Senin, 28 April 2014

KESESATAN AGAMA SEKTE SESAT SYIAH BAGIAN 1

KANG JALAL,EMILIA DAN IJABI MELAKANAT ABU BAKAR DAN UMAR....!!!

Sebagai sepasang misionaris Syiah di Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jalaluddin Rakhmat dan Emilia Renita Az, tidak lelah menjalankan ‘misi suci’ mereka dari Iran. Dakwah mereka sangat intens untuk mengenalkan Ahlul Bait kepada Masyarakat Muslim.
Di belakang kita tahu, Cinta Ahlul Bait hanyalah alasan rapuh untuk menyebarkan praktek nikah mut’ah kepada generasi muda Indonesia.
Juga cinta Ahlul Bait hanyalah kedok untuk dapat mencaci istri, mertua dan murid-murid kesayangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dalam salah satu buku karangan Jalaluddin Rakhmat, “Meraih Cinta Ilahi” terbitan Rosda, Cet VI. 2005, hal 294-295, pada catatan kaki nomor 9 ditulis,
“Lihat Shahih Al-Bukhari, “Kitab Bad’ Al-Khalq”. “Kitab Al-Nikah”; Shahih Muslim, “Kitab Fadha’il Al-Shahabah”; diriwayatkan juga dalam Al-Turmudzi 2:319; Mustadrak Al-Shahabah 3: 158.
Dalam Ibn Qutaibah, Al-Imamah wa Al-Siyasah,diriwayatkan pengakuan para sahabat tentang hadis ini:
Fathimah bertanya kepada Abu Bakar dan Umar: ‘Kami minta kalian bersaksi demi Allah, apakah kalian dengar sabda Rasulullah Saw, ‘Rida Fathimah adalah ridaku, murka Fathimah adalah murkaku. Barang siapa mencintai Fathimah, ia telah membahagiakanku. Barangsiapa membuat Fathimah marah, ia telah membuatku marah juga?’ keduanya menjawab: ‘Benar, kami mendengar Rasulullah Saw berkata seperti itu.’ Fathimah kemudian berkata: ‘Aku bersaksi kepada Allah dan para malaikatnya, kalian berdua terlah membuatku marahdan tidak senang jika berjumpa dengan Nabi Allah saw, aku akan mengadukan kalian berdua kepadanya. Abu Bakar mengangis keras, hampir pingsan. Fathimah berkata, ‘Demi Allah, aku akan mendoakan (agar Allah membalas perbuatanmu) pada setiap shalat yang aku lakukan.’ Abu Bakar keluar dan berkata kepada orang-orang disekitarnya: ‘Kalian tidur dengan senang sambil memeluk kawan tidur kalian dan meninggalkan aku dengan segala persoalanku. Aku tidak perlu baiat kalian. Lepaskan dari aku baiat itu’.

Dalam catatan ini, Jalaluddin Rakhmat yakin bahwa Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma membuat Fathimah radhiyallahu ‘anha  marah. Bahkan sampai mendoakan keburukan pada mereka berdua.
Lihat juga buku ini dalam cetakan terbarunya, terbitan Depok: Pustaka IIMaN, 2008. hal. 404-405, berikut



Pernyataan ini lalu dilengkapi dengan keterangan dari buku yang ditulis oleh istrinya, Emilia Renita Az, dalam “40 Masalah Syiah” terbitan Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009. Hal. 90, berikut,
“Dengan merujuk kepada sabda Nabi saw “Fathimah belahan nyawaku, siapa yang menyakiti Fathimah, dia menyakitiku; siapa yang membuat murka Fathimah, ia membuat aku murka (Shahih al-Bukhari 5, hadis 61 dan 111; Shahih Muslim 4: 1904-1905), dan menurut Al-Qur’an Allah melaknat orang-orang yang menyakiti Rasulullah saw, maka Syiah melaknat orang-orang yang menyakiti Fathimah as.
