Selasa, 24 Juni 2014

Makna 2 Kalimat Syahadat

Alhamdulillah, penulis memuji kepada Allah. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.



Saudaraku yang berbahagia, asyahadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah adalah dua kalimat syahadat. Kalimat ini senantiasa diucapkan dalam shalat, adzan, dan selainnya. Akan tetapi, sudah pahamkah dengan maknanya?



Definisi Syahadat



Kata “syahadat” dalam bahasa arab diambil dari kata “musyahadah” yang artinya “melihat dengan mata kepala”. “Syahadat” adalah mengungkapkan isi hati. Oleh karena itu, “syahadat” haruslah mengandung keyakinan hati yang kokoh dan pengungkapan secara lisan. Maka, orang yang bersyahadat “Asyahadu an Laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah” berarti ia mengakui dengan lisan dan hati secara yakin bagaikan ia melihat dengan mata kepala.



Wajib Diucapkan dan Tahu Maknanya



Saudaraku, ada sebagian orang yang beranggapan bahwa seseorang sudah dikatakan muslim dengan semata-mata hatinya tahu makna syahadat tanpa perlu mengucapkannya. Anggapan ini adalah anggapan yang salah. Syaikh Shalih bin Fauzan hafidzahullah mengatakan: ”Orang yang tidak mau mengucapkan syahadat tidak disebut muslim meskipun ia mengetahui maknanya dengan hatinya…” [lihat I’anatul Mustafid]




Ada sebagian pula yang beranggapan bahwa syahadat sudah cukup dengan diucap tanpa perlu tahu maknanya. Ini juga anggapan yang salah. Syaikh Abdurrahman Bin Hasan rahimahullah mengatakan: “Ada pun hanya sekedar mengucap syahadat dengan lisan semata tanpa mengetahui maknanya dan tidak menyakini dengan sepenuh hati, maka hal itu tidak bermanfaat sama sekali bagi si pengucap“ [lihat Fathul Majid]




Satu Kesatuan Yang Tak Terpisahkan


Dua kalimat syahadat adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan bagaikan 2 sisi dari mata uang. Syaikh Shalih bin Fauzan hafidzahullah mengatakan : “Syahadat laa ilaaha illallah semata belumlah mencukupi akan tetapi harus diringi dengan syahadat muhammadan rasulullah. Seseorang yang hanya bersyahadat “Asyhadu an laa ilaaha illallah” saja dan menolak untuk bersyahadat “Asyhadu anna muhammadan rasulullah” maka ia bukanlah seorang muslim.” [I’anatul Mustafid]


Nikmat Terbesar



Saudaraku yang berbahagia, di antara nikmat terbesar yang diberikan kepada hamba adalah nikmat mengetahui makna syahadat. Bagaimana tidak? Karena orang yang mengetahui makna syahadat berarti ia mengetahui hak-hak Allah dan RasulNya. Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata : “Tiada nikmat yang lebih besar yang Allah berikan kepada hambaNya melebihi nikmat mengetahui makna laa ilaaha illallah. Dan laa ilaaha illallah bagi penghuni surga bagaikan air bagi penghuni dunia…” [kutipan Syaikh Shalih bin Fauzan dalam tulisan beliau yang berjudul Ma’na laa ilaaha illallah]



Makna Syahadat Laa ilaaha illallah



Laa ilaaha illallah mengandung 2 rukun yaitu nafyu (peniadaan-red) dan isbat (penetapan-red). “Laa ilaaha” adalah nafyu dan “illallah” adalah isbat. Syaikh Shalih bin Fauzan hafidzahullah mengatakan: “Laa ilaaha adalah nafyu yaitu membatalkan dan mengingkari segala bentuk peribadahan yang ditujukan kepada selain Allah. Sedangkan lafadz illallah adalah isbat, yaitu menetapkan peribadahan hanya untuk Allah saja. Oleh karena itu, makna yang benar untuk “laa ilaaha illallah” adalah “tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata”. [I’anatul Mustafid]
Memaknai Laa ilaaha illallah dengan makna “tiada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah semata” sejalan dengan Al Qur’an. Allah berfirman (yang artinya), “Demikianlah, sungguh Allah adalah yang benar dan yang mereka ibadahi dari selain Allah adalah bathil. Dan sesungguhnya Allah Maha Tinggi dan Maha Agung” (QS. Luqman : 30)


Syaikh Shalih bin Fauzan hafidzahullah mengatakan : “Ada pun menerjemahkan “laa ilaaha illallah” dengan “tidak ada sesembahan selain Allah” maka terjemahan semacam ini mengandung makna yang batil karena berkonsekuensi menjadikan semua yang diibadahi oleh manusia sebagai Allah. Dengan demikian, berarti berhala, kuburan, bintang, dan semacamnya adalah Allah. Ini adalah kesalahan yang fatal”. [I’anatul Mustafid]



Makna Syahadat Muhammad Rasulullah



Syahadat muhammad rasullah artinya menetapkan bahwa tiada manusia yang berhak diikuti seutuhnya kecuali Muhammad bin Abdillah bin Abdil Muthallib Al Hasyimi Al Qurasyi shallallahu ’alaihi wa sallam. Beliau adalah seorang hamba yang tidak memiliki sifat ketuhanan sama sekali dan seorang rasul yang tidak boleh didustakan. Allah berfirman (yang artinya) : “Tidaklah pantas bagi mukmin dan mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu pilihan, mereka masih memilih pilihan sendiri. Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguh ia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata” (QS. Al Ahzab : 36).



Syaikh Muhammad At Tamimi rahimahullah mengatakan: “Makna syahadat muhammad rasulullah yaitu mentaati semua perintah Rasulullah, membenarkan semua berita yang dibawanya, menjauhi semua larangannya dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan tata cara yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tuntunkan” [Al Ushuluts Tsalatsah]



Harus Diamalkan



Saudaraku, syahadat tidaklah cukup diucap dan diketahui maknanya akan tetapi harus diamalkan. Seseorang yang telah bersyahadat laa ilaaha illallah dan muhammad rasulullah maka syahadatnya haruslah dibuktikan dengan tindakan nyata, yaitu mengikhlashkan semua amalan ibadah kepada Allah dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan kepada Allah. Kemudian, ia melakukan semua amalan ibadah tersebut sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.


Syahadat Bisa Batal


Syahadat bisa batal manakala seseorang melanggar rukun dan syarat syahadat. di antara pembatal syahadat yaitu syirik, murtad, tidak menyakini kafirnya Yahudi dan Nasrani dan sebagainya.

Penjelasan lebih lanjut terkait pembatal syahadat silakah merujuk kepada kitab-kitab para ulama. Semoga tulisan yang ringkas ini bermanfaat. Hanya kepada Allah, penulis memohon taufik dan hidayahNya. Semoga kita diwafatkan dalam keadaan mentauhidkan Allah. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina muhammad wa ‘ala alihi wa sallama tasliiman katsiran.


Penulis : Fitriyansah // Santri Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta


Muroja’ah : Ustadz Afifi Abdul Wadud





Mengamalkan Dua Kalimat Syahadat

syahadat
Buletin At Tauhid Edisi 8 Tahun X
Asyhadu an laa ilaaha illallāh wa asyhadu anna Muhammad Rasuulullāh. Kalimat ini adalah pondasi Islam dimana bangunan Islam dibangun diatasnya. Kalimat ini memiliki makna agung dan konsekuensi besar yang wajib ditunaikan oleh setiap pengucapnya. Oleh karena itu, setiap dari kita wajib mengetahui, memahami, dan mengamalkan kandungannya.
Makna Syahadat Laa ilaaha illallāh
Laa ilaaha illallāh memiliki 2 rukun yaitu an nafyu (peniadaan) dan al itsbat (penetapan). An nafyu ditunjukkan pada kalimat ’Laa ilaaha’, yang artinya meniadakan semua peribadahan kepada selain Allah. Sedangkan Al itsbat ditunjukkan pada kalimat ’illallāh’, yang artinya menetapkan bahwa hanya Allah saja yang berhak diibadahi, tidak ada sekutu bagiNya. 



Maka, makna Laa ilaaha illallāh adalah laa ma’buda bi haqqin illallāh, yang artinya tidak ada sesembahan yang benar dan berhak diibadahi kecuali Allah semata. Sebagaimana firman Allah (yang artinya), ”Yang demikian itu karena Allah adalah sesembahan yang Haq (benar), adapun segala sesuatu yang mereka sembah selain-Nya adalah sesembahan yang bathil.” (QS. Luqman : 30).
Makna ”ilah” adalah sesembahan yang ditaati dan yang dipuja dalam hati dengan cinta, pengagungan, dan ketundukan. Sehingga, tidak ada ilah yang benar dan berhak diibadahi kecuali Allah semata. (Tadzhib Tas-hil ’Aqidah Islamiyyah, hal 32-33 dengan tambahan).



Pemaknaan Laa ilaaha illallāh dengan laa ma’buda illallāh (Tidak ada tuhan/sesembahan selain Allah), adalah pemaknaan yang keliru, karena realitanya ada banyak sesembahan yang disembah manusia selain Allah. Kalimat ini juga bisa bermakna, semua yang disembah manusia berupa pohon, berhala, orang shalih, dan yang lainnya adalah Allah. Pemaknaan seperti ini adalah kesalahan yang sangat fatal dan bukanlah pemaknaan yang dimaksudkan dari sisi bahasa Arab.
Konsekuensi Syahadat Laa ilaaha illallāh
Wajib bagi setiap muslim untuk mengikhlaskan semua bentuk ibadah dan menggantungkan hati kepada Allah semata serta mengingkari dan meninggalkan semua bentuk peribadahan kepada selain-Nya, karena dia telah mengucapkan syahadat Laa ilaaha illallāh




Siapa yang memalingkan sebagian ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a atau menyembelih atau bernadzar kepada selain Allah, atau meminta pertolongan kepada selain Allah padahal yang mampu memberikan pertolongan itu hanyalah Allah, maka dia telah terjatuh kepada syirik akbar, yaitu dosa yang paling besar yang tidak diampuni Allah kecuali dengan taubat. Baik dia tujukan ibadah tersebut kepada berhala, pohon, nabi, wali yang hidup atau yang sudah mati, sebagaimana yang banyak terjadi di zaman ini. Sesungguhnya Allah tidak ridha dipersekutukan dalam ibadah. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),Beribadahlah kamu sekalian kepada Allah saja dan janganlah berbuat syirik sedikitpun kepada-Nya.” (QS. An Nisaa’ : 36). (Al Irsyad ila Shahih Al I’tiqad, hal 24-25).
Makna Syahadat Muhammad Rasulullah
Makna kalimat syahadat ini adalah mengikrarkan dengan lisan dan meyakini dengan hati bahwa Muhammad bin ’Abdillah Al Quraisyi Al Hasyimi adalah hamba Allah dan utusan Allah kepada semua makhluk dari jin dan manusia. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”. (QS. Adz Dzariyat : 56). Tidaklah bisa beribadah kepada Allah kecuali dengan wahyu yang dibawa oleh Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Qur’an kepada hamba-Nya (Rasulullah), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. (QS.Al Furqan : 1).



Muhammad adalah Rasul Allah yang tidak boleh didustakan dan hamba Allah yang tidak boleh disembah dan diibadahi. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam tidak mempunyai hak rububiyyah (sifat ketuhanan-red). Tidak pula bisa memberikan manfaat dan madharat untuk dirinya sendiri dan orang lain tanpa izin dari Allah Ta’ala . (Syarh Tsalatsatul Ushul, hal 54-55).
Konsekuensi Syahadat Muhammad Rasulullah
Diantaranya, kita wajib membenarkan semua yang beliau beritakan, termasuk perkara ghaib berupa tanda-tanda hari kiamat, kejadian di alam akhirat, kisah ummat terdahulu, dan yang lainnya. Karena Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam tidak pernah berdusta. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),Dan tidaklah dia berkata menurut hawa nafsunya. Ucapannya itu hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya ” (QS. An Najm : 3-4). 



Selain itu, mentaati semua yang beliau perintahkan. Tidaklah beliau memerintahkan sesuatu, kecuali terdapat kebaikan dan manfaat di dalamnya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah” (QS. An Nisaa’ : 64).
Kemudian, meninggalkan semua yang beliau larang untuk dikerjakan. Tidaklah beliau melarang sesuatu kecuali terdapat keburukan dan bahaya didalamnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Apabila aku melarang sesuatu kepada kalian, maka tinggalkanlah dan apabila aku memerintahkan sesuatu kepada kalian, maka kerjakanlah semampu kalian” (HR. Bukhari dan Muslim).



Yang terakhir, tidaklah beribadah kepada Allah kecuali dengan syariat yang beliau ajarkan. Tidak boleh beribadah dengan hawa nafsu dan bid’ah. Karena ibadah adalah perkara tauqifiyyah (membutuhkan dalil), yang harus berdasarkan Al Qur’an dan sunnah beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang beribadah dan beramal dengan amalan yang tidak kami peritahkan, maka amalan tersebut tertolak”.(HR. Muslim). (Jami’ Syuruh Tsalatsatul Ushul, hal 274-276)
Meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkannya
Adapun mengucapkan syahadat dengan lisan dan mengingkarinya di dalam hati, ini adalah jalan orang-orang munafik. Allah Ta’ala berfirman tentang mereka (yang artinya), ”Sesungguhnya orang-orang munafik itu ditempatkan pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An Nisaa : 145).
Sebaliknya, jika hanya meyakini dalam hati, tetapi tidak mengucapkannya dan melaksanakan konsekuensinya, maka tidaklah bermanfaat keyakinannya itu. Sebagaimana yang terjadi pada paman Nabi, Abu Thalib, dan sebagian besar kaum musyrikin jahiliyyah.




Dan jika sudah diyakini dan diucapkan, tetapi tindakan nyatanya bertentangan dengan ucapannya, maka tidaklah bermanfaat syahadatnya tersebut. Seperti yang banyak terjadi di zaman ini, banyak kaum muslimin yang berdoa kepada orang yang sudah mati di kuburan mereka. Hal ini bertentangan dengan syahadat Laa ilaaha illallāh. Banyak pula yang tidak mau menjadikan petunjuk Rasulullah sebagai jalan hidupnya. Hal ini bertentangan dengan syahadat Muhammad Rasulullah.




Demikianlah, 2 kalimat syahadat ini juga merupakan pondasi ibadah dimana semua ibadah dibangun diatasnya. Tidaklah diterima suatu ibadah, kecuali jika diniatkan ikhlas karena Allah (kandungan syahadat Laa ilaaha illallāh) dan mengikuti syariat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (kandungan syahadat Muhammad Rasulullah). Dan kualitas ibadah seseorang berbeda-beda sebanding dengan kadar ikhlas dan ittiba’ dalam ibadahnya tersebut. (Lihat Jami’ Syuruh Tsalatsatul Ushul).



Buletin At Tauhid Edisi 8 Tahun X


Penulis : Ferdiansyah Aryanto, S.T. (Alumni Ma’had Al ’Ilmi Yogyakarta)




Sabtu, 21 Juni 2014

Keterkaitan ‘Abdullah ‘Azzam dengan Usamah bin Laden

Penulis: Al Ustadz Luqman Ba’abduh

Keterkaitan ‘Abdullah ‘Azzam dengan Usamah bin Laden

Pada halaman 137, saudara Abduh ZA mengatakan:



“Dari mana Al Ustadz Luqman tahu bahwa ini adalah doktrin yang diajarkan kepada Usamah bin Laden dan bahwa Usamah adalah murid DR. Abdullah Azzam?”
Pembaca yang budiman …



Untuk kesekian kalinya, dengan penuh percaya diri dia berani mengkritik dan menuduh orang lain dalam suatu permasalahan yang ternyata data dan faktanya sangat jelas dan mudah didapatkan. Untuk itu kami akan menyebutkan bukti dan fakta yang menunjukkan hubungan erat antara ‘Abdullah ‘Azzam dan Usamah bin Laden, serta pengaruhnya yang sangat kuat terhadap diri dan sikap Usamah. Sekaligus bukti yang menunjukkan bahwa Usamah bin Laden adalah murid ‘Abdullah ‘Azzam.



Dalam buku berjudul Bal Hiya Harbun ‘alal Islam karya Dr. Mu hammad ‘Abbâs, –yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul BUKAN.. Tapi Perang terhadap Islam1) , (edisi Indonesia buku ini diberi Pengantar oleh Abubakar Ba’asyir (pembesar MMI) dan Ir. H . Muhammad Ismail Yusanto, MM Jubir HTI (Hizbut Tahrir Indonesia)— disebutkan:
Pada halaman 271-272, di bawah pembahasan “BAGAIMANA PEMIKIRAN USÂMAH TERBENTUK”, dinyatakan sebagai berikut:



“Tapi, di perguruan tinggi, ada dua tokoh yang memiliki pengaruh tersendiri dalam kehidupannya, yaitu Ustadz Mu hammad Qutb 2) dan Syaikh ‘Abdullâh ‘Azzâm, karena Tsaqafah Islamiyah merupakan salah satu bidang studi wajib di Universitas.”



Kemudian pada halaman 272, di bawah pembahasan: “BIN LÂ DIN MEMULAI JIHAD” , dinyatakan sebagai berikut:



“Tapi, di perguruan tinggi, ada dua tokoh yang memiliki pengaruh tersendiri dalam kehidupannya, yaitu Ustadz Mu hammad Qutb 2) dan Syaikh ‘Abdullâh ‘Azzâm, karena Tsaqafah Islamiyah merupakan salah satu bidang studi wajib di Universitas.”
Kemudian pada halaman 272, di bawah pembahasan: “BIN L آ DIN MEMULAI JIHAD” , dinyatakan sebagai berikut:


“Dr. Syaikh ‘Abdullâh ‘Azzâm salah seorang yang dijumpai oleh Usâmah pada masa itu, lantas menanamkan kecintaan jihad pada dirinya. “


Kemudian pada halaman berikutnya (273), dinyatakan:


“Pembangunan Baitul Anshar bersamaan dengan pembangunan Maktabul Khidmât (Kantor Pelayanan Mujahidin –penerj.) di Peshawar yang diprakarsai oleh Syaikh ‘Abdullâh ‘Azzâm v . … Selama masa itulah, terjalin hubungan yang eratantara Syaikh ‘Abdullâh ‘Azzâm dengan Usâmah, …”.
[Cetak tebal pada penukilan-penukilan ini dari kami]


Demikianlah, ‘Abdullah ‘Azzam merupakan salah satu dari dua tokoh penting yang sangat berpengaruh pada diri Usamah bahkan terjalin hubungan erat di antara keduanya, sehingga ‘Abdull ah ‘Azzam menanamkan paham “jihad” kepadanya.



Sekali lagi, sebenarnya permasalahan ini sangatlah mudah. Bukti dan faktanya sangat jelas. Namun, saudara Abduh ZA dengan trik-triknya yang licik selalu berupaya untuk mencari celah-celah yang dapat menggiring pembaca untuk membenarkan kesimpulan-kesimpulan yang dimaukannya.
—————————————————
Catatan kaki :


1) Diterjemahkan oleh seorang yang menamakan dirinya Ibnu Bukhori, diterbitkan oleh Wacana Ilmiah Press, Solo ( wipress@plasa.com) (Cetakan Pertama: April, 2004).
2) Keterangan ini juga menunjukkan bahwa Muhammad Quthb yang merupakan salah satu tokoh berpaham IM —yang beberapa buku terjemahnya diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar— memiliki pengaruh tersendiri dalam kehidupan Usamah bin Laden.
dari : Menebar Dusta Membela Teroris Khawarij, hal. 363-364

http://merekaadalahteroris.com/azam-laden.htm

BERSAMA SYAIKH SALAFIYYIN DI AFGHANISTAN


مع شيخ السلفيين في أفغانستان

BERSAMA SYAIKH SALAFIYYIN DI AFGHANISTAN


Oleh :
Syaikh Utsman ‘Abdus Salam Nuh

Majalah ”al-Mujahidun” mengobservasi lisaanu haal (kenyataan lapangan) dakwah salafiyyah dengan mengadakan wawancara bersama Syaikh Jamilurrahman rahimahullahu dan bertanya kepada beliau dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini :






س : يقولون إن الجماعة تـهتم فقط بالدعوة وأن لديها قصورا كبيرا في الجهاد ولا تقوم بالإعداد الواجب تجاه هذه الفريضة ؟
Pertanyaan : Mereka mengatakan bahwa jama’ah ini (Jama’ah ad-Da’wah ilal Qur’an was Sunnah, pent.) hanya memperhatikan masalah dakwah saja dan melalaikan jihad serta tidak mengadakan persiapan yang memadai untuk melaksanakan kewajiban ini?




الشيخ جميل : ليس هذا الكلام صحيحا فالجماعة بفضل الله تعالى من أول من قام بواجب الجهاد وهؤلاء المجاهدون وعامة الناس من الأفغان إن وقفوا موقف العدل والإنصاف فلا بد أن يعترفوا بأن أول من قام بالجهاد هي جماعتنا وأن أول ركب الشهداء ممن ينتمون إلى جماعتنا وكانوا من طلبة العلم ومنهم الأخ / حبيب الله ، والأخ/ معصوم ، والأخ/ سعيد الرحمن ، وأول قرية احترقت في سبيل الله هي قريتنا (( ننجلام )) ومن المعلوم أنه يوجد في كل البلدان وخاصة هذه البلاد جهل كبير في المسلمين حيث اختلطت عقائدهم بآثار الوثنية ومظاهر الشرك فإذا لم نصحح عقائد المجاهدين فإن مسيرة جهادهم تكتنفها الأخطار ويخشى عليها ألا تصل إلى أهدافها أما عن عدم وجود ذكر لجهادنا فنحن لم نسع لأن يكون جهادنا مذكورا عند الناس . أ . هـ
Syaikh Jamil : Tuduhan tersebut tidak benar. Jama’ah ini –bifadhlillah- merupakan jama’ah pertama yang melaksanakan kewajiban jihad. Mereka para mujahidin dan seluruh rakyat Afghanistan, apabila mereka mau bersikap adil dan fair maka seharusnya mengakui bahwa jama’ah kami inilah yang pertama kali memulai jihad. Dan bahwasanya, para syuhada’ di dalam jihad ini yang pertama kali adalah orang-orang yang berintima’ (condong) kepada jama’ah kami, dan mereka (para syuhada’) ini adalah dari kalangan para thullabatil ‘ilmi (pelajar). Diantara mereka ada al-Akh Habibullah, al-Akh Ma’shum dan al-Akh Saidurrahman. Desa pertama yang dihanguskan di jalan Alloh adalah desa kami “Nanjilam”. Telah dimaklumi, bahwa di setiap negeri terutama di negeri ini, selalu saja ada kejahilan besar di tengah-tengah kaum muslimin, dimana aqidah mereka bercampur dengan sisa-sisa watsaniyyah (paganisme) dan mazhohir (simbol-simbol) kemusyrikan. Jika kami tidak meluruskan aqidah para pejuang mujahidin, maka perjalanan jihad mereka akan dikepung dengan berbagai bahaya dan dikhawatirkan tidak akan pernah sampai kepada cita-cita mereka. Adapun jihad kami yang tidak pernah disebut-sebut orang maka kami tidak pernah berupaya supaya jihad kami disebut-sebut manusia. [selesai]





Saya mengatakan : Syaikh Jamil sedang mengisyaratkan ucapannya pada ‘penggelapan’ disengaja yang dilakukan media al-Ikhwan dan para khuthoba’ (penyeru)-nya hanya karena beliau tidak mengikatkan pemikiran beliau kepada para pemimpin al-Ikhwan dan hal ini menurut mereka lebih besar dosanya daripada dosa mensekutukan Alloh. Padahal sangat mungkin mereka memuji-muji shufiyah dan syiah serta beraliansi dengan mereka, namun mereka tidak mau menerima orang yang menyelisihi manhaj mereka walaupun orang itu adalah seorang muwaahid. Jika tidak, lantas apa rahasia dibalik penyembunyian ma’lumat (informasi) ini dari kaum muslimin?! Bahkan menurut timbangan anda, dimanakah sikap keadilan itu?!





Setahuku, timbangan yang benar untuk kita utamakan manusia dengannya adalah –yang pertama kali sekali- keselamatan aqidah dan wala’ (loyalitas) serta dakwah kepadanya. Namun saudara-saudara kami dari harokiyyin menjadikan timbangan penentu dalam hal ini adalah kepeloporan di dalam jihad. Mereka berdalil dengan perbuatan para sahabat yang mana telah shahih riwayat bahwa jika mereka ingin memuji mereka akan mengatakan, حضر غزوة كذا وكذاia pernah mengikuti perang ini dan ini”.





Mereka lupa bahwa para sahabat tersebut tidak ada seorangpun yang beraqidah syirik. Bahkan mereka seluruhnya tegak di atas aqidah shahihah. Oleh karena itu, pengutamaan mereka berpindah kepada kuantitas banyaknya amalan. Adapun zaman sekarang ini, dunia dipenuhi oleh shufi, khurofi, syi’i, asy’ari dan firqoh-firqoh sesat lainnya, sehingga peremehan masalah aqidah melampaui masalah lainnya.




Seandainya keadaan memaksa, taruhlah misalnya bahwa jihad itu digerakkan oleh orang syi’ah shufi quburi, lantas apakah kita akan mengutamakan mereka lebih daripada seorang salafi yang datang setelah mereka setahun atau dua tahun?! Demi Alloh, tidak akan menghukumi seperti ini seorang yang mengetahui perbedaan antara syirik dan tauhid, bahkan seandainya salafi tersebut tidak turut berjihad, maka ia tetap lebih utama ketimbang seorang yang jatuh kepada kesyirikan dan berjihad!!!





Rakyat Afghanistan mengakui, bahwa para Mujahidin di wilayah Kunar di bawah pimpinan Jamilurrahman telah jauh mendahului semua wilayah lain di dalam jihad. Pengakuan tersebut didasarkan pada bukti-bukti dan sumber-sumber dari jama’ah-jama’ah lain. Maka sungguh komandan Jamilurrahman, beliau memiliki keutaman dari segala timbangan : aqidah beliau lurus dan beliau adalah pelopor di dalam jihad. Namun ‘pengkhianatan’ tak termaafkan yang beliau lakukan adalah : beliau tidak menganut manhaj al-Ikhwan. Maka beliau dihukum oleh media massa ikhwaniyah dengan menghilangkan namanya dan menguburkan jasa-jasa beliau di bawah bumi yang ketujuh. Sementara itu mereka menginformasikan semua pemimpin dari berbagai partai beserta komandan-komandannya di medan tempur, yaitu para para pemimpin dan komandan yang berhaluan ikhwaniyah.





Tapi mereka tidak pernah menyebutkan satupun pemimpin salafiyyah bagaimanapun juga keadaan mereka. Dengan perbuatan ini, mereka masih saja mengklaim bahwa mereka adalah golongan salaf yang memahami hak-hak aqidah berupa al-Wala’ wal Baro’, pertolongan dan dukungan. Padahal sesungguhnya mereka tidak mengerti apapun melainkan hanya sentimen kepartaian hizbiyah ikhwaniyah!!!




Syaikh ‘Abdullah ‘Azzam ghofarollahu lahu mengatakan :




و ميزان التفاضل الآن بين الأفغان هو عدد السنوات التي قضاها في المعركة فلا يستطيع أحد مهما كان جاحدا أن ينكر جهاد أحمد شاه مسعود و جلال الدين حقاني و مولوي أرسلان وفريد و إنجنين بشير أحمد و إنجنير ضياء ( هرات )
Dan timbangan keutamaan sekarang ini antara Afghanistan (dengan negeri lainnya) adalah bilangan tahun yang telah dihabiskannya di dalam medan peperangan. Tiada seorangpun sebesar apapun upayanya di dalam menghalang-halangi jihad yang bisa mengingkari jasa jihad Ahmad Syah Mas’ud, Jalaludin Haqqoni, Maulvi Arselan, Farid, Ir. Basyid Ahmad dan Ir. Zhia` (Herat).” (Khidhamul Ma’rokah hal. 116 karya Syaikh ’Abdullah ’Azzam).




Saya katakan : Memang tak ada seorangpun yang dapat menolak jasa-jasa jihad mereka ini, namun (perlu diingat) hanya karena sentimen hizbiyyah, seseorang dapat mengingkari orang yang lebih dulu dari mereka (di dalam jihad), bahkan beliau adalah mujahid pertama di seluruh Afghanistan. Jika bukan karena sentimen hizbiyyah, lalu mengapa kita dapat menemukan pengakuan dalam media-media massa lainnya bahwa Syaikh Jamil rahimahullahu adalah mujahid pertama namun tidak kita dapatkan penyebutan diri beliau di dalam media-media ”Maktab al-Khidmat” [Lembaga bantuan jihad yang dipimpin Syaikh ’Abdullah ’Azzam rahimahullahu, pent.]

Bagaimana Kita Mengetahui Kebenaran?




Adapun jihad di Afghanistan dimulai dari wilayah Kunar di bawah kepemimpinan Syaikh Jamilurrahman, dan ini merupakan kebenaran yang dikenal luas di Afghanistan sebagaimana yang ditegaskan oleh Syaikh Jamil rahimahullahu sebelumnya. Namun media informasi kami amatllah lemah sedangkan jama’ah al-Ikhwan memiliki media massa yang amat baik, metode penyiaran yang amat menarik dan memukau. Dengan media itulah mereka berhasil mencemarkan berita tentang syaikh rahimahullahu di hadapan para pemuda Arab bahkan juga di hadapan para salafiyyin. Patut disayangkan memang, padahal keadilan harus ditegakkan bahkan terhadap seorang kafir sekalipun (harus tetap berlaku adil).



Sungguh demi Alloh, saya amat heran melihat keberanian dan kelancangan para pemuda tersebut terhadap para pemimpin salafiyyin. Alangkah mudahnya mereka menuduh para pemimpin tersebut dengan tuduhan-tuduhan bohong dan dusta, sekurang-kurangnya mereka menuduh dengan tuduhan ta’ashshub (fanatik) dan tasyaddud (radikal). Tuduhan tersebut keluar dari mulut-mulut mereka semudah tumpahnya setetes air dari sebuah ember, terutama saat wajah mereka padam dan urat leher mereka menggelembung jika saya katakan kepada mereka, ”pemimpin Fulan, yang kalian berperang bersamanya dan mendukung perjuangannya, aqidah apakah yang dianutnya?!”.
Kalau sekedar pertanyaan seperti ini, tidak akan membawanya kepada para pemimpin yang termasyhur di media massa itu, maka kami harus membahas masalah ini dari sumber-sumber independen yang tidak memihak agar kesaksiannya dapat diterima para pembaca sehingga dapat menempatkan permasalahan sesuai pada proporsinya, dan agar para pembaca dapat menjadi hakim untuk menilai pengakuan-pengakuan yang diucapkan oleh setiap aliran.

Kesaksian Datang Dari Mereka Sendiri





Majalah ”Al-Mujahidun” yang diterbitkan Jam’iyyah Islamiyyah – Robbani, memuat artikel tulisan DR. Muhammad Musa Tawana pada edisi no. 17 Februari 1989 dengan judul ”Nahdhoh Afghanistan al-Islamiyyah – Mudzakkarat DR. Muhammad Musa Tawana” (Kebangkitan Islam Afghanistan – Catatan Harian DR. Muhammad Musa Tawana). DR. Tawana berkata –dan beliau adalah salah seorang pembesar Jam’iyah Islamiyyah- :




و كنا نبحث عن طريق للنهوض بأمر الجهاد المسلح الذي كان قد بدأ منذ مدة في إقليم كنر ، و قد علمت أن اثنين من الأخوة : الأستاذ رباني و فضيلة الشيخ صبغة الله مجددي قد كلفا ببدء العمل لتأسيس هذه الجبهة و قد وصل الشيخ مجددي إلى بيشاور لهذا الغرض .
Dan kami ketika itu sedang mencari metode untuk bangkit melaksanakan jihad bersenjata yang telah dimulai sebelumnya selama beberapa waktu di propinsi Kunar. Dan saya tahu persis bahwa dua orang saudara, al-Ustadz Rabbani dan Fadhilatus Syaikh Mujaddidi telah bersusah payah untuk memulai aktivitas mendirikan front ini, dan Syaikh Mujaddidi telah sampai ke Peshawar untuk misi ini.”






Saya berkata : Dari nukilan di atas telah menjadi jelas bahwa ketika partai-partai lain masih sedang berunding tentang perkara jihad bersenjata maka jihad ini telah mulai bergolak di Kunar semenjak beberapa lama di bawah pimpinan Syaikh Jamilurrahman rahimahullahu.
Seorang komandan lapangan Mujahidin bernama Zhahir Khan –pemimpin tertinggi partai Jam’iyyah Islamiyyah di propinsi Kunar- mengatakan kepada saya bahwa Syaikh Jamilurrahman dan Syaikh Ghaniyullah pernah menawarkan kepadanya ide jihad bersenjata semenjak masa pemerintahan Dawud. Mereka berbicara kepadanya tentang kebobrokan rezim Dawud dan perlunya jihad, ia mengatakan :
فلم أوافقهم في البداية على هذا الطلب ثم عرفت أخيرا أن كلامهم حق
Pada awalnya saya tidak menyetujui permintaan mereka, lalu akhirnya saya tahu bahwa ucapan mereka adalah benar.”





Apa yang disebutkan oleh Syaikh ’Abdullah ’Azzam bahwa gerakan ”Jawanan Muslim” telah memulai jihad pada tahun 1975 di bawah pimpinan Sayyaf, Hekmatiyar dan Robbani ternyata telah lebih dulu didahului selama 2 tahun oleh Jama’ah ad-Da’wah yang memulai jihad pada tahun 1973, sebagaimana yang akan dijelaskan nanti. Artinya, selama 2 tahun itu, Jama’ah ad-Da’wah berupaya membangkitkan jihad di wilayah-wilayah lain. Lagipula, jihad yang dimulai oleh para mahasiswa gerakan ”Jawanan Muslim” hanyalah berupa serangan-serangan di dalam bangku kuliah melawan para mahasiswa komunis yang memang di negeri-negeri Islam belum banyak terjadi serangan-serangan dan perang urat syaraf semacam ini. Lebih khusus lagi, yang melaksanakan perang urat syaraf inipun hanyalah Hekmatiyar, sedangkan Sayyaf belum memulai jihadnya karena ia masih dipenjara bersama yang lain-lain dengan tuduhan membagi-bagikan selebaran gelap. Penahanan itu terjadi tahun 1975 dan ia baru keluar penjara tahun 1981, yang pada saat itu jihad umum telah dimulai dan tersebar luas ke setiap lapisan masyarakat semenjak 3 tahun sebelumnya. Adapun Robbani, ia belum melihat urgennya ide jihad bersenjata, sebab ia masih ingin mencapai kursi kekuasaan melalui cara-cara parlementer, tertipu oleh ide-ide ikhwaniyah.





Surat Kabar ”Asy-Syahadah” yang diterbitkan Hizb Islami (Hekmatiyar) pada edisi nomor 218 tanggal 29 Februari 1990 telah berbicara secara benar yang terang benderang ketika menulis artikel berjudul ”Wilayatu Kunar wa Hukumatu Bisyawar” (Propinsi Kunar dan Pemerintahan Peshawar) yang menyatakan :




في عام 1352م هجري شمسي – تاريخ أفغاني يوافق 1973م – بدأ مجاهدو ولاية كنر جهادهم و كان أول من أسس الجهاد في هذه الولاية ثلاثة أشخاص : مولوي جميل الرحمن ، و كشمير خان ، و المهندس وحيد الله ، و قد أخذ المسلمون في أفغانستان نظام جهادهم من ولاية كنر حيث انتشر الجهاد في الولايات الأخرى عام 1357 ثم بعد ذلك انضم معسكر ( أسمار ) إلى المجاهدين و كان لهذا الانضمام أكبر أثر في تاريخ الجهاد و بعد هذا توالت الفتوحات حتى تم تحرير كنر كلها على أيدي المجاهدين
Pada tahun 1352 Hijriyah Syamsiyah penanggalan Afghanistan yang bertepatan dengan tahun 1973, para Mujahidin wilayah Kunar memulai jihad mereka. Yang pertama kali menegakkan jihad di wilayah ini adalah tiga figur : Maulvi Jamilurrahman, Kasymir Khan dan Ir. Wahidullah. Kaum muslimin Afghonistan meniru pengorganisasian jihad mereka dari wilayah Kunar sehingga tersebarlah jihad di wilayah-wilayah lainnya pada tahun 1357. kemudian setelah itu tangsi militer ”Asmar” bergabung dengan Mujahidin. Penggabungan ini menimbulkan pengaruh besar dalam sejarah jihad karena setelahnya banyak terjadi kemenangan-kemenangan militer, hingga sempurnalah pembebasan wilayah Kunar di bawah kekuasaan Mujahidin.”
Inilah ulasan singkat tentang peranan salafiyyin Afghanistan di dalam jihad Afghani.

(Berlanjut dengan Peranan Salafiyyin Arab dalam Jihad Afghanistan)

Dialihbahasakan dari ath-Thoriq ilal Jama’atil Umm, cet. II, 1412/1991, Darul Manar lin Nasyr, hal. 145-149
Download Artikel terkait :