Selasa, 06 Januari 2015

Kumpulan Perkataan Ulama dan Qiyadah Jihad Atas Kesesatan Daulah Al-Baghdadi

Pengantar Redaksi:

Majalah Dabiq volume enam yang diterbitkan Al-Hayat Media Center dalam waktu singkat berhasil menuai respon heboh dan fenomenal. Dengan pongah dan berani akhirnya Daulah Al-Baghdadi menyingkap manhaj ghuluw dan takfiri yang mereka usung melalui edisi anyar yang mereka beri judul cover “Al-Qaeda Waziristan, Kesaksian Dari Dalam”. Tanpa basa-basi Daulah akhirnya mengetuk palu vonis mereka atas hampir seluruh Mujahidin dunia Islam, dan yang selamat dari vonis nyeleneh ini hanya segelintir kelompok yang telah berbai’at pada mereka.

Vonis Daulah Al-Baghdadi atas mujahidin melalui majalah resminya ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Mullah Umar: Sesat.
Syaikh Usamah bin Ladin: Murji'ah.
Syaikh Ayman Az-Zhawahiri: Menyimpang dan mubtadi’.
Syaikh An-Nazhary: menghilangkan hikmah dari Yaman
Syaikh Al-Maqdisy dan Abu Qatadah: Dajjal Menyesatkan
AQIS: Sufi Punjabi
AQAP: Bukan muwahhidin
AQC: Murji'ah
Jabhah Nushrah: Murtaddin
Ahrar Syam: Murtaddin
Hamas: Murtaddin, dan terakhir:
Semuanya Sesat dan Murtaddin, hanya ISIS satu-satunya muwahhidin.
Untuk merespon vonis para khawarij atas sosok-sosok mulia yang pernah dimiliki umat pada abad ini, maka Muqawamah Media secara eksklusif merilis kumpulan perkataan Kibar Ulama tentang para khawarij semenjak mereka masih menamakan diri ISIS (Islamic State of Iraq and Syam) hingga mereka mengubah nama menjadi IS (Islamic State). Jauh hari sebelum Dabiq menelanjangi hakikat manhaj ghuluw dan takfiri Daulah, para Ulama dan Qiyadah mujahidin telah menasehati umat dengan bashirah mereka yang tajam akan hakikat kesesatan jama'ah Daulah Al-Baghdadi.

Selamat membaca.

Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi fakkallahu asrahu:
“Oleh karena itu, kami dengan ini menyatakan bahwa tandhim Daulah Islam di Irak dan Syam adalah tandhim yang telah menyimpang dari jalan kebenaran, memerangi mujahidin, memiliki kecenderungan sifat ghuluw (ekstrim), terlibat dalam menumpahkan darah ma’sumin (orang-orang yang darah, harta dan kehormatanya haram diganggu), merampas harta mereka, merampas ghanimah dan wilayah yang telah dibebaskan dari rezim oleh mujahidin, mereka menyababkan kerusakan dalam jihad, perpecahan mujahidin, mereka telah membalikkan arah senjata dari musuh-musuh murtad kearah mujahidin dan kaum muslimin, dan peyimpangan-penyimpangan yang telah dicatat lainnya.” Kondisi daulah Islam Irak dan Syam dan sikap yang dibutuhkan dalam menghadapi mereka: Halaman 4/5.

Syaikh Abu Qatadah Al-Filisthini hafidhahullahu:
“Yaitu kepemimpinan Daulah Islam Irak dan cabangnya di Suriah, telah menjadi jelas bagi saya dengan pasti bahwa kelompok ini melalui dewan militer dan dewan syari’atnya yang melegitimasi aksi mereka, bahwa mereka adalah anjing-anjing neraka. Saya tidak ragu dalam aturan ini disebabkan aksi dan tindakan keji mereka.” Risalah untuk pelaku jihad dan yang mencintai jihad – Halaman 2,

Syaikh Al-Muhadith Sulaiman Al-Alwan fakkallahu asrahu:
 “Daulah tidak memiliki hak untuk menyerang suatu daerah dan merebutnya, sementara orang-orangnya mengatakan: sebaiknya kalian pergi atau kami akan membunuh kalian, atau sebaiknya kalian memberi kami Bai’at atau kami akan membunuh kalian… Hal ini jelas tidak benar, karena Daulah tidak memiliki Bai’at Umum, dari kondisi Bai’at Umum adalah bahwa Ahl Hal wal Aqd (orang-orang berengaruh) memilih dia (pemimpin), dan Abu Bakar (Baghdadi) tidak dipilih oleh Ahl Hal wal Aqd, jika pemimpinnya sendiri tidak ridha dengan tindakannya bagaimana dia bisa mencari Bai’at dari orang lain? Dia bukan Khalifah semua umat Islam; dia hanyalah pemimpin dari sebuah kelompok. Dan mencari Bai’at dari orang lain, kemudian memerangi mereka yang tidak memberikan Bai’at, ini adalah tindakan Bughat (pelanggar) dan bukan tindakan orang-orang yang baik dan berbudi.” Dari Rekaman Audio yang dipublikasikan di Internet.

Komando Umum – dari Tandzim Al-Qaeda mengeluarkan pernyataan yang menyatakan:
“Qai’datul Jihad (Al-Qaeda) menyatakan bahwa ia tidak memiliki hubungan dengan kelompok Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS). Kami tidak diberitahu tentang pembentukannya, tidak pula perembugannya. Kami tidak puas dengannya, kami berpesan untuk pembubarannya, dengan alasan Daulah Islam Irak dan Syam bukanlah cabang dari kelompok Al-Qaeda dan tidak memiliki hubungan organisasi dengan nya. Organisasi (Al-Qaeda) juga tidak bertanggung jawab atas tindakan dan perilaku mereka.” (‘Pernyataan Mengenai Hubungan antara Kelompok Qai’datul Jihad (Al-Qaeda) dan Kelompok Daulah Islam Irak dan Syam’ – 21 Rabi ul Awwal 1435).

Dr. Ayman Az-Zhawahiri, Amir Tandzim Al-Qaeda ditanya mengapa ia telah melepaskan Daesh (ISIS) dari Al-Qaeda, ia berkata:
“Ada perbedaan antara dua Manhaj (Metodologi). Manhaj kami adalah salah satu kehati-hatian terhadap darah (yang dilindungi) dan pantangan melakukan operasi dimana darah (yang dilindungi) bisa turut tertumpah secara tidak adil; di pasar, masjid, lingkungan dan bahkan di antara kelompok Mujahidin. Manhaj kami juga merupakan keinginan untuk mengumpulkan umat dan menyatukannya dengan kalimat Tauhid, dan mengupayakan kembalinya Khilafah Rasyidah yang dibentuk melalui Syura (perundingan) dan kepuasan Kaum Muslimin.” (Pertemuan ketujuh dengan sebagai Yayasan As-Sahaab – Rajab 1435 H/Al Nukhbah – Halaman 11/12).

Dia juga mengatakan, menyinggung mereka: “Cucu-cucu mereka akan kehilangan di Tanah Syam *** Dan Tuhanmu cukup sebagai Penolong dan Pemberi Petunjuk.” (‘Sanjungan untuk Syuhada yang Terfitnah Syaikh Abu Khalid As-Suri’- Halaman 3).

Pemimpin Al-Qaeda di Khurasan Azzaam Al-Amriki dalam pidatonya untuk Syaikh Abu Khalid As-Suri berkata:
“Jari yang menyalahkan dalam tanggung jawab atas kejadian ini telah menunjuk sebuah kelompok yang terkenal dengan keghuluwan, kekerasan, Ta’asub (loyalitas kepada kelompok tertentu), kediktatoran, tirani mereka dan mereka telah menjauhkan diri dari jalan orang-orang Islam dan Jihad di Suriah serta dari orang-orang berpengetahuan, dari Mujahidin yang unggul dan terdahulu di mana-mana. Kelompok yang disebut-sebut terkenal karena menghindari dan lari dari masalah, secara teratur terlibat dalam skema untuk menghindari konfrontasi dan tanggung jawab, pada kenyataannya mereka diketahui menggunakan Taqiyah dan penyembunyian (hal-hal) yang berbeda dengan apa yang mereka ungkapkan, ini adalah praktek pemikir ekstremis di era ini yang bertentangan dengan pendahulu mereka dari Hururiyah yang dikenal karena kebenaran dan menghindari kebohongan.” (‘Pidato [untuk] Syaikh Abu Khalid As-Suri’).

Pemimpin Al-Qaeda di Khurasan, Ahmad Faruq, mengomentari pidato juru bicara ISIS, Adnani, mengatakan:
“Tapi hari ini kita menemukan dia yang telah membatasi Islam dan hubungan Wala (loyalitas) Iman ke lingkaran yang sangat sempit, dan perjanjian dengan umat dengan keunggulan dan meremehkannya. Dan duduk mengintai menunggu kesalahannya, kemudian mendatangi mereka dalam serangan tunggal, mereka menyerukan kepada Mujahidin untuk berurusan dengan umat dengan kasih dan sayang, sementara [mereka sendiri] tidak menghormati (pernyataan itu), kita melihat mereka berseru dengan takjub: “Kembali ke Ummat yang manakah kita? Umat Saudi Islam? Atau Ikhwanul Muslimin atau Sururi…? Cukuplah Allah bagi kami dan Dia adalah Pemelihara terbaik segala urusan mengenai pemikiran bengkok ini.” (‘Kita harus menjadi seperti Lebah’- Halaman 4).

Pemimpin Al-Qaeda di Khurasan ‘Abu Dujanah Al-Basya’ menyinggung “Khilafah” Al-Baghdadi mengatakan:
“Kami menyerukan kembalinya Khilafah yang sesuai dengan metodologi Nabi, bukan metodologi penyimpangan dan kebohongan, pelanggaran perjanjian dan melanggar ikrar; sebuah Khilafah yang dibangun di atas keadilan, konsultasi, afinitas dan kesatuan dan bukan yang dibangun di atas penindasan, Takfir (menyatakan Muslim sebagai kafir), membunuh Muwahid dan memecah belah barisan Mujahidin”. (‘Ini adalah Pesan Kami’- halaman 1)

Komite Syar’i Umum Al-Qaeda di Bumi Syam mengatakan tentang Jama’ah Daulah:
“Berdasarkan semua hal di atas, Jama’ah Daulah dianggap sebagai kelompok penyerang yang kuat dengan gaya yang paling dekat dalam kemiripan dengan Khawarij dalam ciri-ciri, kualitas dan identitas mereka dan memiliki atribut tambahan di luar itu dari Khawarij seperti Taqiyah, berbohong, melanggar perjanjian dan melakukan sumpah palsu serta tidak bermoral, merampok Mujahidin di front mereka dan menarik diri dari front (lainnya). Sampai hari ini mereka menolak untuk tunduk dan mencari keputusan dari Syariat (hukum Islam). Dan kami mengatakan bahwa diperbolehkan untuk melawan kelompok ini.” (Pernyataan yang Dibaca oleh Hakim Al Qaeda di Bumi Syam Abu Abdullah As-Syaami. Al Tahaya – Halaman 33).

Al-Qaeda di Jazirah Arab atau Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP) mengeluarkan pernyataan di mana mereka menyatakan tentang “Khilafah” Al-Baghdadi:
“Berdasarkan semua hal di atas, kami tidak melihat keabsahan Khilafah ini maupun konsekuensi hasilnya. Kami tidak menganggap berdosa orang-orang yang tidak memberikan Bai’at. Deklarasi Khilafah telah menyebabkan pemisahan jajaran Mujahidin dan perpecahan persatuan mereka selama tahap sensitif ini. “(Pernyataan Mengenai Kata-kata Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi ‘Meskipun Orang-orang Kafir Tidak Menyukainya’, disampaikan oleh Syaikh Harith An-Nadhari).

Syaikh Nasr Ali Al-Ansi – pemimpin Al-Qaeda di Jazirah Arab atau Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP) mengatakan:
“Deklarasi perpanjangan Khilafah ke negara-negara lain bukanlah realitas sejati. Dan deklarasi ini dapat mengakibatkan perpecahan jajaran Mujahidin dan merusak pondasi mereka didasarkan pada Syar’i keliru yang berkuasa. “(The First International Press Conference).

Syaikh Dr Abdullah Muhaisini berkata:
“Demi Allah saya belum pernah melihat kesepakatan ulama-ulama Jihad di dunia mengkritisi sebuah proyek (Islam) dan menentangnya sebagaimana mereka telah bersepakat dalam kecaman terhadap proyek Daulah di Syam. Allah mengetahui bahwa saya tidak menentang proyek pendirian Khilafah Islam, kenyataannya karena alasan ini kami benar-benar mengorbankan jiwa dan darah kami. Tapi (kami berusaha untuk membangun itu) di atas Metodologi Nabi, bukan dengan mengasingkan orang dan menindas mereka dan memecah belah jajaran Jihad, serta menolak untuk merujuk hal tersebut untuk keputusan pada Hukum Allah di bawah sebuah alasan lemah yang Allah telah utus tanpa otoritas.” (Pernyataan: ‘Bukankah Telah Aku Sampaikan?’)

Penanggung Jawab Syar’i Tandzim Al-Qaeda di Bumi Syam Dr. Sami Al-Uraydi mengatakan dalam pengantar pesan yang menghubungkan realitas Khawarij dan Daulah:
“Karena kasih karunia Allah pada saudara Abu Hassan Al-Kuwaiti – semoga Allah mengarahkannya – dia mengumpulkan koleksi kata-kata Syaikhul Islam mengenai Ghuluw (Extremisme) Khawarij dan peringatan terhadap mereka. Telaah ini pas untuk menjadi titik awal untuk penelaahan yang lebih luas untuk memperjelas posisi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang Khawarij. Kami memohon kepada Allah supaya memberinya kemampuan untuk memandu dirinya (untuk tugas itu) dan menghimpunnya.” (‘Khawarij menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah’ – Halaman 4).

Syaikh Abu Mariah Al-Qahthani Petinggi Komando Militer Tandzim Al-Qaeda di Syam mengatakan:
“Wajah keji lain telah muncul di sekeliling rakyat Syam dan sebuah belati beracun baru yang kotorannya konstan dan berbahaya telah menyebar, itu adalah wajah Khawarij zaman ini; Tandzim Jama’ah Daulah. Wahai kalian yang ragu-ragu dalam memerangi Khawarij zaman ini, tidak tahukah kalian, bahwa mengeliminasi mereka itu baik dan bermanfaat, tidak hanya untuk umat Islam di Syam tapi untuk rakyat di Irak juga, yang telah dibakar oleh api mereka selama bertahun-tahun.” (Dari pidato: “Wahai Dia yang Ragu ‘)

Syaikh Abu Sayaaf Majid Ar-Raasyid dalam pengantar pesan yang menghubungkan realitas Khawarij dan Daulah:
“Syaikh Al-Syaamikh Ali Al-A’rjaani (Abu Hasan Al-Kuwaiti) yang berbudi, yang mengingatkan saya pada perilaku pemimpin yang mengkombinasikan Pengetahuan dan Jihad, moralitas dan moderasi, pengorbanan jiwa dan kekayaan, dan antara Jihad lidah dan senjata. Dia telah memerangi Nushairiyah di rumah-rumah mereka sendiri, dan dengan mudah menghadapi ekstremis, serta berceramah tentang memukul mundur musuh dan ekstremis yang menyerang. Dan hari ini dia telah mengumpulkan kata-kata Ibnu Taimiyah (Semoga Allah merahmatinya) tentang Khawarij sebagai peringatan dan kehati-hati terhadap Daulah… Saya menyarankan saudara-saudara saya untuk membaca apa yang dia tulis, dan mempraktikan ketentuannya, dan berdoa untuk penulis semoga mencapai Syahadah dan akhir [hayat] yang baik.”

Syaikh Muhammad bin Saleh Al-Muhajir – salah satu Masyayikh Tandzim Al-Qaeda di Jazirah Arab atau Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP) telah mengeluarkan sebuah pesan yang membatalkan Khilafah Baghdadi, yang bejudul: ‘Ringkasan Mengenai Khilafiyah Pengumuman Khilafah’


Syaikh Abu Mundzir Shanqiti, anggota Dewan Syar’i Minbar Tauhid wal Jihad telah mengeluarkan pesan lengkap mengkritik pengumuman Khilafah oleh Daulah, yang berjudul: ‘Pengumuman Khilafah… Menurut Tinjauan Syariah’.


Syaikh Abdullah Al-Hassani, anggota dari Dewan Syar’i Minbar Tauhid wal Jihad mengeluarkan sebuah pesan lengkap mengenai kebatalan Khilafah Baghdadi, yang disebut: ‘Nushrah Husainiyyah dalam Bantahan terhadap Khilafah Baghdadi’.


Syaikh Abdullah bin Abdul Rahman Shanqiti – Anggota Dewan Syariah Minbar Tauhid wal Jihad mengatakan:
“Wahai pemimpin Daulah: Kami berpikir bahwa perkataan Mujahidin akan bersatu di bawah panji Anda… Tapi Anda telah memisahkannya di setiap tempat! Anda telah memisahkannya di Syam… Anda telah memisahkannya di Jazirah dan Anda telah memisahkannya di Maghrib… Ini bukanlah jalan untuk mendirikan Khilafah! Tapi jalan ini, adalah [jalan] orang-orang yang memberontak, kaum oportunis, mereka yang mencari untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara apapun… Metode eksklusif ini tidak membangun negara juga tidak menyatukan umat… Jika Anda terus pada metodologi ini dan pengikut Anda mengambil alih (metodologi ini) perpecahan perbedaan akan terus berlanjut …. Anda dapat, jika Anda ingin, untuk menyatukan barisan dan hati…. Tapi Anda gigih dalam sengketa dan tetap keras kepala dan teguh, dan Anda lebih lanjut melakukan pelanggaran terhadap senior yang menentang Anda. Anda telah keliru, maka perbaikilah kesalahan Anda… Anda telah mendurhaka, maka bertobatlah kepada Rabbmu… Anda telah menyimpang… maka kembalilah ke perjanjian sebelumnya, dan jangan seperti sapi yang naik tangga dan kemudian tidak mampu turun! Ketahuilah bahwa kemenangan tidak akan menutupi aib penyimpangan Anda…! Karena sebuah Daulah Islam memperoleh legitimasinya dari Syariat bukan dari kekuatan senjata mereka. (‘Khilafah bukanlah Khilaf’ – Halaman 7).

Syaikh Dr. Hani As-Siba’i dan Dr Tariq Abdul Haleem mengeluarkan pernyataan yang berbunyi:
“Kami turut bersaksi, sebuah kesaksian yang kami akan ditanya tentangnya di hadapan Allah. Bahwa orang-orang yang berafiliasi dengan organisasi yang dikenal sebagai Daulah Islamiyah (Islamic State) ini, Manhaj mereka adalah Khawarij, khususnya mengenai masalah Takfir dan menghalalkan (menumpahkan) darah yang dilindungi. (Pernyataan: ‘Deskripsi Organisasi dan Realitas Keyakinannya’).

Syaikh Abu Utsman Muhammad Al-Ghamirawi – Hakim Wilayah Dagestan mengatakan:
“Baghdadi bukan Khalifah Kaum Muslimin, dan memberikan Bai’at kepadanya tidak boleh, karena Bai’at kepadanya memecah belah jajaran Mujahidin, dan siapa yang memberi Bai’at kepada Baghdadi adalah Fataan (salah satu yang menciptakan hasutan) dan menapaki jalan menumpahkan darah orang-orang Mukmin. (Pidato: ‘Sebuah Pidato kepada Mujahidin Mengenai Ikrar Kesetiaan kepada Baghdadi’).

Syaikh Nur Ad-Din Nafi’ah – adalah seseorang yang dihormati dan sangat dihargai oleh para pemimpin Mujahidin dan dalam nasihat mereka karena pengalaman dan penguasaannya secara militer dan Pengetahuan Islam – dalam sebuah pernyataan dari sel penjaranya di Maghreb mengatakan:
“Sejarah organisasi Daulah Islam adalah sebaliknya dari itu (sebuah Daulah Islam), karena dalam diri mereka ada tanda-tanda terbesar di mana mereka sangat jauh dari Bimbingan dan Metodologi Nabi… Saya memutuskan untuk mengeluarkan pernyataan ini setelah diam [ternyata] menjadi sikap yang mendukung kejahatan yang terjadi terhadap rakyat kami di Syam di tangan Organisasi Daulah Islam.”

Luaa Al-Saqaa – wakil pertama Syaikh Abu Mus’ab Az-Zarqawi yang kini dipenjara, menjalani hukuman seumur hidup di Turki – dalam sebuah surat dari sel penjaranya mengatakan:
“Sebagaimana semua Mujahidin dan orang-orang yang benar-benar peduli tentang kepentingan agama, saya serta sesama tahanan Mujahidin saya telah disedihkan dengan tindakan menyimpang Jama’ah Daulah, dari kecurangan, pertumpahan darah, hasutan dan bahaya yang mereka telah bawa ke medan Jihad dan Dakwah di Bumi Syam. Saya mengumumkan saya berlepas diri dari tindakan yang dilakukan oleh Jama’ah Daulah terkait ekstremisme dan penerapan hukum Takfir terhadap kelompok-kelompok Jihad, mengenai membolehkan penumpahan darah Kaum Muslimin, penculikan dan pembunuhan terhadap Mujahidin, pembunuhan terhadap pemimpin-pemimpin mereka dan semua praktek-praktek menyimpang mereka.”

Syaikh Abu Al-Walid Al-Ansari mengkritik deklarasi Daulah:
“Pengumuman bahwa Daulah Islam di Irak dan Syam, telah sampai kepada kami bahwa ini adalah pengumuman yang dibuat tanpa konsultasi Ahl Hal wal Aqd (tokoh berpengaruh) dari para pemimpin dan ulama Mujahidin di Syam, dan pengumuman baru pada saat ini merupakan kesempatan bagi panah para konspirator, menghasut musuh dari satu front, dan sebuah pintu perselisihan antara Kaum Muslimin dan penyebab Ghuluw dalam Ahkaam (Hukum Islam).”

Syaikh Majid Al-Majid – Amir Brigade Abdullah Azzam di Lebanon – menyampaikan peringatan terhadap deklarasi Daulah:
“Deklarasi Syaikh Baghdadi mengenai pembentukan Daulah Islam Irak, menurut pengetahuan dan penilaian kami terhadap situasi; itu akan menjadi, jika sudah selesai dan mulai berlaku, akan menjadi bencana bagi Jihad di Bumi Syam, pemecah belah kelompok Mujahidin, menciptakan kepercayaan untuk musuh di mana (musuh) dapat memasuki kelompok-kelompok [Jihad], menghasut mereka memusuhi satu sama lain, dan akan digunakan untuk mememrangi satu sama lain. “(‘Bimbingan Mengenai Acara di Syam dengan Pengumuman Daulah Islamiyah’- Halaman 5).

Syaikh Hamid bin Hamd Al-Ali mengatakan:
“Wahai Abu Bakar (Baghdadi), apakah ini menyenangkan hati Anda bahwa penasihat yang tulus dari para Ulama, Mujahidin yang ikhlas, para pengkhutbah yang secara terbuka menyuarakan kebenaran, umat Islam secara umum serta masyarakat yang berbeda di antara mereka, semua berdiri dalam satu barisan, sementara Anda dan Mujahidin Muslim yang bersama dengan Anda itu berdiri di barisan lain menentang mereka?” (‘Mengenai Fitnah di Syam’).

Dia juga mengatakan mengenai isu Khilafah: “Jawaban untuk apa yang disebut deklarasi Khilafah adalah jawaban yang sama yang diberikan mengenai deklarasi Daulah sebelumnya, dan kedua deklarasi mengenai deklarasi Daulah sebagaimana Daulah di Irak dan Syam adalah deklarasi yang Batil (tidak sah).”

Dr. Iyadh Al-Qunaibi mengatakan:
“Tidak ada hubungan antara prestasi Jama’ah Daulah baru-baru ini melalui kebijakan yang keliru yang kami telah kecam dan kecam di Syam. Prestasi mereka tidak membatalkan posisi saya mengenai tindakan mereka di Syam. Karena saya tidak mengambil keputusan sesuai dengan maksud tertentu, dan saya tidak mengkritik untuk tujuan tertentu, tapi saya mengambil keputusan tentang tindakan mereka bahwa mereka tidak sesuai dengan Syariat dan bertentangan dengan Agama Allah Ta ‘ala, dan saya masih memegang pendapat ini.” (Pidato: ‘Di Luar Kemenangan Irak’).

Syaikh Umar Al-Hadouchi:
“Jihad di Syam adalah mulia; Daulah telah menodainya dengan kebodohan mereka. Mereka memegang Walaa dan Baraa pada Khilafah kartun mereka, mereka telah menutup pikiran mereka, mereka membabi buta mengikuti kaum revolusioner Muslim yang belum merasakan (realitas) situasi.” (Akun Resminya di Twitter – 27 Oktober 2014).

Syaikh Hassan bin Ali Al- Kattani mengatakan:
“Mereka telah membunuhnya, semoga Allah menghancurkan mereka, dan kalian telah melakukan hal yang mengerikan wahai geng kriminalitas dan cucu dari Thul Khuwaysirah. Ya Allah bebankan mereka karena mereka tidak akan bisa melarikan diri dariMu. Semoga Allah merahmati Anda wahai Abu Khalid, kabar gembira, karena ini adalah paku terakhir di peti mati geng kriminalitas.” (Akun Resminya di Facebook – 23 Februari 2014).

Syaikh Abu Abdullah Muhammad Mansour – Pemimpin Jaish Al-Mujahidin di Irak:
“Kepemimpinan saat ini berasal dari apa yang disebut Daulah Islam Irak, saya tidak ragu bahwa mereka telah jatuh ke dalam di mana Khawarij telah jatuh ke dalam Ghuluw dalam Takfir dan pembunuhan di luar hukum, realitas praktis mereka membuktikan itu tanpa diragukan lagi. Dan setiap pencari pengetahuan yang adil, merasakan kenyataan ini.” (‘Daulah Islam – Antara Kebenaran dan Illusi’ – Halaman 7).

Ansharul Islam di Irak, mengeluarkan pernyataan yang mengatakan:
“Dan kami kepemimpinan Ansharul Islam secara resmi mengumumkan, karena kewajiban-kewajiban Islam dan sejarah, bahwa kelompok Daulah Islam Irak telah memaksa kami untuk menanggapi agresi dan penindasan mereka dan membayar mereka dengan sama. Kami tidak pernah berharap untuk menjadi seperti itu. Sejarah Jama’ah Ansharul Islam dalam hubungannya dengan panji-panji Jihad akan menyaksikan bahwa itu berurusan dengan panji-panji Jihad dengan bantuan teguh atau netralitas positif paksa, dan bahwa perang melawan Daulah Islam Irak adalah penyebab sah, dan sanksi (metode) untuk mengusir penindasan dan agresi yang telah menimpa kami selama bertahun-tahun, terus-menerus oleh Daulah Islam Irak, menghentikan kerusakan mereka karena mereka melanggar menentang kami. Kami bukan penindas dan kami tidak memulai penindasan terhadap siapa pun, dan beberapa mengklaim bahwa kami menolak rekonsiliasi dan ini adalah sebuah kebohongan yang mereka telah sebar terhadap kami.” (Sebuah Pernyataan Penting ‘- 12 Zul Qa’dah 1434).

Abu Khalid As-Suri menasehati Daulah, berkata:
“Generalisasi hukum Takfir dan kemurtadan dan juga tuduhan yang dibuat terhadap kelompok-kelompok yang mereka klaim sebagai ‘Sahawaat’ dengan menggenarilisasi kelompok-kelompok itu secara keseluruhan, tanpa bukti atau penjelasan, merupakan dosa utama terbesar dan yang paling dosa dan jahat. Bagaimana bisa mereka yang menggeneralisasi putusan ini atas kelompok-kelompok Jihad secara keseluruhan, berusaha untuk menerapkan Syariat dan menegakkan agama, seperti yang kita ketahui dan telah kita dengar mengenai mereka? Dan saya menyerukan kepada para pemimpin dan kelompok Daulah Islam di Irak dan Syam untuk bertobat kepada Allah, kembali kepada perintah-Nya dan menyerahkan diri kepada Syariah-Nya.” (Pernyataan tertanggal 17 Januari 2014).

Syaikh Abu Abdullah Sadiq Abdullah Al-Sudani mengatakan:
“Yang dinyatakan sebagi daulah ini bahkan tidak mendapatkan kendali atas Irak apalagi memperluas ke wilayah lain, dan ini adalah apa yang belum dipahami oleh Ahl Ahlaam (Para Pemimpi).” (Akun Twitter-nya: 7 Maret 2014).

Syaikh Abu Wafaa Al-Tunisi mengomentari Bai’at Anshar Bait Al-Maqdis kepada Daulah:
“Perselisihan dengan para ekstremis di Irak dan Syam adalah ketidaksepakatan dalam Aqidah dan Manhaj, Bai’at orang ini atau orang itu tidak mengubah kenyataan sama sekali. Dan jika dia tahu penyimpangan mereka, maka ia adalah bagian dari mereka dan saudara mereka dalam penyimpangan dan bid’ah mereka, dan dia yang tidak tahu sedang diperingatkan dan dinasehati.” (Akun Twitter-nya: 10 November 2014).

Imarah Islam Afghanistan (Thaliban) mengeluarkan nasihat kepada Mujahidin di Syam menyatakan:
“Ini adalah kewajiban bagi umat Islam untuk menjauhkan diri dari ekstremisme dalam agama, dan mengambil keputusan pada orang lain tanpa bukti apapun, dan mereka tidak seharusnya berpikir jahat satu sama lain, dan tidak seharusnya mendengarkan tuduhan dan kebohongan dangkal, karena sesungguhnya kecurigaan adalah dosa.” (Situs Resmi Harakah Al-Taliban ‘Sawtul Jihad’ – 10 Juli 2014).


                                     -Sekian-



                                MUQAWAMAH MEDIA TEAM




Senin, 29 September 2014

Hinanya Kematian Mustafa Kamal Atatürk

Ngeri, Cara Kematian Tokoh Sekuler...!!!




 Ngeri, Cara Kematian Tokoh Sekuler

  • Kulit di tubuh badannya rusak dengan cepat dan díganggu pula oleh penyakit gatal-gatal.

  • Di akhir-akhir hayatnya yaitu ketika menderita sakratulmaut, anehnya beliau takut sekali berada di istananya dan tubuhnya merasa panas maka ia ingin dibawa ke tengah laut dengan kapalnya. Bila penyakitnya bertambah krisis, beliau tidak dapat menahan diri daripada menjerit. Jeritan itu semakin kuat (hingga kedengaran di sekeliling istana), Beliau berteriak kesakitan dalam sakratulmautnya dengan penuh azab di tengah-tengah laut.

  • Mayat Attaturk tidak pernah dikebumikan.  Tiada tanah yang layak untuk menjadi kuburnya.

  • Begitulah cara Allah memberikan azab untuk para penentangNya di dunia ini
Inilah makam Mustafa Kemal Ataturk yang hanya dikebumikan dicelah timbunan batu marmer karena jasadnya tidak diterima bumi Allah./ redzuan-ridz


Sesaat setelah Kemal Attaturk menggantung tiga puluh ulama dan mengawasi gerakan perlawanan dari kubu Muslim, ia katakan, “Ketahuilah, saya dapat membuat negara Turki menjadi negara demokrasi bila saya dapat hidup lima belas tahun lagi. Tetapi jika saya mati sekarang , itu akan memerlukan waktu tiga generasi.”


Begitulah Kamal Attaturk , selalu berlaku angkuh di atas tindakan kekejaman dan anti Agama , seorang yang dikenal sebagai pencetus  Sekular Turki , penghancur kekhalifahan Turki .
Tahukah anda , bagaimana siksaan Allah pada akhir masanya?


Kezoliman dan pengkhianatan Kamal Attaturk hancurkan umat Islam di Turki sangat begitu kejam. Sekiranya Kamal Attaturk ini lahir di zaman adanya Rasul pada saat ketika wahyu masih turun, bisa jadi namanya akan diabadikan seperti Firaun, Namrud dan Abu Lahab.
Cara kematian yang Allah telah datangkan kepada mereka yang zalim itu teramat tragis sekali. Kematian merekapun teramat unik . Contohnya Namrud, mati karena sakit kepala  akibat dimasuki oleh seekor nyamuk melalui telinganya. Setiap kali ia menjerit, doktor pribadinya memerintahkan dipukul kepalanya untuk mengurangi kesakitannya. Setelah lama bergelut dengan sakratul maut, akhirnya beliau mati dalam keadaan tersiksa dan terhina. Begitu juga dengan Firaun yang mati lemas di dalam laut.