Sekadar untuk diketahui, buku ini dieditori oleh Jalaluddin Rakhmat, suaminya. Pada akhir paragraf kata pengantar Editor, Ketua Dewan Syuro IJABI ini mengatakan bahwa buku tersebut sebagai pedoman dakwah IJABI.
Dalam artian, bahwa buku tersebut adalah landasan Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia dalam menjalankan misinya. Dakwah yang mereka jalankan di Indonesia harus sesuai dengan isi buku tersebut.
Terkait celaan untuk murid dan sahabat-sahabat Nabi sangat banyak ditemukan dalam buku “40 Masalah Syiah”, buletin “At-Tanwir” terbitan IJABI, Makalah Jalaluddin Rakhmat di UIN Alauddin dan juga dalam buku “Al-Mushthafa” karya Kang Jalal juga. Berikut ini daftarnya:
Umar meragukan kenabian Rasulullah saw. (Jalauddin Rakhmat. Sahabat Dalam Timbangan Al Quran, Sunnah dan Ilmiu Pengetahuan. PPs UIN Alauddin 2009. hal. 6)
Para sahabat sering menentang pada saat Rasulullah saw masih hidup.(Emilia Renita AZ. 40 Masalah Syiah. Bandung: IJABI. Cet ke 2. 2009. hal. 82)
Para sahabat membantah perintah Nabi saw.(Jalauddin Rakhmat. Sahabat Dalam Timbangan Al Quran, Sunnah dan Ilmiu Pengetahuan. PPs UIN Alauddin 2009. hal. 7)
Para sahabat merobah-robah agama. (Jalaluddin Rakhmat. Artikel dalam Buletin al Tanwir Yayasan Muthahhari Edisi Khusus No. 298. 10 Muharram 1431 H.  hal. 3)
Muawiyah tidak hanya fasik bahkan kafir, tidak meyakini kenabian. Ia besama dengan Abu Sufyan dan Amr bin ash telah dilaknat oleh Nabi saw. (Jalaluddin Rakhmat. Al Mushthafa (Manusia Pilihan yang Disucikan). Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008. hal. 24 dan 73)
dan
Para sahabat murtad. (Jalaluddin Rakhmat. Artikel dalam Buletin al Tanwir Yayasan Muthahhari Edisi Khusus No. 298. 10 Muharram 1431 H.  hal. 3)
Daftarnya secara lengkap Anda bisa lihat disini:
Bantahan: 
Riwayat mengenai kemarahan Fathimah kepada Abu Bakar dan Umar sama sekali tidak ditemukan dalam sumber-sumber yang disebutkan. Baik itu dalam Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Turmudzi maupun Mustadrak al-Shahabah. Semua lafadz hadis yang disebutkan hanya berkaitan dengan ucapan Nabi, “Fathimah adalah belahan nyawaku, siapa yang menyakiti Fathimah maka ia telah menyakitiku. siapa yang membuat murka Fathimah, ia membuat aku murka.”
«فَاطِمَةُ بَضْعَةٌ مِنِّي، فَمَنْ أَغْضَبَهَا أَغْضَبَنِي»
Atau semakna dengan lafadz ini, seperti lafadz berikut,
فَإِنَّمَا هِيَ بَضْعَةٌ مِنِّي، يُرِيبُنِي مَا أَرَابَهَا، وَيُؤْذِينِي مَا آذَاهَا»
Selain itu, hanya ada tiga bentuk hadis yang menyebutkan asbab wurud (sebab keluarnya sabda Nabi) di atas.
Pertama, Riwayat Shahih Bukhari, Shahih Muslim dan Sunan Turmudzi berikut,
«إِنَّ بَنِي هِشَامِ بْنِ المُغِيرَةِ اسْتَأْذَنُونِي فِي أَنْ يُنْكِحُوا ابْنَتَهُمْ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ فَلَا آذَنُ، ثُمَّ لَا آذَنُ، ثُمَّ لَا آذَنُ، إِلَّا أَنْ يُرِيدَ ابْنُ أَبِي طَالِبٍ أَنْ يُطَلِّقَ ابْنَتِي وَيَنْكِحَ ابْنَتَهُمْ فَإِنَّهَا بِضْعَةٌ مِنِّي يَرِيبُنِي مَا رَابَهَا وَيُؤْذِينِي مَا آذَاهَا»
“Sesungguhnya Bani Hisyam bin al –Mughirah meminta izin padaku untuk menikahkan putri mereka dengan Ali bin Abi Thalib. Sungguh aku tidak mengizinkannya. Aku tidak mengizinkannya. Aku tidak mengizinkannya. Kecuali jika Ibnu Abi Thalib menceraikan anakku lalu mereka nikahkah anak mereka. Karena ia belahan nyawaku. Apa yang membuatnya terganggu juga membuatku terganggu. Siapa yang menyakitinya, juga menyakitiku.”
Kedua, Masih dalam Shahih Bukhari dan Sunan Turmudzi, lafadz berikut berasal dari Shahih al-Bukhari,
إِنَّ عَلِيًّا خَطَبَ بِنْتَ أَبِي جَهْلٍ فَسَمِعَتْ بِذَلِكَ، فَاطِمَةُ فَأَتَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ: يَزْعُمُ قَوْمُكَ أَنَّكَ لاَ تَغْضَبُ لِبَنَاتِكَ، وَهَذَا عَلِيٌّ نَاكِحٌ بِنْتَ أَبِي جَهْلٍ، فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَمِعْتُهُ حِينَ تَشَهَّدَ، يَقُولُ: «أَمَّا بَعْدُ أَنْكَحْتُ أَبَا العَاصِ بْنَ الرَّبِيعِ، فَحَدَّثَنِي وَصَدَقَنِي، وَإِنَّ فَاطِمَةَ بَضْعَةٌ مِنِّي وَإِنِّي أَكْرَهُ أَنْ يَسُوءَهَا، وَاللَّهِ لاَ تَجْتَمِعُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِنْتُ عَدُوِّ اللَّهِ، عِنْدَ رَجُلٍ وَاحِدٍ» فَتَرَكَ عَلِيٌّ الخِطْبَةَ
“Sesungguhnya Ali melamar putri Abu Jahal. Fathimah mendengar rencana itu. Lalu ia mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Kaummu mengira Engkau tidak marah karena persoalan putrimu. Ali berencana menikahi putri Abu Jahal’ Rasulullah lalu berdiri. Ketika selesai dari shalat beliau langsung bersabda, ‘Amma ba’d, saya telah menikahkan Abul ‘Ash bin al-Rabi’ (dengan Zainab, putri Rasulullah, sebelum diangkat menjadi Rasul). Ia (Ali) pun berbicara padaku dan menyetujuiku. Sesungguhnya Fathimah adalah belahan nyawaku. Saya tidak suka jika ada yang berbuat buruk padanya. Demi Allah tidak akan berkumpul putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan putrinya musuh Allah pada satu laki-laki (poligami) ’. Kemudian Ali membatalkan pelamaran itu.”
Dalam Fath al-Bari, Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa kejadian ini sewaktu Fathu Makkah, 8 Hijriyah (Abu Jahal mati dalam perang Badar, 2 Hijriyah). Putri Abu Jahal tersebut bernama Juwairiyah. Rasulullah menampakkan kemarahannya pada Ali, padahal sebagaimana diketahui, sangat jarang beliau menampakkan kemarahan kepada seseorang secara terang-terangan. Beliau melakukan itu untuk membuat hati putrinya lapang dan tidak sedih karena kejadian itu. (Fath al-Bari, 7/86, cet. Dar al-Ma’rifah dalam Maktabah Asy-Syamilah)
Meskipun demikian, Ahlus Sunnah tidak mengambil kesimpulan “Melaknat siapa saja yang menyakiti Fathimah” seperti yang dilakukan oleh Syiah. Karena tradisi caci-maki itu bukan akhlak yang baik dalam agama Islam. Namun, jika Syiah tetap ingin mencaci, maka Ali-lah radhiyallahu ‘anhu yang pantas dilaknat oleh mereka.
Bahkan Allah menuntun kita memintakan ampun untuk para pendahulu kita dari orang-orang beriman. Setelah Allah menyebut kelebihan yang dimiliki kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Allah memberi kita tuntunan, “Dan orang-orang yang datang setelah mereka, mereka berkata, ‘Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam beriman. Janganlah tanamkan kebencian dalam hati kami terhadap orang-orang beriman. Rabb kami, sesungguhnya Engkau Mahalembut lagi Mahapenyayang’.”(QS. al-Hasyr: 10)
Ketiga, dalam Sunan Turmudzi
أَنَّ عَلِيًّا، ذَكَرَ بِنْتَ أَبِي جَهْلٍ فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «إِنَّمَا فَاطِمَةُ بِضْعَةٌ مِنِّي يُؤْذِينِي مَا آذَاهَا وَيُنْصِبُنِي مَا أَنْصَبَهَا»
“Ali menyebut (rencana pelamaran) putri Abu Jahal. Kabar itu sampai pada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda: ‘Fathimah adalah belahan nyawaku. Membuatku sakit apa yang membuatnya sakit’.”
Karena itu, dalam riwayat manapun dalam semua kitab hadis tidak ada yang menyebutkan kisah ‘kemarahan’ Fathimah kepada Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhum ajma’in.
Berikutnya, sumber yang disebut Jalaluddin Rakhmat, dari kitab al-Imamah wa al-Siyasah, karya Ibn Qutaibah.
Kita sebenarnya tidak menyangka ada riwayat seperti di atas dalam kitab karya seorang Imam Ahlus Sunnah, Ibnu Qutaibah.
Setelah ditelusuri, ternyata kitab al-Imamah wa al-Siyasah ini bukan karya Imam Ibnu Qutaibah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syeikh Muhibbuddin al-Khathib dalam buku yang ditahqiqnya, al-‘Awashim min al-Qawashim, karya Ibnul 'Arabi.
“Tidak benar semua yang ada dalam kitab tersebut (untuk dinisbatkan kepada Imam ibnu Qutaibah), jikalau benar kitab tersebut dinisbatkan kepada Al Imam Al Hujjah Al Tsabt Abu Muhammad Abdullah bin Muslim bin Qutaibah (213-276 H) niscaya sebagaimana yang dikomentari oleh Ibnu Al ‘Arabi, dikarenakan kitab Al Imamah wa Al Siyasah  penuh dengan kebodohan, kepandiran, kelemahan, kebohongan, dan kepalsuan. Saya juga sebutkan dalam kitab saya, Al Muyassar wa Al Qadaah di halaman 26-27 komentar dan argumen para  Ulama tentang kitab Al Imamah wa Al Siyasah bahwa kitab tersebut bukan milik Ibnu Qu taibah, dan saya tambahkan sekarang dari apa yang telah saya sebutkan (di dalam Al Muyassar wa Al Qadaah) bahwa penulis Al Imamah wa Al Siyasah banyak meriwayatkan (kisah dan peristiwa di dalam buku Al Imamah wa Al Siyasah tersebut) dari dua Ulama besar di Mesir, sedangkan Ibnu Qutaibah tidak pernah ke Mesir dan tidak mengambil riwayat dari dua ulama tadi, maka semua itu menunjukkan bahwa kitab (Al Imamah wa Al Siyasah) tersebut didustakan (penisbatan itu) padanya ”. hal 248
Untuk tambahan data mengenai kamuflase ulama Syiah dalam mencontek nama-nama ulama Ahlus Sunnah, silakan lihat disini: 
Dari fakta yang ditemukan ini, yakinlah kita bahwa kisah yang dibawakan oleh Jalaluddin Rakhmat di atas hanyalah riwayat palsu. Tidak ada satupun literatur klasik Islam yang menyebutkan dongeng yang dibawakan olehnya. Kalau ada, pasti hanyalah berasal dari kitab Syiah, yang terkenal kebenciannya pada istri, mertua, dan murid-murid kesayangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
(Muh. Istiqamah/lppimakassar.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar