Senin, 01 September 2014

Al-Hasan Radhiallahu anhu Tidak Mempunyai Keturunan ?!!

Al-Hasan Radhiallahu anhu Tidak Mempunyai Keturunan[1]



Di antara ucapan mereka adalah bahwa Al-Hasan bin Ali tidak mempunyai penerus keturunan, bahwa keturunan beliau sudah tidak ada, dan bahwa tidak ada seorang pun dari penerus keturunannya yang laki-laki.


Ucapan ini tersebar di kalangan mereka dan mereka bersepakat di atasnya sehingga tidak perlu untuk dibuktikan, demikian komentar mereka. Di antara mereka ada yang mengklaim bahwa … (tidak jelas maksudnya) semuanya sama seperti mereka. Mereka menggunakan ucapan ini untuk bisa sampai kepada tujuan mereka yaitu membatasi ke’imam’an hanya pada anak keturunan Al-Husain[2], dan di antara anak keturunannya adalah kedua belas imam itu. Dengannya mereka bertujuan untuk membatalkan ke’imam’an para ulama yang berdakwah dari kalangan anak keturunan Al-Hasan, bersamaan dengan keutamaan mereka, terpenuhinya syarat-syarat ke’imam’an pada mereka, orang-orang telah membaiat mereka, syahnya penisbatan keluarga mereka kepada Al-Hasan, dan tersebarnya ilmu mereka, dimana mereka semua telah mencapai derajat mujtahid mutlak. Maka semoga Allah membinasakan mereka atas kedustaan yang mereka ada-adakan tersebut.



Perhatikanlah mereka musuh-musuh ahlul bait yang mengganggu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan Fathimah, ketika mereka mengingkari nasab orang yang terbukti syah nasabnya secara pasti dari anak keturunan Al-Hasan radhiallahu anhu, dan kebenaran penisbatan keturunannya telah mutawatir[3] dan tidak tersembunyi dari setiap orang yang mempunyai ilmu dalam masalah ini. Dan sungguh Nabi shallallahu alaihi wasallam telah menggolongkan perbuatan mencela nasab termasuk dari perbuatan-perbuatan jahiliah[4]. Dan telah datang dalam sebuah riwayat yang menunjukkan bahwa Imam Mahdi itu berasal dari anak keturunan Al-Hasan radhiallahu anhu, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan selainnya[5].


[1] Asy-Syaikh rahimahullah menyebutkan bahwa Rafidhah menolak adanya keturunan Al-Hasan, karena mereka -semoga Allah membinasakan mereka- membenci Al-Hasan bin Ali radhiallahu anhu karena beliau mengalah kepada Muawiah dalam masalah khilafah. Padahal itu beliau lakukan guna menjaga darah kaum muslimin dan sebagai pengamalan dari sabda Rasulullah:



إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ اللَّهَ وَسَيُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ عَظِيمَتَيْنِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ
“Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid (pemimpin) dan semoga Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum Muslimin lewat tangannya.” Dari Abu Bakrah dalam riwayat Al-Bukhari no. 3746.



Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah: 8/16



[2]  Dengan bukti bahwa semua imam mereka berasal dari anak keturunan Al-Husain bin Ali  radhiallahu anhu. Mulai dari Ali bin Al-Husain rahimahullah sampai pada imam mahdi khayalan mereka yang bernama Muhammad bin Al-Hasan Al-Askari, yang sebenarnya hakikat keberadaannya hanya merupakan khurafat belaka.



[3] Lihat apa yang ditulis oleh guru kami Al-Imam Al-Wadi’I rahimahullah dalam kitabnya Riyadh Al-Jannah hal. 64, dimana beliau menukil dari Allamah Yamah Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani dalam kitabnya Al-Masa`il Ats-Tsaman. Karena beliau menguatkan apa yang penulis rahimahullah sebutkan bahwa anak keturunan Al-Hasan masih ada sampai sekarang. LIhat juga Siyar A’lam An-Nubala`: 3/279



[4] Asy-Syaikh mengisyaratkan kepada hadits yang diriwayatkan oleh Muslim no. 934 dari Abu Malik Al-Asy’ari bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:


أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ
“Ada empat perkara jahiliyah yang masih melekat pada umatku dan mereka belum meninggalkannya: Membanggakan kedudukan, mencela nasab (garis keturunan), meminta hujan dengan bintang-bintang, dan niyahah (meratapi mayit).”


[5] Haditsnya dalam riwayat Abu Daud no. 5462 dari jalan Abu Ishaq As-Sabi’i dari Ali bin Abi Thalib. Al-Mundziri berkata dalam ‘Aun Al-Ma’bud, “Ini sanad yang terputus, Abu Ishaq hanya pernah sekali melihat Ali.” Dan Al-Albani menyatakannya dha’if dalam Al-Misykah no. 5462


[Diterjemah dari Risalah fi Ar-Radd ala Ar-Rafidhah hal. 78-79, dengan meringkas pada footnote terakhir]





Tidak ada komentar:

Posting Komentar