Jadi, tidaklah  heran kalau Kamal Attaturk juga menerima pembalasan yang setimpal dengan pembalasan yang diterima oleh Namrud dan Firaun.


Menurut sejarah dalam buku-buku biografinya, yang ditulis  oleh para pendukungnya, kematian Kemal dikarenakan akibat over dosis  minuman keras. Ditambah lagi dengan berbagai penyakit  seperti penyakit kelamin, malaria , sakit ginjal dan lever.


Beliau meninggal dunia pada 10 November 1938 , Kulit di tubuh badannya rusak dengan cepat dan díganggu pula oleh penyakit gatal-gatal. Doktor-doktor sudah memberi bermacam-macam salep untuk diusap pada kakinya yang sudah banyak luka-luka karena tergaruk oleh kukunya. Walaupun begitu beliau masih sangat angkuh. Di akhir-akhir hayatnya yaitu ketika menderita sakratulmaut, anehnya beliau takut sekali berada di istananya dan tubuhnya merasa panas maka ia ingin dibawa ke tengah laut dengan kapalnya. Bila penyakitnya bertambah krisis, beliau tidak dapat menahan diri daripada menjerit. Jeritan itu semakin kuat (hingga kedengaran di sekeliling istana), Beliau berteriak kesakitan dalam sakratulmautnya dengan penuh azab di tengah-tengah laut

Pada 29 September 1938 Kamal Ataturk mengalami koma selama 48 jam. Pada 9 November, beliau mengalami koma kali kedua. Dan sewaktu itulah air dalam perutnya disedot keluar. Beliau kemudiannya tidak sadarkan diri selama 36 jam dan akhirnya  meninggal dunia.


Cara kematiannya begitu menghinakan sekali. Begitu pula setelah kematiannya. Mayatnya TIDAK dimandikan, tidak dikafankan, tidak disembahyangkan dan tidak dikebumikan dengan segera seperti yang dituntut oleh ajaran Islam. Tetapi sebaliknya, mayatnya diawetkan dan diletakkan di ruang takhta di Istana Dolmabahce selama 9 hari 9 malam.


Setelah 9 hari, barulah mayatnya disembahyangkan, itupun setelah didesak oleh seorang adik perempuannya. Kemudian mayatnya telah dipindahkan ke Ankara dan dipertontonkan di hadapan Grand National Assembly Building. Pada 21 November, dipindahkan pula ke sebuah tempat sementara di Museum Etnografi di Ankara yang berdekatan  gedung parlemen
Lima belas tahun kemudian yaitu pada tahun 1953, barulah mayatnya diletakkan di sebuah bukit di Ankara. Mayat Attaturk tidak pernah dikebumikan.  Tiada tanah yang layak untuk menjadi kuburnya.


Begitulah cara Allah memberikan azab untuk para penentangNya di dunia ini…Semoga para penzalim (yang masih diberikan kehidupan oleh Allah SWT) terhadap umat Islam dapat segera bertaubat dan berubah menjadi pendukung dan pembela Din Islam ini…aamiin ya Robbal Alamin. (ikh/may) eramuslim.com, 2 Desember 2012 19:16 WIB
***

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا [النساء : 93]

93. Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS An-Nisaa’: 93).


(nahimunkar.com)

 


 


Inilah Sosok Pengkhianat Islam, Mustafa Kemal Pasha





Maryam Jameelah

Penulis buku "Islam and Modernism"

Sejarah Hidup dan Karyanya


Musthafa Kemal lahir pada tahun 1881 di sebuah kawasan miskin di Salonika, Turki. Ayahnya, Ali Riza, adalah seorang bekas pegawai rendahan di kantor pemerintah. Setelah mengalami dua kali kegagalan dalam bisnisnya, Ali Riza tenggelam dalam dunia hitam, menjadi peminum sebagai kompensasi kesedihannya.

Hingga akhirnya ia mati akibat penyakit tuberkulosis saat Musthafa masih berumur tujuh tahun.

Ibu Musthafa, Zubaida –seorang wanita yang buta huruf– menjadi ibu sekaligus kepala rumah tangga. Berbeda dengan suaminya, Zubaida adalah seorang muslim yang taat. Sebagaimana wanita-wanita Turki pada masa itu, seluruh hidupnya difokuskan untuk masa depan anak laki-lakinya yang tertua, Musthafa. Karena ketaatannya kepada Islam, ia mengharapkan Musthafa menjadi ulama yang faqih.

Namun ternyata Musthafa mempunyai pendirian yang berbeda. Musthafa tumbuh menjadi remaja pemberontak. Ia melawan segala bentuk peraturan, serta bersikap kasar dan kurang ajar kepada gurunya. Di depan para siswa yang lain, ia menunjukkan sifat yang sangat arogan dan suka menyendiri. Ia tidak mau bermain bersama teman-temannya, sehingga tumbuh menjadi pribadi yang tidak disukai teman-temannya. Bila merasa diganggu, ia tak segan-segan menggunakan kekerasan untuk melawan.

Suatu kali, karena sikap kasar dan kurang ajar Musthafa, gurunya menjadi gelap mata dan memukuli Musthafa sedemikian keras hingga melukai perasaannya. Musthafa lari dari sekolah dan tidak mau kembali. Meski ibunya berusaha keras membujuk agar kembali ke sekolah, Musthafa sama sekali menolaknya. Zaubaida merasa putus asa, sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukan. Akhirnya, datang usulan dari salah seorang pamannya agar memasukkan Musthafa ke sekolah militer di Salonika. Usulan ini berdasarkan pertimbangan bahwa Zubaida tidak perlu mengeluarkan biaya pendidikan –karena sekolah militer itu dibiayai oleh negara; lalu apabila Musthafa bisa menunjukkan prestasi yang bagus, ia bisa menjadi seorang perwira; dan kalaupun tidak ia tetap akan menjadi seorang prajurit. Singkat kata, apa pun yang akan terjadi, kehidupan Musthafa tetap terjamin.

Meskipun Zaubaida tidak sepakat dengan usul tersebut, namun ia tidak bisa menghalangi Musthafa –yang pada saat itu masih berusia 12 tahun– meminta salah seorang kenalan ayahnya untuk membantunya masuk ke sekolah militer. Musthafa mengikuti seleksi dan lulus menjadi seorang kadet. Di sekolah militer inilah, Musthafa menemukan dunianya. Dia mampu menunjukkan prestasi akademik yang bagus, sehingga salah seorang pengajar memberinya julukan “Kemal” yang berarti “kesempurnaan”. Karena kepandaiannya dalam bidang matematika dan pengetahuan kemiliteran, Musthafa dipromosikan sebagai staf pengajar. Di posisi ini, Musthafa mempunyai kesempatan mempertunjukkan kekuasaannya. Setelah berhasil mendapatkan nilai tertinggi dalam ujian akhir, Musthafa lulus dengan gelar kehormatan pada bulan Januari 1905 dengan pangkat Kapten.

Pada saat itu, Musthafa bergabung dengan suatu perkumpulan mahasiswa nasionalis yang fanatik, yang dikenal dengan nama Vatan atau “Tanah Air”. Para anggota Vatan menganggap diri mereka kelompok yang revolusioner. Mereka sangat menentang pemerintahan Sultan Hamid II, yang memberangus segala pemikiran “liberal” yang merongrong pemerintahan Islam. Kelompok ini tak jemu-jemunya menyalahkan Islam yang dianggap sebagai penyebab keterbelakangan Turki dan terus menerus menyebarkan kebencian terhadap syariat yang dianggap kolot, serta menjadikan ajaran-ajaran sufi sebagai bahan tertawaan. Para anggota Vatan bersumpah akan melengserkan Sultan dan menggantinya dengan sistem pemerintahan ala Barat lengkap dengan konstitusi dan parlemen, menghancurkan otoritas para ulama, menghapuskan purdah (jilbab) dan kerudung, serta mendeklarasikan kesetaraan yang mutlak antara laki-laki dan perempuan. Tidak lama bergabung, Musthafa menjadi pimpinan kelompok itu.

Kesempatan bagi Musthafa Kemal untuk memperluas pengaruh akhirnya datang. Begitu Sultan Abdul Hamid II diturunkan oleh Partai Turki Muda pada tahun 1908, Komite Persatuan dan Kemajuan mengundangnya untuk bergabung bersama. Namun, sebagai pendatang baru, ia diwajibkan untuk melaksanakan sejumlah perintah dari pimpinan organisasi, sedangkan sifat dasarnya menuntut agar dialah yang menjadi pemimpin. Akibatnya, Musthafa merasa gelisah dan tidak puas. Ia sama sekali tidak menghargai anggota-anggota lainnya, yang dianggap sebagai penghalang keinginannya. Ia sangat membenci Perdana Menteri Pangeran Said Halim Pasha (1865 – 1921) dan Menteri Perang, Anwar Pasha (1882 – 1922), yang seringkali menentang pendapat-pendapatnya.

Selama sepuluh tahun berikutnya, ia kembali menekuni bidang kemiliteran sebagaimana sebelumnya. Perlahan-lahan, berkat kepribadiannya yang keras dan kecerdasannya, ia merengkuh semakin banyak kekuasaan politik. Ia menghabiskan malam-malamnya dengan mengadakan rapat-rapat rahasia untuk merencanakan kudeta, yang diharapkan dapat menghasilkan kekuasaan absolut baginya.

Kesempatan mulai terbuka, ketika pada akhir Perang Dunia I ia memimpin pasukan pertahanan Turki melawan Pasukan Sekutu Eropa yang ingin memecah belah kekuatan “The Sickman of Europe” dan menghancurkannya dengan cepat. Dengan usaha-usahanya merintangi penjajahan Sekutu dan membangkitkan semangat rakyat untuk berjuang sampai mati demi tanah airnya, Musthafa menjadi pahlawan nasional. Pada saat Yunani berhasil dikalahkan dan Turki memperoleh kemenangan, rakyat Turki mabuk kemenangan dan memuja Musthafa Kemal sebagai Sang Penyelamat. Rakyat Turki memberinya gelar al-Ghazi, yang berarti “Pembela Kebenaran”.

Berbagai pengakuan dari para diplomat asing semakin meneguhkan kedudukan Musthafa sebagai pahlawan Turki melawan Penjajah Barat. Di depan para politisi Arab, Musthafa berkata, “Saya tidak percaya dengan federasi negara-negara Islam maupun liga bangsa Turki di bawah kekuasaan Soviet. Tujuan saya satu-satunya adalah melindungi kemerdekaan Turki dalam batas-batas alaminya, bukan membangkitkan ke-Khilafahan Utsmaniyah atau ke-Khilafahan lain. Jauh dari segala mimpi dan bayangan-bayangan! Mereka (ke-Khilafahan) telah banyak merugikan kita di masa yang lalu!”

Kepada delegasi komunis yang meminta dukungannya, Musthafa Kemal dengan jelas menyatakan, “Tidak ada penindas atau yang tertindas. Yang ada hanyalah mereka yang membiarkan diri mereka ditindas. Bangsa Turki bukan termasuk bangsa seperti itu. Bangsa Turki dapat mengurus dirinya sendiri. Biarkan bangsa lain mengurus diri mereka sendiri. Kami punya satu prinsip, yaitu melihat segala permasalahan dari kacamata bangsa Turki dan melindungi kepentingan nasional Turki.”

Musthafa Kemal menyatakan keinginannya untuk membangun Turki dalam batas-batas alamiahnya menjadi suatu bangsa yang kecil namun kompak, sejahtera, dan modern, yang dihormati oleh negara-negara lain di dunia. Ia begitu yakin dirinya –dan hanya dirinya– yang mampu mewujudkan cita-cita tersebut. Ia pernah menyatakan, “Saya adalah Turki! Menghancurkan saya sama artinya dengan menghancurkan Turki!”

Tidak lama setelah berkuasa, Musthafa menyatakan dengan tegas bahwa ia akan menghancurkan seluruh puing reruntuhan Islam dalam kehidupan bangsa Turki. Hanya dengan mengeliminasi segala sesuatu yang berbau Islam, Turki bisa memperoleh “kemajuan” menjadi bangsa yang dihormati dan modern. Tanpa rasa takut dan ragu, ia menyerang Islam dan pilar-pilar Islam:

“Selama hampir lima ratus tahun, hukum dan teori-teori ulama Arab serta tafsir para pemalas dan tiada guna telah menentukan hukum perdata dan pidana Turki. Mereka menetapkan konstitusi, rincian aturan hidup orang Turki, makanannya, waktu-waktu bangun dan tidurnya, bentuk busananya, rutinitas isteri yang melahirkan anak-anak mereka, apa yang dipelajari di sekolahnya, adat istiadatnya, pemikiran-pemikirannya, bahkan sampai perilaku mereka yang paling pribadi. Islam –teologi Arab yang immoral itu– adalah benda mati. Bisa saja Islam cocok untuk suku-suku di padang pasir. Tetapi Islam tidak bermanfaat untuk negara yang modern dan maju. Wahyu Tuhan, katanya! Tidak ada itu wahyu Tuhan! Islam hanyalah rantai yang digunakan para ulama dan penguasa tiran untuk membelenggu rakyat. Penguasa yang membutuhkan agama adalah orang yang lemah. Orang yang lemah tidak boleh berkuasa!”

Ketika Abdul Majid diangkat sebagai Khalifah, Musthafa Kemal Pasha menolak melakukan upacara tradisi yang biasa dilakukan. Ketika Dewan menemuinya untuk membahas hal itu, Musthafa memotong pembicaraan, “Khalifah tidak memiliki kekuasaan atau kedudukan apa pun, kecuali sebagai figur seremonial saja.” Ketika Abdul Majid menulis petisi untuk meminta kenaikan biaya operasionalnya, Musthafa menjawab, “Khalifah, kantor anda tidak lebih adalah peninggalan sejarah. Tidak ada dasar hukum yang melandasinya. Sungguh tidak sopan anda berani menulis surat kepada sekretaris saya!”

Pada tanggal 3 Maret 1924, Musthafa mengajukan Undang-undang untuk menghapuskan Khalifah selamanya dan mendirikan negara sekuler Turki. Namun demikian, sebelum UU tersebut diperkenalkan, ia telah berusaha membungkam suara-suara penentangnya dengan memberikan ancaman hukuman mati bagi orang-orang yang mengritik segala tindakannya.

“Apa pun konsekuensinya, negara republik harus ditegakkan…Khilafah Utsmaniyah adalah bentuk negara yang tidak masuk akal atas dasar pondasi agama yang rusak. Khalifah dan keluarga Utsmani lainnya harus diusir. Peradilan dan hukum-hukum agama yang kolot harus diganti dengan hukum sipil modern. Sekolah agama harus dijadikan sekolah negeri yang sekuler. Negara dan agama harus dipisahkan. Republik Turki harus menjadi negara yang sekuler.”

Akhirnya, Undang-undang berhasil disahkan tanpa perdebatan dan Khalifah beserta keluarganya harus diasingkan ke Swiss. Rezim baru pun menetapkan:

“Pembukaan Konstitusi (baru) Turki menyatakan kebulatan tekad untuk melaksanakan reformasi bangsa Turki, sedangkan Pasal 153 melarang segala bentuk upaya yang menghalangi proses reformasi tersebut. Dinyatakan bahwa, ‘Tidak ada ketentuan dalam konstitusi ini yang menganggap tidak sah berbagai undang-undang berikut ini yang bertujuan membangkitkan bangsa Turki menuju peradaban masa kini, serta untuk menjaga karakter sekuler negara yang telah ditetapkan konstitusi melalui pemilihan umum:

1.    Undang-undang tentang penyatuan (dan sekulerisasi) pendidikan pada tanggal 3 Maret 1924.

2.    Undang-undang tentang penutup kepala, pada tanggal 25 November 1925.

3.    Undang-undang tentang penutupan biara dan kuburan para darwis, penghapusan kantor penjaga makam, dan peraturan tentang penghapusan dan pelarangan gelar-gelar tertentu pada tanggal 30 November 1925.

4.    Peraturan sipil tentang pernikahan pada tanggal 17 Februari 1926.

5.    Undang-undang tentang pengambilan angka internasional pada tanggal 20 Mei 1928.

6.    Undang-undang tentang pengambilan dan penerapan alfabet (latin) Turki serta pelarangan tulisan Arab, pada tanggal 1 November 1928.

7.    Undang-undang tentang penghapusan gelar-gelar dan sebutan seperti Efendi, Bey, atau Pasha pada 26 November 1934.

8.    Undang-undang tentang larangan memakai busana tradisional pada 3 Desember 1934.

Segala bentuk pengingkaran terhadap gerakan Ataturkisme tidak dimungkinkan dan tidak dapat dipahami oleh masyarakat. Tidak dimungkinkan karena konstitusi melarangnya, dan tidak dapat dipahami karena orang-orang Turki, baik tua maupun muda, telah menerima segala konsekuensi reformasi, dan westernisasi tetap menjadi kata-kata ajaib yang menjanjikan kehidupan yang lebih sejahtera.”

Pada masa reformasi tersebut, Musthafa Kemal mengawini seorang wanita cantik dengan latar belakang pendidikan Eropa bernama Latifa. Pada masa perjuangan Turki, Latifa didorong oleh Musthafa untuk mengenakan pakaian seperti laki-laki dan menuntut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Namun, ketika ia bersikap tegas dan bersikeras minta diperlakukan dan dihormati sebagaimana mestinya seorang isteri, Musthafa dengan kasar segera menceraikan dan mengusirnya. Setelah bercerai dari Latifa, ia menjadi lelaki yang tak tahu malu dan tak mengenal batas. Musthafa menjadi peminum berat dan tidak bisa lepas dari minuman keras. Sejumlah lelaki muda yang tampan menjadi objek pemuas syahwatnya. Demikian pula para istri dan anak perempuan dari para pendukungnya menjadi korban agresivitas nafsunya. Hingga tak lama kemudian penyakit kelamin menggerogoti kesehatannya.

Ketika menggambarkan kepribadiannya, H.G. Armstrong –pengarang The Grey Wolf– menulis:

“Musthafa selalu menjadi seorang penyendiri, soliter, dan suka bekerja sendirian. Tak seorang pun yang dipercayainya. Dia tidak ingin mendengar pendapat yang bertentangan dengan keinginannya. Dia tidak segan mencemooh orang lain yang berani menentang pendapatnya. Dia menilai setiap tindakan hanya berdasarkan kepentingan pribadinya. Ia juga sangat pencemburu. Seorang yang cerdas dan memiliki kemampuan dipandang sebagai bahaya yang harus segera disingkirkan. Musthafa suka mencela kemampuan orang lain, dan biasa mencemarkan nama baik dan mencemooh tindakan orang lain dengan ganas, sekalipun terhadap para pengikutnya sendiri. Ia jarang mengucapkan kata-kata yang manis, dan kalaupun diucapkan pasti dilakukan secara sinis. Dia tidak pernah mempercayai siapa pun dan tidak mempunyai seorang pun teman dekat. Teman-temannya hanyalah beberapa orang fasik yang biasa minum bersama, menjadi kaki tangannya, dan setia mendengarkan kesombongannya. Semua orang yang terhormat, yang pernah bekerjasama dengannya pada masa perjuangan kemerdekaan, telah berubah memusuhinya.”

Sebagaimana para diktator yang enggan memiliki lawan, Musthafa Kemal selalu menggunakan kesempatan untuk menghancurkan lawan-lawan politiknya.

“Polisi rahasia bekerja secara efektif. Melalui penyiksaan, pemukulan, atau cara apa pun yang dikehendaki, polisi harus mendapatkan bukti yang cukup memberatkan untuk menangkapi para pemimpin kelompok oposisi. Pengadilan otonom diterapkan kepada mereka, sehingga tanpa prosedur atau bukti yang kuat pengadilan bisa menjatuhkan hukuman gantung kepada mereka.

Surat permohonan hukuman mati dikirimkan kepada Musthafa Kemal di rumahnya di Khan Kaya untuk mendapatkan tanda tangan persetujuan. Salah satu surat permohonan hukuman mati diperuntukkan bagi Arif, yang setelah berdebat dengan Musthafa Kemal kemudian bergabung dengan kelompok oposisi. Arif, sebelumnya adalah pengikut loyal Musthafa, yang bahu-membahu pada masa perjuangan kemerdekaan. Arif adalah satu-satunya teman yang pernah menjadi tempat Musthafa mengungkapkan isi hatinya. Diriwayatkan bahwa ketika surat permohonan hukuman mati bagi Arif itu disampaikan kepadanya, air muka Musthafa sama sekali tidak berubah. Dia tidak memberikan catatan-catatan yang meringankan atau kelihatan ragu-ragu. Saat itu, ia tengah merokok. Kemudian dia meletakkan rokoknya ke asbak, dan menandatangani surat permohonan hukuman mati itu sebagaimana ia menandatangani surat-surat rutin lainnya yang datang setiap hari . . .

Musthafa ingin membuat segalanya berjalan dengan sempurna. Pada malam itu juga, ia mengadakan pesta dansa di Khan Kaya. Setiap orang harus datang –para hakim, anggota kabinet, para duta besar, menteri luar negeri, para bangsawan, dan semua perempuan cantik. Singkatnya, seluruh Ankara harus ikut merayakannya……

Pesta dansa itu dimulai dalam suasana muram. Dengan busana malam buatan seorang penjahit London yang sangat necis, al-Ghazi berdiri di sudut, tengah bercakap-cakap dengan seorang diplomat. Para tamu menatapnya penuh perhatian. Sebelum ia mendapatkan mood-nya untuk mulai berdansa, para tamu harus mengatur langkahnya dengan hati-hati serta bercakap-cakap dengan suara yang rendah. Amat berbahaya menunjukkan sikap suka-cita, sementara ia tengah dalam suasana hati yang murung. Namun malam itu al-Ghazi sedang bersemangat. Dirinya tidak sedang menjalankan tugas-tugas kenegaraan. Malam itu adalah malam untuk bergembira.

“Kita harus bersuka cita! Kita harus hidup, harus hidup!” teriaknya, sambil merengkuh seorang wanita asing dan segera berdansa dengannya.

Para tamu mengikutinya. Mereka berdansa –bila tidak, al-Ghazi akan memaksanya. Al- Ghazi sedang berada dalam suasana hati yang paling baik; berdansa berkeliling bersama pasangan-pasangannya dengan langkah-langkah yang panjang dan memberi minum kepada mereka pada saat-saat jeda.

Empat mil jauhnya dari Ankara, sebuah lapangan besar diterangi dengan cahaya putih yang berasal dari selusin lampu listrik. Di sekelilingnya dan di jalan-jalan berkerumun para warga masyarakat. Di bawah siraman cahaya lampu, tegak berdiri sebelas tonggak kayu yang besar tepat dibawah tembok penjara. Di bawah masing-masing tonggak kayu, berdiri seseorang dengan tangan terikat ke belakang dan seutas tali melingkar di batang lehernya. Merekalah para musuh politik Musthafa Kemal yang siap menerima kematiannya.

Di tengah keheningan, secara bergiliran para terpidana diberi kesempatan untuk menyampaikan sesuatu kepada masyarakat. Ada yang berpuisi, ada yang berdoa, ada pula yang menangis mengiba sembari berteriak bahwa ia adalah warga Turki yang setia.

Di Khan Kaya, hampir seluruh tamu telah pulang. Ruangan tersebut pengap dengan asap rokok, bau minuman keras, dan bau busuk nafas orang yang mabuk. Lantainya kotor dengan abu rokok, sedangkan kartu judi dan uang bertebaran di meja-meja.

Musthafa Kemal berjalan melintasi ruangan dan memandang keluar jendela. Wajahnya dingin dan berwarna kelabu; matanya yang pucat tidak menyiratkan ekspresi apa pun. Dia tidak menunjukkan keletihan, sedangkan jasnya tetap rapi seperti sediakala. Komisaris Polisi melaporkan bahwa eksekusi telah berakhir. Tubuh-tubuh di tiang gantungan perlahan menjadi kaku. Akhirnya, ia menjadi pemenang. Musuh-musuhnya terusir, hancur, atau mati.”

