Termasuk hal yang paling
aneh dan menggelikan yang ada pada diri kaum Syi’ah – karena kelewat bencinya mereka terhadap tiga
Khulafaur-Rasyidin sebelum ‘Ali (yaitu Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsman) radliyallaahu ‘anhum – adalah mengharamkan
menamai anak-anak mereka dengan Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsman. Jangan harap kita bisa
bertemu dengan orang Syi’ah asli dengan menggunakan tiga nama itu. Tapi sungguh
sangat menakjubkan bagi kita bahwa ’Ali bin Abi Thalib radliyallaahu ’anhu, yang
mereka anggap sebagai tokoh sentral dalam teologi Syi’ah, ternyata menamai
sebagian anak-anaknya dengan nama tiga orang shahabat tersebut. Tentu saja,
anak-anak ini adalah anak-anak yang lahir bukan dari rahim Fathimah bin
Rasulillah shallallaahu ’alaihi wasallam.
Akan tetapi dilahirkan dari rahim istri beliau yang lain sepeninggal
Fathimah radliyallaahu ’anhaa. Akan
saya sebutkan nama anak-anak ’Ali bin Abi Thalib tersebut, diantaranya :
1.
’Abbaas bin ’Ali bin Abi
Thaalib, ’Abdullah bin ’Ali, Ja’far bin ’Ali bin Abi Thaalib, dan ’Utsmaan bin ’Ali bin Abi Thaalib.
Ibu mereka bernama :
Ummul-Baniin binti Hizaam bin Daarim.[1]
2.
’Ubaidullah bin ’Ali bin Abi
Thaalib dan Abu Bakr bin ’Ali bin Abi
Thaalib.
Ibu mereka bernama : Lailaa
binti Mas’uud Ad-Daarimiyyah.[2]
3.
Yahya bin ’Ali bin Abi
Thaalib, Muhammad Al-Ashghar bin ’Ali bin Abi Thaalib, dan ’Aun bin ’Ali bin
Abi Thaalib.
Ibu mereka adalah : Asmaa’
binti ’Umais.[3]
4.
Ruqayyah binti ’Ali bin Abi
Thaalib dan ’Umar bin ’Ali bin Abi
Thaalib – dimana ia meninggal pada usia tigapuluh lima tahun.
Ibu mereka adalah : Ummu
Hubaib binti Rabii’ah.[4]
5.
Ummul-Hasan binti ’Ali bin
Abi Thaalib dan Ramlah Al-Kubraa binti ’Ali bin Abi Thaalib.
Ibu mereka adalah : Ummu
Mas’uud binti ’Urwah bin Mas’ud Ats-Tsaqafiy.[5]
Jika memang ’Ali bin Abi
Thalib itu benci terhadap Abu Bakr, ’Umar, dan ’Utsman radliyallaahu ’anhum ajma’in; niscaya beliau tidak akan menamai
anak-anak beliau dengan nama-nama mereka. Namun kenyataan adalah sebaliknya,
sebagaimana di atas. Tidak ada rasa permusuhan dan kebencian dari ’Ali bin Abi
Thaalib terhadap para Khulafaur-Rasyidin sebelumnya. Satu contoh saja, mari
kita tengok perkataan ’Ali bin Abi Thaalib terhadap ’Umar bin Al-Khaththab
sebagaimana terekam dalam kitab mu’tamad
mereka, Nahjul-Balaaghah :
لله بلاء عمر، فقد أخمد
الفتنة وأقام السنة، ذهب نقي الثوب، قليل العيب، أصاب خيرها وسبق شرها، أدى إلى
الله طاعته
”Allah telah memberikan
cobaan kepada ’Umar. Sungguh ia telah memadamkan fitnah dan menegakkan sunnah.
Ia pelihara kesucian dirinya dan sedikit aibnya. Ia telah mendapatkan kebaikan
dari dirinya dan mengalahkan kejelekan (hawa nafsunya). Ia telah tunaikan
ketaatan kepada Allah”.[6]
Sungguh, ini merupakan pujian
yang jujur yang enggan diikuti oleh kaum Syi’ah.
Finally, tengoklah pula pujian ’Ali
bin Abi Thalib radliyallaahu ’anhu kepada
para shahabat secara umum yang telah dikafirkan [7]
oleh kaum Syiah :
لقد رأيت أصحاب محمّد صلّى اللّه عليه و آله ، فما
أرى أحدا منكم يشبههم لقد كانوا يصبحون شعثا غبرا ، و قد باتوا سجّدا و قياما ، يراوحون
بين جباههم و خدودهم ، و يقفون على مثل الجمر من ذكر معادهم كأنّ بين أعينهم ركب
المعزى ، من طول سجودهم إذا ذكر اللّه هملت أعينهم حتّى تبلّ جيوبهم ، و مادوا كما
يميد الشّجر يوم الرّيح العاصف ، خوفا من العقاب ، و رجاء للثّواب
” Sungguh aku telah melihat shahabat-shahabat
Muhammad shallallaahu ’alaihi wa
aalihi. Maka, tidaklah aku melihat
seorangpun yang menyerupai mereka (dalam hal ketaatan dan keimanan). Di waktu
pagi hari mereka kusut berdebu (karena bekerja keras), dan di malam hari mereka
sujud dan berdiri (menghadap Allah), dengan bergantian antara dahi dan pipi
mereka. Mereka berdiri
seakan-akan di atas bara api karena ingat tempat kembali mereka (yaitu
kampung akhirat). Antara dua mata mereka (ada bekas) seperti lutut kambing
karena lamanya sujud mereka. Apabila disebut nama Allah, meneteslah air mata
mereka sehingga membasahi dada mereka. Hati mereka goncang seperti goncangnya
pohon yang diterpa angin keras karena takut akan siksaan Allah dan mengharap
pahala-Nya”.[8]
Itulah Syi’ah yang berbeda
dengan ’Ali bin Abi Thaalib radliyallaahu
’anhu. ’Ali bin Abi Thaalib berlepas diri dari Syi’ah dan Syi’ah pun berlepas diri
dari beliau. Klaim cinta kepada Ahlul-Bait adalah klaim cinta yang dibangun
atas dasar kedustaan dan igauan. Semoga Allah membalas tipu daya mereka
terhadap Islam serta kaum muslimin, dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.
Allaahul-Musta’aan.
Ciomas Permai, 14-12-2008,
00:38 WIB.
Tulisan singkat ini diambil oleh Abul-Jauzaa’ dari
kitab :
1.
[أسئلة قادت...شباب الشيعة إلى الحق] karya
Sulaiman bin Shaalih Al-Khuraasyi, Cet. Thn. 1427 H – Pesan sponsor : Kitab ini
sangat menarik bagi mereka yang beragama Syi’ah. Sangat disarankan untuk
membacanya dengan segera !!
2.
[مهذّب: الشيعة والتصحيح، الصراع بين
الشيعة والتّشيّع] karya Dr. Musa Al-Musawiy;
tahdzib : Asy-Syaikh Sa’d bin ’Abdirrahman Al-Hushain.
[1] Kasyful-Ghummah fii Ma’rifatil-Aimmah.
[2] Idem, Al-Irsyaad hal. 167, dan Mu’jamul-Khuu’iy
21/66.
[3] Idem.
[4] Idem, Al-Irsyaad hal. 167, dan Mu’jamul-Khuu’iy
13/45.
[5] Kasyful-Ghummah fii
Ma’rifatil-Aimmah oleh ‘Ali Al-Arbiliy 2/66. Silakan lihat nama maraji’ Syi’ah yang menetapkan nama
anak-anak ‘Ali bin Abi Thalib radliyallaahu
‘anhu tersebut, yaitu pada kitab Al-Imaamah
wan-Nash oleh Al-Ustadz Faishal Nuur hal. 683-686.
[6] Nahjul-Balaaghah 2/222.
[7] Kecuali hanya beberapa gelintir shahabat saja yang tidak dikafirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar