Senin, 01 September 2014

Imam Hasan, Imam Maksum yang Dibenci

Ternyata syi’ah membenci perilaku imamnya sendiri yang katanya maksum, apakah sang imam yang maksum melakukan kesalahan hingga perbuatanannya dibenci? Bukankah imam yang maksum tidak mungkin melakukan kesalahan? Mari kita simak bersama jawabannya.
Syiah Imamiyah berkeyakinan bahwa jumlah imam yang akan mengawal kehidupan manusia dan memberi petunjuk pada manusia adalah dua belas, oleh karena itu sekte Syiah Imamiyah juga disebut Syiah Itsna Asyariyyah atau Syiah dua belas imam. Salah satu imam mereka adalah Hasan bin Ali, anak pertama Ali bin Abi Talib, kakak Imam Husein. Namun selanjutnya terjadi sebuah hal yang nampak janggal, yaitu mengapa tidak ada keturunan imam Hasan yang menjadi imam? Mengapa para imam setelah Husein adalah keturunan Husein? Tidak ada satu pun keturunan Hasan yang menjadi imam? Jika anda iseng bertanya pada teman anda yang Syiah, anda tidak akan mendapat jawaban yang memuaskan. Hanya klaim-klaim yang nampak dipaksakan.

Berikut ini akan kami nukilkan riwayat dari kitab Syiah sendiri tentang bagaimana perlakuan dan sikap Syiah terhadap imam Hasan. Sudah semestinya Syiah menghormati dan bersikap baik terhadap imamnya, tidak mencela maupun benci terhadap apa yang diperbuatnya. Bukankah dalam keyakinan syia bahwa imam itu maksum, terbebas dari segala bentuk kesalahan dan lupa? Itulah definisi maksum menurut mereka. Namun pembaca akan melihat kenyataan lain yang tercvantum dalam kitab-kitab referensi Syiah sendiri. Diharapkan setelah membaca makalah ini cakrawala pembaca akan sedikit meluas, pembaca akan mendapati bahwa ternyata dalam masalah ini masih banyak sisi lain yang sayangnya belum banyak yang dapat mengakses. Pembaca akan beruntung membaca makalah ini, karena pembaca belum tentu dapat menemukan makalah seperti ini di tempat lain.

Dalam kitab Biharul Anwar jilid 44 hal 24 disebutkan sebagai berikut :
Abu Ja'far berkata, salah seorang pengikut Hasan yang bernama Sufyan bin Laila datang menghadap Hasan dengan menaiki onta, dia melewati imam Hasan yang sedang duduk di teras rumahnya, dia pun berkata : Assalamualaikum wahai penghina orang beriman!". Hasan berkata padanya : turunlah kemari dan jangan tergesa-gesa. Dia pun turun dan mengikatkan ontanya pada tiang rumah seraya menghampiri Hasan. Hasan berkata padanya : barusan kamu bilang apa? Jawab Sufyan Saya mengatakan Assalamualaika wahai penghina orang beriman". Hasan menjawab siapa yang memberitahu padamu hal itu? Dia menjawab " kamu telah sengaja melepaskan kepemimpinan umat dan kau serahkan pada seorang taghut yang berhukum dengan selain hukum Allah. Hasan berkata : akan kuberitahukan padamu mengapa saya berbuat demikian, aku mendengar ayahku berkata, bahwa Nabi telah bersabda : hari hari tidak akan berlalu sampai memegang urusan umat ini orang yang ba;'umnya luas dadanya lebar, suka makan dan tidak pernah kenyang, dialah Muawiyah,karena inilah aku melakukan hal itu. Hasan bertanya pada Sufyan : Apa yang membuatmu kemari? Jawabnya : kecintaanku padamu wahai Hasan, yang membuatku datang kemari menemuimu. Lalu Hasan berkata : demi Allah, tidak ada seorang hamba yang mencintai kami walaupun dia sedang ditawan di negeri Dailam, maka kecintaan itu akan berguna baginya, sesungguhnya kecintaan manusia pada kami akan menggugurkan dosa sebagaimana angin yang menggugurkan daun dari pepohonan.

Pengikut Hasan yang mencintainya malah menjelekkan Hasan dengan mengatakan bahwa Hasan adalah penghina orang beriman. Jika kita melihat lagi keyakinan bahwa para imam adalah maksum maka perbuatan itu adalah tidak dapat digugat, karena dilakukan oleh imam yang maksum, terjaga dari kesalahan. Dalam riwayat ini dinyatakan bahwa Sufyan datang karena dorongan kecintaannya pada Hasan. Kecintaan itu diungkapkan dengan mengatakan : Assalamualaika wahai penghina orang beriman. Cinta macam apa itu? Dan imam Hasan nampaknya senang dengan ungkapan kecintaan orang itu. Apakah imam Hasan mau saja terkesan dibodohi, dan percaya begitu saja akan kecintaan orang yang menghinanya? Apakah pengikut Hasan tadi tidak tahu bahwa Hasan adalah maksum yang tidak mungkin berbuat salah? Bagi orang itu, nampak jelas bahwa imam Hasan bersalah, sehingga layak untuk dicela. Subhanallah, inilah akhlak orang beriman terhadap imamnya yang maksum dan mulia?

Sementara dalam Biharul Anwar jilid 44 hal 60 tercantum riwayat berikut ini :
Dari Sufyan dia berkata : saya mendatangi Hasan bin Ali setelah dia membaiat muawiyah, saat itu dia sedang duduk di teras rumahnya besama beberapa orang. Lalu aku berkata padanya : Assalamualaika wahau penghina orang beriman ! Hasan menjawab " waalaikassalam wahai Sufyan turunlah kemari. Aku pun turun dan mengikat ontaku pada tiang rumah dan menghampiri Hasan dan duduk di sampingnya, lalu Hasan berkata padaku : " kamu bilang apa barusan?" kujawab : Assalamualaika wahai penghina orang beriman" Hasan bertanya : mengapa kamu berkata demikian kepada kami? Kujawab : aku akan menebus kedua orang tuaku demi anda, anda telah menghinakan leher-leher kami ketika anda membaiat toghut itu dan menyerahkan kepemimpinan kaum muslimin pada orang terkutuk anak si pemakan hati, padahal di tangan anda ada seratus ribu orang yang siap mati demi anda dan Allah telah menjadikan anda sebagai pemimpin kaum muslimin. Hasan berkata: wahai Sufyan, kami para ahlul bait jika telah mengetahui kebenaran maka akan memegangnya, saya telah mendengar Ali berkata : saya mendengar Nabi bersabda, tidak akan berlalu hari dan malam hingga kepemimpinan ummat ini berada di tangan orang yang lebar dadanya besar lehernya, selalu makan dan tidak pernah kenyang, dia tidak akan dilihat oleh Allah, tidak akan mati hingga tidak memiliki pembela di langit dan penolong di bumi, dia adalah Muawiyah dan aku pun tahu bahwa Allah akan melaksanakan kehendaknya.

Syiah hendaknya menjawab pertanyaan ini : apa hukumnya menyerahkan kepemimpinan pada orang zalim? Mengapa tidak diserahkan pada imam yang bergiliran setelah imam Hasan? Mengapa tidak diserahkan kepada imam Husein? Padahal saat itu imam Hasan memimpin seratus ribu pasukan yang siap mati.  Mengapa hal itu terjadi? Mengapa imam Hasan memilih untuk berdamai?

Dalam kitab Tuhfatul Uqul halaman 308 tercantum riwayat berikut :

Imam Assadiq berkata Allah mencela beberapa orang dalam Al Qur'an karena menyiarkan berita. Abu Ja'far berkata, semoga aku dijadikan penebusmu, di mana tercantum hal itu?
Lalu Imam Ja'far berkata : orang yang menyiarkan rahasia kami bagaikan orang yang menghunuskan pedangnya pada kami.  semoga Allah merahmati hamba yang mendengar rahasia ilmu kami lalu menguburnya di bawah kedua kakinya. Demi Allah aku mengetahui orang yang terjelek di antara kalian, daripada dokter hewan yang mengerti tentang hewan. Sejelek-jelek orang adalah yang tidak membaca Al Qur'an kecuali dengan menjauhinya, tidak mendatangi sholat kecuali saat terakhir dan orang yan gtidak dapat menjaga lisannya. Ketahuilah, setelah Hasan ditusuk dan pasukannya mulai bersilang selisih maka dia menyerahkan tampuk kekhilafahan kepada muawiyah, lalu kaum syi'ah memberi salam pada imam Hasan : Assalamu Alaika wahai penghina orang beriman, lalu Hasan berkata : saya bukan menghinakan orang beriman tapi saya adalah orang yang memuliakan kaum mukminin, ketika saya melihat kalian tidak akan sanggup menghadapi mereka, saya serahkan kepemimpinan pada Muawiyah supaya saya dan kalian tetap hidup di antara mereka, seperti seorang berilmu yang merusak kapal supaya penumpangnya tetap selamat, begitulah apa yagn kuperbuat agar kalian tetap hidup di antara mereka wahai Ibnu Nu'man.

Dala'ilul Imamah hal 64 :
Dari Abu Ja'far, dari Tsaqif Al Bakka dia berkata, saya melihat Hasan bin Ali setelah dia menyerahkan khilafah pada Muawiyah, Hujr bin Adi datang menemuinya dan berkata : Assalamualaika wahai penghina orang beriman, Hasan berkata : saya tidak menghina orang beriman tapi saya memuliakan mereka, tapi saya hanya ingin agar mereka tetap hidup. Lalu dia memukulkan kakinya ke kemah, tiba-tiba saya sudah berada di tengah Kufah, dan sampai ke Damaskus dan Mesir, aku melihat Amr bin Ash di Mesir dan Muawiyah di Damaskus, Hasan berkata, jika aku menghendaki maka akan aku ambil kekuasaan mereka berdua, tapi Muhammad telah menempuh jalan dan Ali telah menempuh jalan lain dan aku menyelisihi mereka berdua, dan itu bukan kemauanku sendiri.

Al Manaqib jilid 4 hal 36 :
Dari tafsir Tsa'labi dan Musnad Al Musili, Jami' Tirmidzi dan lafal hadits dari tirmidzi dari yusuf bin mazin arrasibi, bahwa ketika Hasan bin Ali berdamai dengan Muawiyah maka ada yang berkata padanya wahai penghina orang beriman dan penghitam wajah orang beriman, dia berkata : jangan kalian menghinaku karena dalam hal ini sesungguhnya ada maslahat.

Seperti yang telah kita baca, yang mengucapkan perkataan ini adalah Syiahnya, dan Hasan tidak berdamai dengan Muawiyah karena sedikitnya jumlah pasukan dan bukan karena merasa hina, tapi untuk mencegah tumpahnya darah kaum muslimin. Sebagai akibat perbuatannya ini, Syiah tidak mengangkat seorang pun dari keturunannya menjadi imam.

Biharul Anwar jilid 42 hal 77:
Dari Zurarah dari Abu Ja'far berkata: setelah terbunuhnya Husein bin Ali, Muhammad bin Hanafiyah mengirim utusan pada Ali bin Husein, lalu menemui Ali bin Husein sendirian dan berkata : wahai keponakanku, kamu telah megetahui wasiat dari Nabi untuk Ali, lalu Hasan dan Husein. Sedang ayahmu telah terbunuh dan tidak mewasiatkan, sedangkan aku adalah pamanmu yang kedudukannya sama seperti ayahmu, sedangkan aku adalah anak Ali, lebih tua umurku daripadamu maka akulah yang berhak menjadi imam daripada kamu yang masih kecil, janganlah kamu merebut imamah ini dariku. Lalu Ali bin Husein berkata wahai pamanku takutlah engkau kepada Allah dan jangan mengaku memiliki sesuatu yang bukan milikmu, aku menasehatimu supaya jangan sampai paman menjadi orang bodoh. Sesungguhnya ayahku telah mewasiatkan imamah padaku sebelum berangkat menuju Irak, dan menekankan hal itu padaku sesaat sebelum syahid, ini pedang Rasulullah ada padaku maka janganlah engkau ingin merebut hal itu dariku, saya takut umur paman akan dipendekkan dan menjadi tidak beres urusanmu. Sesungguhnya ketika Hasan mengajak berdamai Muawiyah maka Allah tidak akan menjadikan penerus wasiat kecuali dari anak cucu Husein
 Allah menghukum imam yang mendapat predikat maksum dari Allah sendiri, seperti kata syi'ah, dalam ayat 33 surat Al Ahzab. Dari mana Ali Zainal Abidin mengetahui bahwa Allah telah merubah putusanNya?
Dalam riwayat yang dicantumkan oleh al Qummi dalam kitab Al Imamah wa Tabsirah Minal Hirah hal 194 : Sesungguhnya setelah Hasan mengajak berdamai muawiyah maka Allah mengubah keputusannya dan hanya menjadikan imamah dari anak cucu Husein.
Syi’ah memprotes perdamaian yang berlangsung atas inisiatif Hasan sendiri, tetapi Rasulullah saw malah memuji perdamaian itu. jauh-jauh hari Rasulullah saw telah memberitakan bahwa Hasan akan menjadi pendamai dua kelompok besar kaum muslimin yang bertikai. Rasulullah membawa Hasan ke atas mimbar dan bersabda: cucuku ini adalah tuan, semoga Allah mendamaikan dua kelompok kaum muslimin dengan tangannya. Hadits ini tercantum dalam Shahih Bukhari.

Siapa yang menelaah literatur Syiah akan mendapati bahwa faktor utama imam Hasan mengajak berdamai Muawiyah adalah karena Hasan telah membaca tanda-tanda bahwa syi'ah akan meninggalkannya.

Dalam kitab Al Ihtijaj jilid 2 hal 291 tercantum berikut ini :
Dari Salim bin Abil Ja'd berkata salah seorang dari kami berkata, saya mendatangi Hasan bin Ali dan mengatakan padanya: wahai cucu Rasulullah engkau telah menghinakan kami dan menjadikan Syiah sebagai hamba sahaya selamanya, lalu Hasan menjawab: mangapa kamu mengatakan itu? Aku menjawab: karena kamu menyerahkan imamah kepada si taghut ini (Muawiyah). Hasan menjawab: demi Allah aku tidak menyerahkan kepemimpinan ini kepada Muawiyah karena saya tidak memiliki pasukan yang akan membelaku, jika aku memiliki tentara yang menolongku maka aku akan memeranginya sepanjang siang dan malam sampai Allah memutuskan apa yang akan terjadi di antara kita, tapi saya telah mengetahui hakekat penduduk Kufah dan telah menguji mereka, tidak ada yang dapat kupercaya. Mereka tidak memiliki sifat setia dan tanggung jawab dalam perkataan dan perbuatan, mereka mengatakan pada kami bahwa hati kami pada kalian, tapi pedang mereka terhunus pada kami.
Inilah perkataan Hasan bin Ali tentang Syiah, padahal kita tahu bahwa syiah masa itu adalah para pembela Ali bin Abi Thalib yang dibimbing langsung olehnya. Tentunya mereka adalah kelompok syi’ah terbaik. Itupun masih berkwalitas di bawah standar sehingga Hasan bin Ali takut dikhianati oleh mereka. Lalu bagaimana dengan syi’ah yang ada di sekitar kita kali ini? 

Sumber : http://hakekat.com/content/view/8/1/                      




Tidak ada komentar:

Posting Komentar