Sementara itu, gemuruh kaum oposisi Turki mulai menderu. Gemuruh itu akhirnya meledak pada tahun 1926, ketika suku-suku Kurdi di pegunungan melancarkan pemberontakan bersenjata melawan rezim Kemalis. Musthafa tidak membuang-buang waktu. Seluruh suku Kurdistan di Turki dibinasakan dengan cara yang bengis, desa-desa dibakar, ternak dan hasil panen dihancurkan, perempuan dan anak-anak diperkosa dan dibantai. Empat puluh enam kepala suku Kurdi digantung di depan umum. Yang terakhir adalah Syaikh Said, sang pemimpin suku Kurdi. Sebelum dieksekusi, ia mengatakan kepada eksekutornya, “Saya tidak punya kebencian kepada anda. Anda dan atasan anda, Musthafa Kemal, membenci Tuhan! Kami harus menyelesaikan tanggung jawab kami di hadapan Tuhan pada Hari Pembalasan.”

Sekarang Musthafa Kemal menjadi diktator absolut. Rakyat Turki harus menerima reformasi anti-Islam, seperti larangan mengenakan fez/tarbus (kopiah Turki) dan sorban, wajib mengenakan busana Eropa, wajib menggunakan aksara Latin, kalender Kristen, dan menjadikan hari Ahad sebagai hari libur. Semua itu ditetapkan di bawah ancaman pedang. Ribuan ulama dan para pengikutnya rela mengorbankan jiwa mereka daripada menerima kehancuran segala sesuatu yang mereka sucikan. Tidak berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa penerimaan rakyat Turki terhadap reformasi ala Musthafa Kemal hanyalah khayalan belaka. Besarnya penolakan dapat dibayangkan dari fakta bahwa Musthafa mengumumkan keadaan perang sebanyak sembilan kali. Jutaan rakyat Turki, terutama di desa-desa dan kota-kota kecil, menghinakan dan mengutuk Musthafa Kemal.

Pada tahun 1932, Musthafa Kemal menetapkan agar setiap warga Turki mencantumkan nama keluarganya sebagaimana biasa terdapat pada masyarakat Eropa dan Amerika. Ia memilih menggunakan nama “Attaturk” yang berarti “Bapak Turki”. Enam tahun kemudian, kesehatannya benar-benar memburuk, dan akhirnya mati karena penyakit radang hati yang disebabkan karena kecanduan alkohol.

“Kategori ‘pribadi psikopatik’ digunakan untuk menyebut keranjang sampah segala macam penyakit jiwa. Orang-orang yang termasuk dalam golongan itu bukanlah para psikotik, psikoneurotik, bukan pula orang yang lemah ingatan. Golongan itu sama sekali berbeda. Psikopat tidak sama dengan psikotik, tidak “gila”. Ia tahu dimana ia berada, siapa dia, jam berapa sekarang. Ia hidup di dunia nyata, bukan hidup di alam fantasi psikosis. Tetapi sindrom psikopatik menguasai seluruh kepribadiannya sebagaimana pada psikosis. Para psikopat tidak bodoh, bahkan tidak jarang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Emosinya-lah yang mengalami kerusakan, begitu pula moral atau ‘sifatnya’. Ia bersikap dingin, menyendiri, tidak terjangkau, menunjukkan sikap yang berbeda dengan orang kebanyakan, bahkan memusuhi orang lain. Secara intelektual, ia ‘mengetahui’ konsekuensi tindakan kriminal yang dilakukannya bagi dirinya maupun orang lain, tetapi ia tidak mampu ‘merasakan’ konsekuensi itu secara emosional, sehingga tidak berusaha menahan diri dari perbuatan itu. Ia tidak pernah merasa menyesal atau bersalah. Bila dia adalah seorang pembunuh yang tertangkap, ia tidak pernah menyesali pembunuhan itu, namun justru menyesali diri kenapa ia sampai tertangkap. Psikopat biasa berprofesi sebagai pembunuh bayaran; baginya membunuh adalah sesuatu yang sama sekali tidak berarti. Ia menolak bersosialisasi, dan menentang segala peraturan atas dirinya. Selamanya ia akan bersikap memberontak, tidak mampu menjalin hubungan emosional dengan orang lain secara permanen. Kehidupan seksualnya bersifat acak dan untung-untungan; orientasinya adalah kenikmatan seksual bagi dirinya sendiri, bukan bagi pasangannya. Tidak ada data statistik yang akurat tentang jumlah psikopat yang dikurung dalam penjara, namun tidak ada yang meragukan bahwa di antara mereka adalah orang-orang yang paling berbahaya bagi kehidupan manusia. Itulah kenapa penjara penuh dengan orang-orang seperti itu.”

Gambaran itu sama persis dengan kepribadian dan sifat-sifat Musthafa Kemal. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa ia adalah pribadi yang terkenal, yaitu sebagai diktator, sehingga tidak ada seorang pun yang mampu mencegahnya berbuat kriminal dalam skala nasional.

Pihak yang paling sering menunjukkan penghargaan atas kediktatoran Musthafa adalah para intelektual dan politisi di Amerika. Kaum Yahudi dalam kalangan tersebut secara sangat antusias memberikan pujian kepadanya. Bagaimana mungkin tradisi kebebasan berpolitik dan demokrasi yang diklaim bangsa Amerika sebagai sistem yang terbaik dapat bergandengan tangan dengan kekejian diktator Musthafa Kemal. Ini merupakan sesuatu yang tidak dapat dipahami, sampai para pemerhati politik internasional menyadari bahwa penghargaan demokrasi Barat atas hak asasi manusia hanya terbatas untuk kalangan mereka sendiri. Tanpa maksud-maksud tertentu, konsep HAM itu tentu tidak akan diekspor di kalangan kaum Muslim. Pernyataan-pernyataan resmi dari USIS (Lembaga Informasi Amerika Serikat) pada masa Perang Dingin menunjukkan bahwa mereka tidak pernah ragu mendukung rezim-rezim otoriter sepanjang tidak berafiliasi dengan blok Komunis. Kediktatoran, dalam pandangan mereka, bisa diterima apabila menjadi sarana menuju modernisasi (baca: kapitalisme) negara.  Rakyat di negara-negara berkembang adalah orang-orang yang terbelakang, kolot, bodoh, dan buta huruf. Hanya “pemerintahan yang bijaksana”-lah yang mampu menentukan apa yang terbaik buat mereka. Westernisasi adalah hal yang paling baik, dan tidak ada nilai-nilai moral yang dipandang terlalu mahal untuk dikorbankan dalam rangka menuju westernisasi. Oleh karena itu, apa pun caranya –termasuk tiran yang paling kejam sekalipun– akan mendapat restu dari Amerika dan demokrasi Barat, sepanjang cara tersebut dapat mempercepat pemisahan negara dari ideologi Islam.

Apakah tujuan Kemalisme? Jawabannya dapat ditemukan dalam buku yang baru-baru ini ditulis oleh seorang diplomat yang sangat terkenal. Ketika menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat perkotaan Turki saat ini dan dibandingkan dengan kehidupan pada masa lima puluh tahun sebelum masa Musthafa Kemal, dengan penuh suka cita ia menyatakan bahwa hanya jenis makanan saja yang tidak berubah. Setelah mengulas keberhasilan “emansipasi” di kalangan para isteri dan anak-anak perempuan sesuai dengan konsep Barat, serta pembicaraan sehari-sehari pada saat makan bersama tentang pesiar di hari Minggu, nonton bioskop, atau makan malam di restoran, dan berbagai “kebiasaan baru dalam kehidupan keluarga Turki” lainnya, ia –dengan penuh kemenangan– menyatakan bahwa, “Urusan agama tidak pernah terlintas dalam benak mereka, kecuali pada bulan Ramadhan, ketika kakek-kakek dan bibi mereka yang tua tengah berpuasa.”

Referensi:
 
Islam and Modernism, Maryam Jameelah, Mohammad Yusuf Khan and Sons, Lahore, 1965/1988
The Emergence of Modern Turkey, Bernard Lewis, Oxford University Press, London, 1961
Conflict of East and West in Turkey, Halide Edib, Syaikh Muhammad Ashraf, Lahore, 1935
The Grey Wolf, H.C. Armstrong, Capricorn Books, New York, 1961

 

Sekulerisasi Turki


Hagia Sophia