Oleh : Ustadz Shalahuddin AR Daeng Nya’la
Waqaf ini bangunan hotel yang di sewakan
Waqaf ini bangunan hotel yang di sewakan
Tahukah kalian kalau khalifah ‘Utsman bin ‘Affan adalah salah seorang sahabat nabi yang merupakan seorang pebisnis kaya
raya tapi murah hati dan dermawan ternyata memiliki rekening atas
namanya di salah satu bank di Saudi??? Tahukah kalian bahwa beliau juga
memiliki hotel atas namanya di dekat Masjid Nabawi, bahkan rekening dan
tagihan listrik hotel tersebut masih atas nama beliau .. ???
Gimana ceritanya hingga beliau memiliki hotel atas namanya di dekat Masjid Nabawi..??
Diriwayatkan di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kota
Madinah pernah mengalami panceklik hingga kesulitan air bersih. Karena
mereka (kaum muhajirin) sudah terbiasa minum dari air zamzam di Makah.
Satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sebuah sumur milik seorang
Yahudi, SUMUR RAUMAH namanya. Rasa airnya pun mirip dengan sumur zamzam. Kaum muslimin dan penduduk Madinah terpaksa harus rela antri dan membeli air bersih dari Yahudi tersebut.
Prihatin atas kondisi umatnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian bersabda :
“Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan
hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk
umat, maka akan mendapat surgaNya Allah Ta’ala” (HR. Muslim).
Adalah Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu
yang kemudian segera bergerak untuk membebaskan sumur Raumah itu.
Utsman segera mendatangi Yahudi pemilik sumur dan menawar untuk membeli
sumur Raumah dengan harga yang tinggi. Walau sudah diberi penawaran yang
tertinggi sekalipun Yahudi pemilik sumur tetap menolak menjualnya, “Seandainya sumur ini saya jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari” demikian Yahudi tersebut menjelaskan alasan penolakannya.
Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu yang ingin sekali mendapatkan balasan pahala berupa Surga Allah Ta’ala, tidak kehilangan cara mengatasi penolakan Yahudi ini.
“Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu” Utsman, melancarkan jurus negosiasinya.
“Maksudmu?” tanya Yahudi keheranan.
“Begini,
jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu
hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu kemudian lusa
menjadi milikku lagi demikian selanjutnya berganti satu-satu hari.
Bagaimana?” jelas Utsman.
Yahudi itupun berfikir cepat, “… saya mendapatkan uang besar dari Utsman tanpa harus kehilangan sumur milikku”.
Akhirnya si Yahudi setuju menerima tawaran Utsman tadi dan disepakati
pula hari ini sumur Raumah adalah milik Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu.
Utsman pun segera mengumumkan kepada
penduduk Madinah yang mau mengambil air di sumur Raumah, silahkan
mengambil air untuk kebutuhan mereka GRATIS karena hari
ini sumur Raumah adalah miliknya. Seraya ia mengingatkan agar penduduk
Madinah mengambil air dalam jumlah yang cukup untuk 2 hari, karena esok
hari sumur itu bukan lagi milik Utsman.
Keesokan hari Yahudi mendapati sumur
miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah masih memiliki persedian
air di rumah. Yahudi itupun mendatangi Utsman dan berkata “Wahai Utsman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau membeli setengahnya kemarin”. Utsman setuju, lalu dibelinya seharga 20.000 dirham, maka sumur Raumahpun menjadi milik Utsman secara penuh.
Kemudian Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu mewakafkan sumur Raumah. Sejak itu sumur Raumah dapat dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk Yahudi pemilik lamanya.
Setelah sumur itu diwakafkan untuk kaum
muslimin… dan setelah beberapa waktu kemudian, tumbuhlah di sekitar
sumur itu beberapa pohon kurma dan terus bertambah. Lalu Daulah
Utsmaniyah memeliharanya hingga semakin berkembang, lalu disusul juga
dipelihara oleh Pemerintah Saudi, hingga berjumlah 1550 pohon.
Selanjutnya pemerintah, dalam hal ini
Departemen Pertanian Saudi menjual hasil kebun kurma ini ke pasar2..
setengah dari keuntungan itu disalurkan untuk anak-anak yatim dan fakir
miskin.. sedang setengahnya ditabung dan disimpan dalam bentuk rekening
khusus milik beliau di salah satu bank atas nama ‘Utsman bin Affan, di bawah pengawasan Departeman Pertanian.
Begitulah seterusnya, hingga uang yang
ada di bank itu cukup untuk membeli sebidang tanah dan membangun hotel
yg cukup besar di salah satu tempat yang strategis dekat Masjid Nabawi.
Bangunan hotel itu sudah pada tahap penyelesaian dan akan disewakan sebagai hotel bintang
5. Diperkirakan omsetnya sekitar 50 Juta Riyal Saudi per tahun.
Setengahnya untuk anak-anak yatim dan fakir miskin, dan setengahnya lagi
tetap disimpan dan ditabung di bank atas nama ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu..
Subhanallah,… Ternyata berdagang dengan Allah selalu menguntungkan dan tidak akan merugi..
Ini adalah salah satu bentuk sadakah jariyah, yang pahalanya selalu mengalir, walaupun orangnya sudah lama meninggal..
Disebutkan di dalam hadits shahih dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا مَاتَ
الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ
يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya”. [HR. Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i]
Dan disebutkan pada hadits yang lain riwayat Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّ مِمَّا
يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا
عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ
أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ
نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ
وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
“Sesungguhnya di antara amalan dan
kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya setelah kematiannya adalah:
ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang
ditinggalkannya, mush-haf yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya,
rumah untuk ibnu sabil yang dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya
untuk umum, atau shadaqah yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu
sehat dan semasa hidupnya, semua ini akan menemuinya setelah dia
meninggal dunia”.
Like dan sebarkan tulisan ini, agar
manfaat dari informasi ini tidak hanya berhenti pada anda, tapi juga
bisa dirasakan oleh orang lain, sekaligus merangkai jaring pahala..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar