Kamis, 04 September 2014

Majmu Fatawa: Kedudukan Muawiyah dan Amr Bin Ash

Muawiyah dan Amr Bin Ash termasuk orang-orang beriman. Tidak ada satupun salaf yang menuduh mereka sebagai orang munafik. Bahkan telah Tsabit dalam kitab sohih bahwasanya Amr bin Ash ketika membaiat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam ia berkata :”Agar Allah mengampuni dosa-dosaku yang telah lalu”. Maka Rasulullah bersabda: “ tidakkah engkau tahu bahwasanya Islam akan Memusnahkan apa yang telah lalu?”[1].

Dan diketahui bahwa yang Islam yang memusnahkan (dosa,red) merupakan Islamnya orang-orang beriman, bukan Islamnya Orang-orang Munafik.

Amr Bin Ash juga termasuk orang yang berhijrah setelah Hudaibiyah secara sukarela bukan paksaan. Sedangkan orang-orang Muhajirin bukanlah orang Munafik, tetapi yang munafik adalah sebagian orang yang telah ada didalam kaum Anshar yang merupakan Penduduk Madinah. Ketika para pemuka dan kebanyakan penduduknya Masuk Islam, sebagian orang-orang Munafik tersebut berpura-pura sebagai pemeluk Islam. Berbeda dengan Penduduk Mekkah yang Para pemuka dan kebanyakan Penduduknya adalah kafir, tidak ada yang menunjukkan Keimanannya kecuali orang-orang yang sungguh-sungguh beriman baik lahir maupun batin.

Diantara mereka ada yang disiksa dan diboikot, berbeda dengan orang Munafik yang berpura-pura Muanfik demi kepentingan dunianya.

Adapun yang yang menunjukkan keislamannya di Mekkah akan diganggu kepentingan dunianya. Kemudian sebagian besar orang-orang beriman ikut serta Hijrah Ke Madinah Ketika Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Hijrah kesana.

Sebagian dari mereka dihalang-halangi, seperti contohnya sekelompok laki-laki dari Bani Makhzum, semisal Walid bin Mughirah Saudaranya kholid dan Saudara abu Jahal dari Ibunya. Oleh karena itu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berqunut untuk mereka dan bertutur dalam qunutnya : ‘Ya Allah, selamatkanlah Al Walid bin Walid, Salamah bin Hisyam, dan orang-orang yang lemah dari kaum mukminin. Ya Allah, keraskanlah tindakan-Mu atas suku Mudhar, dan timpakan atas mereka tahun-tahun seperti tahun-tahun Yusuf (paceklik, red).[2]

Kaum Muhajirin dari awal hingga Akhir tak satupun yang dituduh nifak. Bahkan semuanya termasuk orang-orang beriman yang disaksikan keimanan mereka, sedangkan melaknat Mukmin sama dengan membunuhnya.[3]

Adapun Muawiyah bi Abu Sofyan dan yang semisalnya dari kalangan ath-Thulaqaa` -yang masuk Islam setelah era Fath Makkah-, Seperti Ikrimah bin abu Jahal, Harits bi Hisyam, suhail bin Amr, Sofwan bin Umayyah, dan Abu Sufyan bin Harist bin Abdul Mutthalib. Merek termasuk yang baik Islamnya dengan kesepakatan Kaum Muslimin. Tidak seorangpun menuduh mereka setelah Hijrah sebagai Munafik. Adapun Muawiyah, Rasulullah telah memintanya untuk menjadi penulis Rasulullah dan beliau bersanda “Ya Allah ajarkanlah Ia Kitab dan Hisab, dan peliharalah dia dari Adzab[4]

Saudaranya Yang bernama Yazid bin Abi Sufyan lebih baik dan lebih utama darinya, dia adalah salah seorang amir yang diutus oleh Abu Bakar Siddiq Rodiyallahu anhu ketika penaklukkan Syam. Abu Bakar memberinya Wasiyat yang terkenal. Abu Bakar berjalan kaki sedang ia berkendaraan. Maka ia berkata kepada Abu Bakar: “Wahai khalifah Rasulullah, naiklah! (ke atas kendaraan) atau aku yang akan turun.”
Maka berkatalah Abu Bakar: “Aku tidak akan naik dan engkau jangan turun, sesungguhnya aku mengharapkan hisab dengan langkah-langkahku ini di jalan Allah. Amr bin Ash adalah amir yang selanjutnya, dan amir yang ketiga adalah Syarajil bin Hasanah, dan keempat adalah kholid Bin walid. Mereka adalah Amir secara Mutlak. Kemudian diganti oleh Umar, kemudian Ia menyerahkan Pimpinan kepada Abu Ubaidah bin Jarrah yang telah ditetapkan dalam As Sohih sebagai orang kepercayaan Ummat ini[5]

Penaklukkan Syam adalah dibawah pimpinan Abu Ubaidah dan penaklukkan Iraq dibawah Pimpinan Saad Bin Abi Waqqash.

Kemudian ketika Yazid bin Abu Sufyan Wafat Pada saat kekhilafahan Umar, digantikan oleh Saudaranya Muawiyah.

Umar termasuk orang yang paling agung firasatnya, lelaki paling berpengetahuan, pemimpin kebenaran, Paling bertanggung jawab dalam kebenaran, dan paling tahu tentang kebenaran tersebut.

Hingga Ali bin Abu Thalib berkata Radiyallahu anhu berkata: “kami menganggap ketenangan itu disampaikan lewat lisan Umar.

Bersabda nabi Shallallahu Alaihi Wasallam: “ Sesungguhnya Allah menjadikan kebaikan lewat lisan umar dan hatinya”[6].

Beliau juga bersabda:”kalaulah aku tidak diutus kepada kalian, niscaya akan diutus Umar kepada Kalian”[7],

Ibnu Umar berkata:” aku tidak pernah mendengar umar berkata sesungguhnya aku telah meyakini sesuatu, kecuali hal itu terjadi sesuai dengan apa yang ia Yakini.”.

Sungguh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda kepadanya: “ tidaklah setan berpapasan denganmu pada satu jalan niscaya ia pasti memilih jalan lain dari jalan yang engkau lalui.”[8]

Umar dan Abu Bakar tidak pernah sekalipun mengangkat pimpinan munafik untuk kaum Muslimin, keduanya juga tidak mengangkat kerabat mereka, dan tidak terpengaruh dengan celaan orang-orang yang mencela. Bahkan ketika keduanya memerangi orang-orang murtad dan mengembalikan mereka kedalam Islam, keduanya melarang mereka mengendarai kuda dan membawa pedang sampai terlihat jelas taubat mereka.

Umar pernah Berkata kepada Saad Bin Abi Waqqash-amir iraq ketika itu-: “ jangan angkat satupun dari mereka dan jangan bermusyawarah dengan mereka dalam peperangan. Sesungguhnya mereka pernah menjadi pemimpin besar. Seperti Tholihah As Asadi, Aqra bin habis, Uyainah bin Hison, dan Asy’ats bi Qaisy al Kindi dan yang semisal mereka. Ketika Umar dan Abu Bakar Takut ada unsur kenifakan dalam diri mereka, keduanya tidak mengangkat mereka sebagai pemimpin kaum Muslimin.

Kalaulah Amr bin Ash dan Muawiyah bin Abu sufyan dan yang semisal keduanya termasuk orang yang ditakuti kenifakannya, niscaya mereka tidak akan diangkat memimpin kaum Muslimin. Bahkan Amr bin Ash telah diperintahkan Oleh Rasulullah pada perang Dzatussalaasil, dan Nabi tidak mengangkat orang munafik sebagai pemimpin kaum Muslimin.

Sungguh Rasulullah telah mengangkat Abu Sufyan bin harb ayahnya Muawiyah sebagai Gubernur di Najran. Rasulullah wafat sedangkan Abu Sufyan masih menjadi wakilnya di Najran.

Sungguh kaum Muslimin telah sepakat bahwa keislaman Muawiyah lebih baik dari keislaman ayahnya Abu Sufyan, Bagaimana Mungkin mereka dianggap munafik sedangkan nabi shallallahu Alaihi Wasallam mengamanahkan urusan kaum Muslimin kepada mereka pada masalah ilmu dan amal?!

Sungguh telah diketahui bahwasanya pernah terjadi fitnah yang melibatkan Muawiyah dan Amr Bin Ash, dan selain keduanya. Tidak satupun penolong dan yang memerangi dan yang tidak memerangi mereka menuduh mereka berdusta Kepada Nabi Shallallahu alihi Wasallam, Bahkan seluruh ulama dan Sahabat setelah mereka telah bersepakat bahwa mereka berkata jujur kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan dipercaya riwayatnya, sedangkan orang munafik tidak dipercaya oleh nabi Shallallahu alaihi Wasallam, Bahkan berdusta kepada Nabi dan didustakan oleh nabi.

Semoga Bermanfaat
[1] Hadits Riwayat Muslim dalam Kitab Iman dari Abu Syumasah Al Mahri

[2] Hadits Riwayat Bukhari dalam Kitab Adzan dan Muslim dalam Kitab Masajid

[3] Hadits Riwayat Bukhari dalam Kitab Iman dan Nadzar dari Tsabit bin Ad Dhohak.

[4] Hadit Riwayat Ahmad 4/127 dari Irbad bin Sariyyah As Sulami, Al Haitsami berkata dikitab Al Majma 9/359 : (didalamnya ada Harits bin Ziyad dan tidak aku dapati ada yang mentsiqahkannya… rijal-rijal lainnya tsiqah dan sebagian ada yang diperselisihkan

[5] Hadits Riwayat Bukhari, Bab Fadhoilus Sahabah 3744 dari Anas

[6] Hadits Riwayat Turmudzi daam Kitab Manaqib no.3682 dan ia berkata : hasan gharib, dan riwayat Ibnu majah dalam Muqaddimah

[7] Hadits Riwayat Turmudzi daam Kitab Manaqib no.3686 dan ia berkata : hasan gharib

[8] Hadits Riwayat Bukhari bab Fadhailus Sahabah no.3683, Dan riwayat Muslim bab Fadhoilus Sahabah (22/4396)

MAJMU FATAWA Jilid 35







By: Novi Effendi Blog
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar