Ternyata
syi’ah membenci perilaku imamnya sendiri yang katanya maksum, apakah
sang imam yang maksum melakukan kesalahan hingga perbuatanannya dibenci?
Bukankah imam yang maksum tidak mungkin melakukan kesalahan? Mari kita
simak bersama jawabannya.
Syiah
Imamiyah berkeyakinan bahwa jumlah imam yang akan mengawal kehidupan
manusia dan memberi petunjuk pada manusia adalah dua belas, oleh karena
itu sekte Syiah Imamiyah juga disebut Syiah Itsna Asyariyyah atau Syiah
dua belas imam. Salah satu imam mereka adalah Hasan bin Ali, anak
pertama Ali bin Abi Talib, kakak Imam Husein. Namun selanjutnya terjadi
sebuah hal yang nampak janggal, yaitu mengapa tidak ada keturunan imam
Hasan yang menjadi imam? Mengapa para imam setelah Husein adalah
keturunan Husein? Tidak ada satu pun keturunan Hasan yang menjadi imam?
Jika anda iseng bertanya pada teman anda yang Syiah, anda tidak akan
mendapat jawaban yang memuaskan. Hanya klaim-klaim yang nampak
dipaksakan.
Berikut
ini akan kami nukilkan riwayat dari kitab Syiah sendiri tentang
bagaimana perlakuan dan sikap Syiah terhadap imam Hasan. Sudah
semestinya Syiah menghormati dan bersikap baik terhadap imamnya, tidak
mencela maupun benci terhadap apa yang diperbuatnya. Bukankah dalam
keyakinan syia bahwa imam itu maksum, terbebas dari segala bentuk
kesalahan dan lupa? Itulah definisi maksum menurut mereka. Namun pembaca
akan melihat kenyataan lain yang tercvantum dalam kitab-kitab referensi
Syiah sendiri. Diharapkan setelah membaca makalah ini cakrawala pembaca
akan sedikit meluas, pembaca akan mendapati bahwa ternyata dalam
masalah ini masih banyak sisi lain yang sayangnya belum banyak yang
dapat mengakses. Pembaca akan beruntung membaca makalah ini, karena
pembaca belum tentu dapat menemukan makalah seperti ini di tempat lain.
Dalam kitab Biharul Anwar jilid 44 hal 24 disebutkan sebagai berikut :
Abu
Ja'far berkata, salah seorang pengikut Hasan yang bernama Sufyan bin
Laila datang menghadap Hasan dengan menaiki onta, dia melewati imam
Hasan yang sedang duduk di teras rumahnya, dia pun berkata :
Assalamualaikum wahai penghina orang beriman!". Hasan berkata padanya :
turunlah kemari dan jangan tergesa-gesa. Dia pun turun dan mengikatkan
ontanya pada tiang rumah seraya menghampiri Hasan. Hasan berkata padanya
: barusan kamu bilang apa? Jawab Sufyan Saya mengatakan Assalamualaika
wahai penghina orang beriman". Hasan menjawab siapa yang memberitahu
padamu hal itu? Dia menjawab " kamu telah sengaja melepaskan
kepemimpinan umat dan kau serahkan pada seorang taghut yang berhukum
dengan selain hukum Allah. Hasan berkata : akan kuberitahukan padamu
mengapa saya berbuat demikian, aku mendengar ayahku berkata, bahwa Nabi
telah bersabda : hari hari tidak akan berlalu sampai memegang urusan
umat ini orang yang ba;'umnya luas dadanya lebar, suka makan dan tidak
pernah kenyang, dialah Muawiyah,karena inilah aku melakukan hal itu.
Hasan bertanya pada Sufyan : Apa yang membuatmu kemari? Jawabnya :
kecintaanku padamu wahai Hasan, yang membuatku datang kemari menemuimu.
Lalu Hasan berkata : demi Allah, tidak ada seorang hamba yang mencintai
kami walaupun dia sedang ditawan di negeri Dailam, maka kecintaan itu
akan berguna baginya, sesungguhnya kecintaan manusia pada kami akan
menggugurkan dosa sebagaimana angin yang menggugurkan daun dari
pepohonan.
Pengikut
Hasan yang mencintainya malah menjelekkan Hasan dengan mengatakan bahwa
Hasan adalah penghina orang beriman. Jika kita melihat lagi keyakinan
bahwa para imam adalah maksum maka perbuatan itu adalah tidak dapat
digugat, karena dilakukan oleh imam yang maksum, terjaga dari kesalahan.
Dalam riwayat ini dinyatakan bahwa Sufyan datang karena dorongan
kecintaannya pada Hasan. Kecintaan itu diungkapkan dengan mengatakan :
Assalamualaika wahai penghina orang beriman. Cinta macam apa itu? Dan
imam Hasan nampaknya senang dengan ungkapan kecintaan orang itu. Apakah
imam Hasan mau saja terkesan dibodohi, dan percaya begitu saja akan
kecintaan orang yang menghinanya? Apakah pengikut Hasan tadi tidak tahu
bahwa Hasan adalah maksum yang tidak mungkin berbuat salah? Bagi orang
itu, nampak jelas bahwa imam Hasan bersalah, sehingga layak untuk
dicela. Subhanallah, inilah akhlak orang beriman terhadap imamnya yang
maksum dan mulia?
Sementara dalam Biharul Anwar jilid 44 hal 60 tercantum riwayat berikut ini :
Dari
Sufyan dia berkata : saya mendatangi Hasan bin Ali setelah dia membaiat
muawiyah, saat itu dia sedang duduk di teras rumahnya besama beberapa
orang. Lalu aku berkata padanya : Assalamualaika wahau penghina orang
beriman ! Hasan menjawab " waalaikassalam wahai Sufyan turunlah kemari.
Aku pun turun dan mengikat ontaku pada tiang rumah dan menghampiri Hasan
dan duduk di sampingnya, lalu Hasan berkata padaku : " kamu bilang apa
barusan?" kujawab : Assalamualaika wahai penghina orang beriman" Hasan
bertanya : mengapa kamu berkata demikian kepada kami? Kujawab : aku akan
menebus kedua orang tuaku demi anda, anda telah menghinakan leher-leher
kami ketika anda membaiat toghut itu dan menyerahkan kepemimpinan kaum
muslimin pada orang terkutuk anak si pemakan hati, padahal di tangan
anda ada seratus ribu orang yang siap mati demi anda dan Allah telah
menjadikan anda sebagai pemimpin kaum muslimin. Hasan berkata: wahai
Sufyan, kami para ahlul bait jika telah mengetahui kebenaran maka akan
memegangnya, saya telah mendengar Ali berkata : saya mendengar Nabi
bersabda, tidak akan berlalu hari dan malam hingga kepemimpinan ummat
ini berada di tangan orang yang lebar dadanya besar lehernya, selalu
makan dan tidak pernah kenyang, dia tidak akan dilihat oleh Allah, tidak
akan mati hingga tidak memiliki pembela di langit dan penolong di bumi,
dia adalah Muawiyah dan aku pun tahu bahwa Allah akan melaksanakan
kehendaknya.
Syiah
hendaknya menjawab pertanyaan ini : apa hukumnya menyerahkan
kepemimpinan pada orang zalim? Mengapa tidak diserahkan pada imam yang
bergiliran setelah imam Hasan? Mengapa tidak diserahkan kepada imam
Husein? Padahal saat itu imam Hasan memimpin seratus ribu pasukan yang
siap mati. Mengapa hal itu terjadi? Mengapa imam Hasan memilih untuk berdamai?
Dalam kitab Tuhfatul Uqul halaman 308 tercantum riwayat berikut :
Imam
Assadiq berkata Allah mencela beberapa orang dalam Al Qur'an karena
menyiarkan berita. Abu Ja'far berkata, semoga aku dijadikan penebusmu,
di mana tercantum hal itu?
Lalu Imam Ja'far berkata : orang yang menyiarkan rahasia kami bagaikan orang yang menghunuskan pedangnya pada kami. semoga
Allah merahmati hamba yang mendengar rahasia ilmu kami lalu menguburnya
di bawah kedua kakinya. Demi Allah aku mengetahui orang yang terjelek
di antara kalian, daripada dokter hewan yang mengerti tentang hewan.
Sejelek-jelek orang adalah yang tidak membaca Al Qur'an kecuali dengan
menjauhinya, tidak mendatangi sholat kecuali saat terakhir dan orang yan
gtidak dapat menjaga lisannya. Ketahuilah, setelah Hasan ditusuk dan
pasukannya mulai bersilang selisih maka dia menyerahkan tampuk
kekhilafahan kepada muawiyah, lalu kaum syi'ah memberi salam pada
imam Hasan : Assalamu Alaika wahai penghina orang beriman, lalu Hasan
berkata : saya bukan menghinakan orang beriman tapi saya adalah orang
yang memuliakan kaum mukminin, ketika saya melihat kalian tidak akan
sanggup menghadapi mereka, saya serahkan kepemimpinan pada Muawiyah
supaya saya dan kalian tetap hidup di antara mereka, seperti seorang
berilmu yang merusak kapal supaya penumpangnya tetap selamat, begitulah
apa yagn kuperbuat agar kalian tetap hidup di antara mereka wahai Ibnu
Nu'man.
Dala'ilul Imamah hal 64 :
Dari
Abu Ja'far, dari Tsaqif Al Bakka dia berkata, saya melihat Hasan bin
Ali setelah dia menyerahkan khilafah pada Muawiyah, Hujr bin Adi datang
menemuinya dan berkata : Assalamualaika wahai penghina orang beriman,
Hasan berkata : saya tidak menghina orang beriman tapi saya memuliakan
mereka, tapi saya hanya ingin agar mereka tetap hidup. Lalu dia
memukulkan kakinya ke kemah, tiba-tiba saya sudah berada di tengah
Kufah, dan sampai ke Damaskus dan Mesir, aku melihat Amr bin Ash di
Mesir dan Muawiyah di Damaskus, Hasan berkata, jika aku menghendaki maka
akan aku ambil kekuasaan mereka berdua, tapi Muhammad telah menempuh
jalan dan Ali telah menempuh jalan lain dan aku menyelisihi mereka
berdua, dan itu bukan kemauanku sendiri.
Al Manaqib jilid 4 hal 36 :
Dari
tafsir Tsa'labi dan Musnad Al Musili, Jami' Tirmidzi dan lafal hadits
dari tirmidzi dari yusuf bin mazin arrasibi, bahwa ketika Hasan bin Ali
berdamai dengan Muawiyah maka ada yang berkata padanya wahai penghina
orang beriman dan penghitam wajah orang beriman, dia berkata : jangan
kalian menghinaku karena dalam hal ini sesungguhnya ada maslahat.
Seperti
yang telah kita baca, yang mengucapkan perkataan ini adalah Syiahnya,
dan Hasan tidak berdamai dengan Muawiyah karena sedikitnya jumlah
pasukan dan bukan karena merasa hina, tapi untuk mencegah tumpahnya
darah kaum muslimin. Sebagai akibat perbuatannya ini, Syiah tidak
mengangkat seorang pun dari keturunannya menjadi imam.
Biharul Anwar jilid 42 hal 77:
Dari
Zurarah dari Abu Ja'far berkata: setelah terbunuhnya Husein bin Ali,
Muhammad bin Hanafiyah mengirim utusan pada Ali bin Husein, lalu menemui
Ali bin Husein sendirian dan berkata : wahai keponakanku, kamu telah
megetahui wasiat dari Nabi untuk Ali, lalu Hasan dan Husein. Sedang
ayahmu telah terbunuh dan tidak mewasiatkan, sedangkan aku adalah
pamanmu yang kedudukannya sama seperti ayahmu, sedangkan aku adalah anak
Ali, lebih tua umurku daripadamu maka akulah yang berhak menjadi imam
daripada kamu yang masih kecil, janganlah kamu merebut imamah ini
dariku. Lalu Ali bin Husein berkata wahai pamanku takutlah engkau kepada
Allah dan jangan mengaku memiliki sesuatu yang bukan milikmu, aku
menasehatimu supaya jangan sampai paman menjadi orang bodoh.
Sesungguhnya ayahku telah mewasiatkan imamah padaku sebelum berangkat
menuju Irak, dan menekankan hal itu padaku sesaat sebelum syahid, ini
pedang Rasulullah ada padaku maka janganlah engkau ingin merebut hal itu
dariku, saya takut umur paman akan dipendekkan dan menjadi tidak beres
urusanmu. Sesungguhnya ketika Hasan mengajak berdamai Muawiyah maka
Allah tidak akan menjadikan penerus wasiat kecuali dari anak cucu Husein
Allah
menghukum imam yang mendapat predikat maksum dari Allah sendiri,
seperti kata syi'ah, dalam ayat 33 surat Al Ahzab. Dari mana Ali Zainal
Abidin mengetahui bahwa Allah telah merubah putusanNya?
Dalam
riwayat yang dicantumkan oleh al Qummi dalam kitab Al Imamah wa
Tabsirah Minal Hirah hal 194 : Sesungguhnya setelah Hasan mengajak
berdamai muawiyah maka Allah mengubah keputusannya dan hanya menjadikan
imamah dari anak cucu Husein.
Syi’ah
memprotes perdamaian yang berlangsung atas inisiatif Hasan sendiri,
tetapi Rasulullah saw malah memuji perdamaian itu. jauh-jauh hari
Rasulullah saw telah memberitakan bahwa Hasan akan menjadi pendamai dua
kelompok besar kaum muslimin yang bertikai. Rasulullah membawa Hasan ke
atas mimbar dan bersabda: cucuku ini adalah tuan, semoga Allah
mendamaikan dua kelompok kaum muslimin dengan tangannya. Hadits ini
tercantum dalam Shahih Bukhari.
Siapa
yang menelaah literatur Syiah akan mendapati bahwa faktor utama imam
Hasan mengajak berdamai Muawiyah adalah karena Hasan telah membaca
tanda-tanda bahwa syi'ah akan meninggalkannya.
Dalam kitab Al Ihtijaj jilid 2 hal 291 tercantum berikut ini :
Dari
Salim bin Abil Ja'd berkata salah seorang dari kami berkata, saya
mendatangi Hasan bin Ali dan mengatakan padanya: wahai cucu Rasulullah
engkau telah menghinakan kami dan menjadikan Syiah sebagai hamba sahaya
selamanya, lalu Hasan menjawab: mangapa kamu mengatakan itu? Aku
menjawab: karena kamu menyerahkan imamah kepada si taghut ini
(Muawiyah). Hasan menjawab: demi Allah aku tidak menyerahkan
kepemimpinan ini kepada Muawiyah karena saya tidak memiliki pasukan yang
akan membelaku, jika aku memiliki tentara yang menolongku maka aku akan
memeranginya sepanjang siang dan malam sampai Allah memutuskan apa yang
akan terjadi di antara kita, tapi saya telah mengetahui hakekat
penduduk Kufah dan telah menguji mereka, tidak ada yang dapat kupercaya.
Mereka tidak memiliki sifat setia dan tanggung jawab dalam perkataan
dan perbuatan, mereka mengatakan pada kami bahwa hati kami pada kalian,
tapi pedang mereka terhunus pada kami.
Inilah
perkataan Hasan bin Ali tentang Syiah, padahal kita tahu bahwa syiah
masa itu adalah para pembela Ali bin Abi Thalib yang dibimbing langsung
olehnya. Tentunya mereka adalah kelompok syi’ah terbaik. Itupun masih
berkwalitas di bawah standar sehingga Hasan bin Ali takut dikhianati
oleh mereka. Lalu bagaimana dengan syi’ah yang ada di sekitar kita kali
ini?
Sumber : http://hakekat.com/content/view/8/1/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar