Besarnya penolakan dapat dibayangkan dari fakta bahwa Musthafa mengumumkan keadaan perang sebanyak sembilan kali. Jutaan rakyat Turki, terutama di desa-desa dan kota-kota kecil, menghinakan dan mengutuk Musthafa Kemal.

Pada tahun 1932, Musthafa Kemal menetapkan agar setiap warga Turki mencantumkan nama keluarganya sebagaimana biasa terdapat pada masyarakat Eropa dan Amerika. Ia memilih menggunakan nama “Attaturk” yang berarti “Bapak Turki”. Enam tahun kemudian, kesehatannya benar-benar memburuk, dan akhirnya mati karena penyakit radang hati yang disebabkan karena kecanduan alkohol.

“Kategori ‘pribadi psikopatik’ digunakan untuk menyebut keranjang sampah segala macam penyakit jiwa. Orang-orang yang termasuk dalam golongan itu bukanlah para psikotik, psikoneurotik, bukan pula orang yang lemah ingatan. Golongan itu sama sekali berbeda. Psikopat tidak sama dengan psikotik, tidak “gila”. Ia tahu dimana ia berada, siapa dia, jam berapa sekarang. Ia hidup di dunia nyata, bukan hidup di alam fantasi psikosis. Tetapi sindrom psikopatik menguasai seluruh kepribadiannya sebagaimana pada psikosis. Para psikopat tidak bodoh, bahkan tidak jarang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Emosinya-lah yang mengalami kerusakan, begitu pula moral atau ‘sifatnya’. Ia bersikap dingin, menyendiri, tidak terjangkau, menunjukkan sikap yang berbeda dengan orang kebanyakan, bahkan memusuhi orang lain. Secara intelektual, ia ‘mengetahui’ konsekuensi tindakan kriminal yang dilakukannya bagi dirinya maupun orang lain, tetapi ia tidak mampu ‘merasakan’ konsekuensi itu secara emosional, sehingga tidak berusaha menahan diri dari perbuatan itu. Ia tidak pernah merasa menyesal atau bersalah. Bila dia adalah seorang pembunuh yang tertangkap, ia tidak pernah menyesali pembunuhan itu, namun justru menyesali diri kenapa ia sampai tertangkap. Psikopat biasa berprofesi sebagai pembunuh bayaran; baginya membunuh adalah sesuatu yang sama sekali tidak berarti. Ia menolak bersosialisasi, dan menentang segala peraturan atas dirinya. Selamanya ia akan bersikap memberontak, tidak mampu menjalin hubungan emosional dengan orang lain secara permanen. Kehidupan seksualnya bersifat acak dan untung-untungan; orientasinya adalah kenikmatan seksual bagi dirinya sendiri, bukan bagi pasangannya. Tidak ada data statistik yang akurat tentang jumlah psikopat yang dikurung dalam penjara, namun tidak ada yang meragukan bahwa di antara mereka adalah orang-orang yang paling berbahaya bagi kehidupan manusia. Itulah kenapa penjara penuh dengan orang-orang seperti itu.”

Gambaran itu sama persis dengan kepribadian dan sifat-sifat Musthafa Kemal. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa ia adalah pribadi yang terkenal, yaitu sebagai diktator, sehingga tidak ada seorang pun yang mampu mencegahnya berbuat kriminal dalam skala nasional.

Pihak yang paling sering menunjukkan penghargaan atas kediktatoran Musthafa adalah para intelektual dan politisi di Amerika. Kaum Yahudi dalam kalangan tersebut secara sangat antusias memberikan pujian kepadanya. Bagaimana mungkin tradisi kebebasan berpolitik dan demokrasi yang diklaim bangsa Amerika sebagai sistem yang terbaik dapat bergandengan tangan dengan kekejian diktator Musthafa Kemal. Ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipahami, sampai para pemerhati politik internasional menyadari bahwa penghargaan demokrasi Barat atas hak asasi manusia hanya terbatas untuk kalangan mereka sendiri. Tanpa maksud-maksud tertentu, konsep HAM itu tentu tidak akan diekspor di kalangan kaum Muslim. Pernyataan-pernyataan resmi dari USIS (Lembaga Informasi Amerika Serikat) pada masa Perang Dingin menunjukkan bahwa mereka tidak pernah ragu mendukung rezim-rezim otoriter sepanjang tidak berafiliasi dengan blok Komunis. Kediktatoran, dalam pandangan mereka, bisa diterima apabila menjadi sarana menuju modernisasi (baca: kapitalisme) negara.  Rakyat di negara-negara berkembang adalah orang-orang yang terbelakang, kolot, bodoh, dan buta huruf. Hanya “pemerintahan yang bijaksana”-lah yang mampu menentukan apa yang terbaik buat mereka. Westernisasi adalah hal yang paling baik, dan tidak ada nilai-nilai moral yang dipandang terlalu mahal untuk dikorbankan dalam rangka menuju westernisasi. Oleh karena itu, apa pun caranya –termasuk tiran yang paling kejam sekalipun– akan mendapat restu dari Amerika dan demokrasi Barat, sepanjang cara tersebut dapat mempercepat pemisahan negara dari ideologi Islam.

Apakah tujuan Kemalisme? Jawabannya dapat ditemukan dalam buku yang baru-baru ini ditulis oleh seorang diplomat yang sangat terkenal. Ketika menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat perkotaan Turki saat ini dan dibandingkan dengan kehidupan pada masa lima puluh tahun sebelum masa Musthafa Kemal, dengan penuh suka cita ia menyatakan bahwa hanya jenis makanan saja yang tidak berubah. Setelah mengulas keberhasilan “emansipasi” di kalangan para isteri dan anak-anak perempuan sesuai dengan konsep Barat, serta pembicaraan sehari-sehari pada saat makan bersama tentang pesiar di hari Minggu, nonton bioskop, atau makan malam di restoran, dan berbagai “kebiasaan baru dalam kehidupan keluarga Turki” lainnya, ia –dengan penuh kemenangan– menyatakan bahwa, “Urusan agama tidak pernah terlintas dalam benak mereka, kecuali pada bulan Ramadhan, ketika kakek-kakek dan bibi mereka yang tua tengah berpuasa.”

Referensi:
 
Islam and Modernism, Maryam Jameelah, Mohammad Yusuf Khan and Sons, Lahore, 1965/1988
The Emergence of Modern Turkey, Bernard Lewis, Oxford University Press, London, 1961
Conflict of East and West in Turkey, Halide Edib, Syaikh Muhammad Ashraf, Lahore, 1935
The Grey Wolf, H.C. Armstrong, Capricorn Books, New York, 1961

 

Sekulerisasi Turki


Hagia Sophia  
 
 

Minggu, 28 September 2014

Bantahan terhadap fitnahan Masun Said Aly terhadap dakwah tauhid

Oleh : Ustad Abu Hanan Sabil Arrasyad   hafidzahullah





Penulis menulis fitnahannya dengan merujuk kitab-kitab dibawah ini.
“diantaranya, Fitnatul Wahabiyah karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan I’tirofatul
Jasus AI-Injizy pengakuan Mr. Hempher, Daulah Utsmaniyah dan Khulashatul Kalam
karya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dan lain-lain”




Inilah bukti-bukti fitnah tulisan ini, mereka mengambil tulisan sama sekali
bukan dari tulisan Syeikh Muhammad bin abdul wahab rahimahullah sendiri.
Melainkan dari tulisan musuh-musuh dakwah Tauhid Syeikh Muhammad bin Abdul wahab
sendiri, seperti yang kita ketahui bersama Ahmad Zaini Dahlan bersekongkol
dengan Muhammad Ali, Amir Mesir yang dibekingi oleh Inggris untuk memecah belah
Ummat Islam dan menghancurkan dakwah Tauhid. Dikarenakan Ibnu Suud pendukung
dakwah Syeikh Muhammad Bin Abdul Wahab membantu kabilah-kabilah Arab di teluk
untuk mengusir Inggris, adapun Ahmad Zaini Dahlan adalah seorang tokoh
quburiyyun tulen, dimasanya itulah Islam mengalami kemunduran total. kisah
selengkapnya bisa anda rujuk ke kitab “Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyah
oleh Dr Shalabi”.



Kemudian para penulis memfitnah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahulloh di
tulisan ini dengan membawakan hadist yang ditafsirkan dengan nafsu sendiri
"Fitnah itu datangnya dari sana, fitnah itu datangnya dari arah sana," sambil
menunjuk ke arah timur (Najed).



(HR. Muslim dalam Kitabul Fitan)



"Akan keluar dari arah timur segolongan manusia yang membaca Al-Qur'an namun
tidak sampai melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke hati), mereka
ke­luar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka tidak
akan bisa kembali seperti anak panah yang tak akan kembali ketempatnya,
tanda-tanda mereka ialah bercukur (Gundul)."



(HR Bukho-ri no 7123, Juz 6 hal 20748). Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ahmad,
Ibnu Majah, Abu Daud, dan Ibnu Hibban



Nabi muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam pernah berdo'a: "Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan



Yaman," Para sahabat berkata: Dan dari Najed, wahai Rasulullah, beliau berdo'a:
Ya Allah, berikan kami berkah dalam negara Syam dan Yaman, dan pada yang ketiga
kalinya beliau SAW bersabda: "Di sana (Najed) akan ada keguncangan fitnah serta
di sana pula akan muncul tanduk syaitan.", Dalam riwayat lain dua tanduk
syaitan.


hadist ini diselewengkan untuk mencela Syeikh Muhammad Bin Abdul Wahab karena
dakwah beliau di Nejed, padahal yang dimaksud Nejed di hadist tersebut adalah
dataran Tinggi di Syam atau Irak pada masa ini. Karena setiap dataran tinggi
dalam bahasa arab biasa disebut Nejed.


Kemudian dimana kita tau bahwa hadist tersebut tentang negeri syam. Dihadist
berikutnya sendiri yang disebutkan penulis tentang syam dan yaman.
Adapun jika kita lihat letak madinah maka jelas sekali sebelah timur yang
dimaksud adalah syam. Bukan nejed dataran tinggi dimana awal dakwah Syeikh Ibn
Abdul Wahab rahimahullah.





Adapun hadist tentang keluarnya segolongan manusia pun dijelaskan bahwa nabi
bersabda hadist tersebut tentang khowarij firqoh sesat yang mudah mengkafirkan.
Semua bantahan tentang hadist tersebut bisa anda rujuk di kitab Fathul Bary
syarah hadist Bukhari oleh Imam Ibnu hajar al asqolany rahimahullah.
Dan tidak ada bukti sama sekali dari kitab-kitab Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab
dalam tulisan-tulisan ini.






Kemudian pengakuan Palsu Mr Hamver yang salah dikutip disini dengan disebut
hamper.




Untuk lebih jelasnya mengenai siapa Hamver, marilah kita ikuti penjelasan Syaikh
Malik Bin Husain dalam majalah Al-Asholah edisi ke 31 tertanggal 15 Muharram
1422 H, beliau berkata :





“Saya telah meneliti kitab yang beracun dengan judul Mudzakkarat Hamver dan nama
Hamver ini tidak asing lagi. Pertama kali aku membacanya di Majalah Manarul
Huda, sebuah majalah yang diterbitkan oleh Maktabah al-‘Alaami yang staf
redaksinya dari Jam’iyyah Al-Masyaari’ al-Khairiyyah Al-Islamiyyah pada edisi
28, Ramadhan 1415 H/1995. Majalah ini dikeluarkan oleh Jama’ah Al-Ahbasy, sebuah
Jama’ah Sufiyyah berpangkalan di Yordania dan selalu memusuhi dakwah salaf dan
para ulama’nya, dan mereka mendapat bantuan dana dari orang-orang Yahudi dalam
operasionalnya.








Setelah saya membaca makalah ini, jiwaku terdorong untuk membaca kitab
mudzakkarat mata-mata/intel Inggris ini, hingga aku mengetahui sampai sejauh
mana kebenaran yang dinisbatkan kepada Al-Imam Al-Mujaddid Muhammad bin Abdul
Wahhab rahimahullah dalam kitab ini. Ketika selesai membaca mudzakkarat ini,
telah jelas bagiku bahwa itu merupakan sebuah dusta dari asalnya, dan Hamver ini
adalah seorang yang asalnya tidak ada, lalu diada-adakan. Maka dari itu saya
ingin menjelaskan kepada saudara-saudara sekalian tentang hal yang telah saya
dapatkan dari peneletianku terhadap mudzakkarat ini, dalam rangka membela Imam
Muhammad bin Abdul Wahhab –rahimahullah- dan juga dapat pembelaan terhadap kaum
muslimin dari tikaman orang-orang ahlul bid’ah. Allah Swt berfirman :






“Sebenarnya Kami melontarkan yang haq kepada yang batil lalu yang haq itu
menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.”(QS. Al-Anbiya’
: 18).






Dan dalam ayat lain Allah swt berfirman :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu". [Al Hujurat : 6].
Pada ayat ini ada pelajaran ilmiyah bagi kelompok orang-orang mukmin, yang
menjaga agamanya dan menjaga hubungan persaudaran antar sesama muslim, dengan
mencari kejelasan (tatsabut) terhadap semua berita miring yang dilontarkan untuk
memecah belah barisan kaum muslimin.










Akan senantiasa terus menerus musuh-musuh dakwah (Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab –rahimahullah-) berusaha dengan berbagai cara untuk menghancurkan dakwah
ini, yang tidak ada di dalamnya keilmiahan sedikitpun melainkan hanya
kebohongan dan kedustaan, laa haula wala quwwata illa billah. Wahai para
pencari kebenaran, risalah-risalah dan kitab-kitab Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab –rahimahullah- telah tercetak, diantaranya adalah seperti dibawah ini :
Al-Aqidah satu jilid, Fiqih dua jilid, Mukhtasor Siroh Nabi, kumpulan
fatwa-fatwa satu jilid, tafsir dan Mukhtasor Zaadul Ma’ad satu jilid, Rosail
Sakhshiyaah satu jilid, Kitab Hadits lima jilid, Mulhaq dan Mushonnafat satu
jilid. Jadi kesemuanya 12 jilid yang telah dikumpulkan oleh Lajnah Ilmiyah yang
khusus menangani masalah ini dan berasal dari Jaami’ah (Universitas Al-Imam
Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyyah), yang dikumpulkan serta diverifikasi oleh DR.
Abdul Aziz bin Zaid Ar-Ruumi, DR. Muhammad Biltaaji dan DR. Sayyid Hijab, serta
di cetak di Riyadh.












Maka barangsiapa yang ingin mencari kebenaran, hendaknya ia membandingkan ucapan
Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab –rahimahullah- dengan ucapan musuh-musuh
beliau. Karena kitab-kitabnya dan risalah-risalahnya telah tercetak. Kalau ada
sesuatu yang benar dari kitab-kitab dan risalah-risalah beliau kita terima, dan
kalau ada sesuatu yang salah maka kita tolak, dan kita tidak fanatik kepada
seseorang siapapun dia, kecuali Rasulullah yang mana beliau tidak berkata dengan
hawa nafsunya melainkan wahyu yang telah diwahyukan kepadanya.
Adapun kalau kita bersandar perkataan seorang Nasrani yang kafir yang tidak
dikenal, yang gemar minum minuman keras sampai mabuk, bahkan dia menyebut kalau
dirinya seorang pembohong. Maka keadaan kita persis seperti apa yang digambarkan
oleh syair dibawah ini :









Barangsiapa yang menjadikan seokor burung gagak sebagai dalil (hujjah)
Maka dia (burung gagak) akan membawanya melewati bangkai-bangkai anjing
Bagaimana tidak, padahal yang telah jelas dari risalah-risalah dan
bantahan-bantahan Al-Imam –rahimahullah- bahwasanya, di dalamnya ada penafian
(penolakan) terhadap apa-apa yang dikaitkan dengan dakwah beliau yang berupa
tuduhan-tuduhan, dan kedustaan-kedustaaan yang tidak pernah beliau ucapkan,
bahkan beliau mengingkarinya, dan berulang-ulang beliau mengatakan : “Hadza
buhtanun azhim (ini adalah suatu kedustaan yang besar)”.





Semoga Allah merahmati Imam Adz-Dzahabi yang mengatakan : “dan Kami belum pernah
menjumpai yang demikian itu dalam kitab-kitabnya”. Ketika itu Syaikh Adz-Dzahabi
menceritakan beberapa perkara yang dinukil oleh sebagian mereka yang dengannya
Imam Ath-Thabari menjadi tertuduh.”








Dan saya (syaikh Malik) katakan : Sesungguhnya apa-apa yang disebutkan dalam
mudzakkarat Hamver adalah omong kosong belaka, dan perkataan yang tidak
berlandaskan dalil sama sekali. Dan hal ini tidaklah keluar kecuali dari dua
macam manusia :











1. Orang yang bodoh kuadrat, tolol tidak bisa membedakan antara telapak
tangannya dengan sikunya.





2. Orang yang memperturutkan hawa nafsu, ahlul bid’ah dan musuh dakwah
tauhid.





Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya daging para ulama itu beracun,
barangsiapa yang mencela para ulama’ maka Allah akan mengujinya sebelum ia mati
dengan kematian hatinya. Kita memohon kepada Allah perlindungan dan keselematan.
Mudzakkarat Hamver pada dasarnya adalah sebuah kebohongan (kedustaan) dan Hamver
adalah seseorang yang sebenarnya tidak ada, lalu diada-adakan.




Setelah saya mempelajari mudzakkrat ini telah jelas bagi saya bahwasanya
mudzakkarat ini adalah hasil dari khayalan seseorang atau sebuah kelompok yang
misinya adalah menjelekkan/menjatuhkan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
–rahimahullah- dengan kedustaan, kepalsuan. Dan dalil dari perkataan ini sangat
banyak, diantaranya :



1. Dengan mengikuti sejarah yang disebutkan di dalam mudzakkarat, nampaklah
bagi kita bahwasanya Hamver tatkala bertemu dengan Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab, tatkala itu umur beliau kurang lebih masih 10 tahun. Ini adalah hal yang
tidak cocok bahkan bertentangan dengan apa yang ada di mudzakkarat (hlm 30),
bahwasanya Hamver berkenalan dengan seorang pemuda yang sering datang ke sebuah
toko, dan pemuda itu mengetahui tiga bahasa, yaitu bahasa Turki, Faris, dan
bahasa Arab, dan ketika itu ia sedang menuntut ilmu, dan pemuda dikenal dengan
nama Muhammad bin Abdul Wahhab. Dan tatkala itu beliau adalah seorang pemuda
yang antusias dalam menggapai tujuannya.




Dan engkau dapat merinci hal itu dengan dalil :


- Disebutkan di (hlm 13) : Kementrian Penjajah Inggris mengutus Hamver
ke Asana (markas khilafah Islamiyyah) tahun 1710 M/1122 H).



- Disebutkan di (hlm 18) : Bahwasanya dia tinggal di sana selama 2



tahun. Kemudian kembali ke London sebagaimana perintah, dalam rangka memberikan
ketetapan yang terperinci tentang kondisi di Ibu Kota pemerintahan.



- Disebutkan di (hlm 22) Bahwasanya dia berada di London selama 6 bulan.



- Disebutkan di (hlm 22) Bahwasanya dia pergi ke Basrah dan berada di
sana selama 6 bulan. Di Basrah inilah dia (Hamver) bertemu dengan Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab –rahimahullah-.




- Jadi kalau dijumlahkan tahunnya maka dapat diketahui bahwa Hamver
ketemu dengan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –rahimahullah- pada tahun 1713 M
atau 1125 H dan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab –rahimahullah- lahir pada tahun
1703 M atau 1115 H. jadi waktu ketemu Hamver umur Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab –rahimahullah- pada waktu masih sekitar 10 tahun. Dari sini dapat
diketahui kebathilan dan kebohongan Mudzakarat ini.




- Disebutkan di dalam Mudzakarat hlm. 100, bahwa Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab –rahimahullah- mulai menampakkan dakwahnya pada tahun 1143 H. dan
ini merupakan kebohongan yang nyata, karena Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
–rahimahullah- mulai menampakkan dakwahnya pada tahun kematian ayahnya yaitu
tahun 1153 H.



- Sesungguhnya sikap pemerintahan Inggris terhadap dakwah Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab –rahimahullah- bukan sikap yang ramah dan bersahabat,
tetapi sikap yang bermusuhan.



- Kita tidak menemukan kitab yang menyebut tentang mudzakarat ini
sebelumnya. Dan musuh-musuh dakwah syaikh yang mubarak ini selalu
menjelek-jelekkan dakwah ini, menisbatkan semua kejelekan kepadanya, dan anehnya
hal ini baru dikeluarkan pada waktu akhir-akhir ini. Hal ini jelas menunjukkan
kebohongan dan kedustaan mereka.




- Hamver adalah seseorang yang tidak diketahui (tidak dikenal), mana
maklumat yang menjelaskan tentang dia (hamver) ?? tidak ada...!!! bahkan tidak ada
maklumat dari pemerintah Inggris yang menjelaskan tentang tugasnya hamver ini.
- Orang-orang yang membaca mudzakarat ini pasti tidak menduga kalau yang
menulis ini orang nasrani, karena banyak ibarat/perumpamaan yang menikam agama
Nashrani dan pemerintahan Inggris.



- Dua naskah terjemahan dari mudzakarat ini tidak menyebutkan
tanda-tanda yang jelas mengenai kitab (mudzakarat yang asli), dan ditulis pakai
bahasa apa ?? sudah dicetak atau masih dalam bentuk manuskrip ?? itu semua tidak
jelas.




- Penerjemahnya pun tidak diketahui orangnya, pada naskah yang pertama
tidak disebutkan sama sekali tentang penerjemahnya. Begitu juga pada naskah yang
kedua.



- Pada naskah terjemahan yang kedua dijelaskan tanggal penerjemahannya
yaitu : 25 ‘haziran’ 1990. Apakah perkara yang sepenting ini dibiarkan begitu
saja ?? tidak ada yang mengetahui kecuali setelah 199 tahun kematiannya Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab –rahimahullah-.





- Kedua naskah itu sepakat bahwa tanggal 2 Januari 1973 pada akhir dari
mudzakarat itu. Dan apa yang dimaksud dengan tanggal ini saya tidak tahu ??
apakah ini penulisan mudzakarat hamver ini (seperti yang nampak) ?? Dan ini
membuktikan kedustaan mudzakarat ini, bahwa wafatnya syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab adalah 179 tahun setelah tanggal yang disebutkan itu.



- Semua yang ada di kitab-kitab Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
membantah semua yang ada di muzakkarat ini.



- Sesungguhnya keberadaan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dan dakwah
beliau sudah merupakan bukti yang cukup kuat untuk membantah apa yang disebutkan
di mudzakkarat.



Sikap Pemerintah Inggris terhadap Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
Ketika pemerintah Inggris mulai merasakan dari dakwah Syaikh



Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah yang semakin menguat dan meluas di berbagai daerah
yang di duduki oleh pemerintah Inggris. Seperti yang terjadi di India, terdapat
dakwah Syaikh Ahmad bin Irfan yang terkenal dengan nama Ahmad Barily dan para
pengikutnya yang mulai menguasai India dan menentang dakwah sesat dari Mirza
Ghulam Ahmad Al-Qodiyani yang di dudung sepenuhnya oleh Inggris dan dan
orang-orang yang tidak mengerti Islam sama sekali kecuali hanya sekedar namanya
saja.



Keseriusan pemerintah Inggris untuk menghancurkan dakwah Syaikh



Muhammad bin Abdul Wahhab yang menyeru manusia untuk kembali kepada Al-Qur'an
dan As-Sunnah ini semakin nampak. Ini terbukti dengan biaya dan tenaga yang
sangat besar yang telah keluarkan dalam menghentikan dakwah yang mubarakah ini.
Salah satu bukti kuatnya adalah ketika Ibrahim Baasya dari Mesir, berhasil
menghancurkan kota Dar’iyyah di Riyadh, tempat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
dan raja Abdullah bin Su’ud bin Abdul Aziz.




Pemerintah Inggris mengutus George Forster Sadleer yang menjabat sebagai ketua
Agen Inggris yang berkedudukan di India untuk melakukan perjalanan panjang dan
melelahkan menuju ke Riyadh dengan tujuan memastikan bahwa Dar’iyyah benar-benar
sudah hancur sekaligus memberikan ucapan selamat dan penghargaan kepada Ibrahim
Baasya. Setelah melalui perjalanan yang melelahkan akhirnya rombongan Sadleer
ini bertemu dengan Ibrahim Baasya pada tanggal 13 Agustus 1819 M di tempat yang
bernama Bi’ir Ali di dekat kota Madinah.”



Dari data-data diatas jelaslah kedengkian penulis terhadap dakwah tauhid yang
dilakukan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
Wallahu A’lam.


“Jika untuk mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam harus disebut
Wahhabi Maka saksikanlah aku adalah seorang Wahhabi.”